KISAH DI BALIK SEPATU BERLUMPUR
Prolog
Di saat Aceh baru dilanda bencana banjir bandang, Presiden Prabowo Subianto datang ke Aceh untuk melihat langsung kondisi di sana. Presiden didampingi oleh Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang akrab disapa dengan nama Mualem. Nama itu menunjukkan perannya sebagai pemimpin, penentu arah perjuangan, berasal dari kata Mualim, orang ke dua di kapal setelah nakhoda. Dalam kunjungan ke lapangan, sepatu yang dikenakan oleh Mualem tertutup lumpur. Foto Mualem memakai sepatu berlumpur segera viral di berbagai media sosial. Adegan Mualem memakai sepatu yang penuh lumpur sebenarnya merupakan hal biasa, wajar, karena di banyak Kabupaten di Aceh pasca banjir, lumpur berserakan di mana mana. Pemandangan wajar itu bagi orang yang paham ilmu semiotika dapat ditafsirkan menurut sudut pandang pengamat.
Fenomena sepatu berlumpur telah melontarkan pikiran penulis ke masa 45 tahun lalu. Segera memori kejadian 45 tahun lalu di Bandara Internasional Polonia langsung terbayang di benak penulis, seolah olah peristiwa itu baru terjadi kemarin. Peristiwa itu juga sarat dengan pesan yang tidak diucapkan, tetapi dapat ditangkap maknanya melalui ilmu semiotika. Peristiwa kunjungan lapangan Presiden Prabowo Subianto didampingi Gubernur Mualem sudah terang benderang walaupun masih dapat diberi tafsiran menurut mazhab strukturalisme dari Roland Barthes. Peristiwa 45 tahun lalu menunjukkan sosok tokoh yang sekarang tidak banyak dikenal generasi muda, yaitu Mayor Jenderal ( tituler ) Tengku Amir Hussein Al Mujahid, tokoh pejuang kemerdekaan asal Aceh dan tokoh Darul Islam / Tentara Islam Indonesia ( DI / TII ).
Profil Mualem
Muzakir Manaf dilahirkan pada tanggal 3 April 1964 di Mane Kawan, Aceh Utara. Tahun 1986 Mualem pergi ke Libya, mengikuti pendidikan dan latihan kemiliteran. Beliau pernah menjadi anggota pengawal Presiden Libya, Kolonel Muamar Khadafi. Tahun 2002 Mualem diangkat menjadi Panglima Tertinggi Tentara Nasional Aceh ( TNA ), sayap militer Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) Setelah perjanjian damai antara GAM dengan Pemerintah Republik, Mualem pernah menjabat Wakil Gubernur Aceh. Tahun 2024 Mualem terpilih menjadi Gubernur Aceh. Penulis pertama kali bertemu dengan Mualem tahun 2002 di Banda Aceh ketika dilangsungkan perundingan penghentian permusuhan dalam skema Cessation of Hostilities Agrement ( CoHA ), yang diprakarsai oleh Henry Dunat Centre ( HDC ), lembaga yang bermarkas di Swiss. Perundingan dilangsungkan di Banda Aceh. Pertemuan ke dua terjadi tahun 2007 di Sabang, pada acara pelantikan Munawar Liza menjadi Walikota Sabang. Selesai acara kami bertemu lagi di rumah makan dan berbincang bincang. Mualem datang bersama rombongan yang semuanya adalah petinggi GAM, di antaranya Bachtiar Abdullah, tokoh yang menetap di Swedia bersama Wali Nanggroe Hasan Tiro.
Mualem orang yang sangat santun, bicara lemah lembut, berpembawaan tenang, jauh dari kesan arogan. Pada perjumpaan pertama di Hotel Kuala Tripa, Mualem masih muda, gagah, tampan dan sudah menjadi selebriti. Di sela sela perundingan, disaat istirahat, Mualem dikerubuti oleh ibu ibu yang penasaran dengan sosoknya yang selama itu hanya namanya yang sering terdengar. Orang tidak menyangka ternyata Panglima Tertinggi GAM masih muda, mirip aktor film India.
Profil Tengku Amir Hussein Al Mujahid
Tengku Amir Hussein Al Mujahid dilahirkan tahun 1900 di Blang Siguci, Idi Rayeuk, Aceh Timur. Nama belakang ( Al Mujahid ) diberikan oleh Sultan Aceh terakhir, Sultan Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1930 an Al Mujahid bersama para pejuang Aceh menghadap Sultan Aceh yang sedang menjalani tahanan kota di Batavia. Pada pertemuan itu Sultan Aceh memberikan nama Al Mujahid di belakang namanya. Sambil mengusap usap kepala pemuda itu, Sultan Muhammad Daud Syah berkata nyaring kepada seluruh hadirin: " Anak muda ini di masa depan akan menjadi pemimpin perjuangan Aceh mencapai kemerdekaan ". Prediksi Sultan Aceh terbukti benar. Pada masa revolusi kemerdekaan Al Mujahid memimpin satu divisi pasukan yang direkrut dan dilatihnya sendiri yang diberi nama Divisi Tengku Chik Paya Bakung dan juga merangkap menjadi Komandan TPR ( Tentara Perjuangan Rakyat ) dengan pangkat Mayor Jenderal Tiuler. Presiden Sukarno menolak menandatangani Surat Keputusan pengangkatan Al Mujahid menjadi mayor jenderal. Akhirnya Wakil Presiden Muhammad Hatta mengambil alih tanggung jawab dan menandatangani surat keputusan itu. Di era pasca kemerdekaan, Al Mujahid bergabung dengan DI / TII, kemudian kembali ke pangkuan Republik. Beliau juga sempat menjadi unsur Pimpinan Pertamina di Pangkalan Berandan. Di masa pensiun, Al Mujahid menetap di Idi Rayeuk dan Kwala Simpang hingga wafat tahun 1982. Penulis kenal Al Mujahid sejak masih kanak kanak, beberapa kali Beliau berkunjung ke rumah kami di Kebun Sungai Liput milik PT Socfindo. Wirtjes XV ayah penulis ketika itu menjabat Administratuur di sana. Bahkan Al Mujahid pernah menggendong penulis.
Bandara Polonia 1980
Pada suatu pagi di pintu masuk ruang check in Bandara Polonia ada adegan pertengkaran antara beberapa petugas security Bandara dengan seorang pria tua mengenakan kain sarung, kemeja lusuh, sepatu kulit warna hitam yang penuh lumpur. Orang tua itu didampingi oleh seorang pemuda berpakaian rapi, necis menentang tas kerja merek Samsonitte. Dari bahasa tubuhnya, orang muda itu sangat menghormati orang tua itu dan sepertinya berperan sebagai pengiring atau ajudan. Petugas security Bandara dengan keras menolak mengizinkan orang tua itu masuk untuk check in walaupun dia sudah menunjukkan tiketnya yang valid. Dar jarak beberapa meter di belakang orang tua itu, penulis menonton adegan itu dan merasa si petugas kali ini akan kena batunya. Alasan petugas melarang orang tua itu masuk karena penampilannya dinilai tidak meyakinkan. Orang tua itu sudah berusaha berulang kali menjelaskan maksudnya untuk masuk ke ruangan pemeriksaan. Setelah orang mulai banyak berkerumun di sekitarnya, dia mulai kehilangan kesabaran. Segera dia berkata kepada ajudannya " buka tas saya, tunjukkan sama petugas ini ". Dengan gerakan sigap, ajudannya membuka tas dan mengambil sebuah dokumen, mengacungkannya ke depan wajah petugas sambil berkata tegas " Kau baca ini ". Melihat dokumen itu si petugas langsung memasang sikap tegak memberikan hormat secara militer sambil bersuara lantang mengucapkan "Siap, hormat Jenderal. Silakan masuk Jenderal, maafkan tindakan saya tadi Jenderal, saya siap menerima hukuman Jenderal". Penulis tersenyum geli melihat tingkah si petugas, sambil berkata "sudahlah Abu, berbelas kasihanlah sama dia". Penulis menyapa orang tua itu yamg tidak lain dari Tengku Amir Hussein Al Mujahid dengan sebutan Abu ( Ayah ). Di ruang tunggu kami membicarakan banyak hal. Abu Al Mujahid menceritakan maksud keberangkatannya ke Jakarta dengan penampilan berantakan. Penulis menawarkan diri untuk mengantarkan hingga ke tempat tujuannya. Motif penulis ingin mengantar Abu Al Mujahid, ingin menonton drama episdode lanjutannya yang pasti lebih seru. Beliau senang saya bersedia mendampinginya menemui orang penting kepercayaan Presiden Suharto. Al Mujahid berkata sengaja datang tanpa memberi kabar lebih dulu kepada orang yang ingin ditemuinya.
Singkat cerita, pukul 12 WIB pesawat Garuda Airways yang kami tumpangi mendarat di Bandara Kemayoran Jakarta. Kami naik taksi menuju kantor Badan Urusan Logistik ( BULOG ) di jalan Jenderal Gatot Subroto, yang dipimpin oleh Bustanil Arifin yang juga merangkap Menteri Koperasi di masa rejim Suharto. Di pintu lobby utama, kami dicegat oleh petugas security dan Al Mujahid dilarang masuk. Dengan suara tenang, dia berbisik dengan petugas. Hanya mereka berdua yang tahu apa isi pembicaraan itu. Yang jelas petugas itu segera berlari menuju lift naik menuju lantai tempat ruang kerja Ka Bulog. Tidak menunggu lama, terjadi adegan yang mengejutkan para saksi mata puluhan orang di situ. Bustanil Arifin keluar dari pintu lift, berlari menyongsong Abu Al Mujahid, membungkuk memberi hormat dan mencium tangan serta memeluknya. Penulis masih ingat bagaimana ekspresi wajah Ka Bulog melihat penampilan Al Mujahid yang berantakan dan sepatutnya kotor dipenuhi lumpur yang sudah mengirin. Sepertinya dia sudah merasa ada teguran keras dari orang tua yang sangat dihormatinya. Untuk mencegah rasa malu lebih lanjut, Beliau segera menarik tangan Abu menuju lift dan masuk ke ruang kerjanya dan penulis ikut bersamanya.
Setelah beberapa saat, Bustsnil menanyakan keperluan Abu menemuinya dan mengapa kondisi penampilannya seperti itu yang membuatnya malu. Dengan suara tenang Al Mujahid berkata "Kau adalah anakku, muridku, kaderku, aku orang tuamu ingin melihatmu yang sudah jadi orang penting. Kalau kau merasa malu dengan kondisi penampilanku ini, itu semua disebabkan karena kondisi jalan di kampungku".
Menteri Bustanil Arifin merasa mentornya itu telah menampar wajahnya dengan keras. Segera dia perintahkan ajudannya menyambungkan teleponnya ke Kepala Kantor Wilayah Pekerjaan Umum ( Ka Kanwil Pu ), yang ketika itu dijabat oleh Ir. Abdul Muluk, pejabat yang menduduki jabatan itu paling lama, sulit tergantikan. Setelah tersambung, Ka Bulog segera mengeluarkan instruksi tegas " Segera perbaiki dan aspal jalan di kampung Abu Tengku Amir Hussein Al Mujahid. Saya tidak mau tahu bagaimana caranya, pekerjaan itu sudah harus selesai dalam beberapa hari ke depan. Saat ini Abu bersama saya dan kalau beliau kembali, jalan itu harus sudah selesai ". Setelah selesai makan siang jamuan Ka Bulog, kami pamit dan penulis berpisah dengan Abu untuk meneruskan perjalanan ke Yogyakarta.
Pesan Sarat Makna
Sepatu penuh lumpur dapat dialami siapa saja, di mana saja dan kapan saja. Tampak dari luar, fenomena itu sangat sederhana, tetapi jika ditinjau dari sudut pandang ilmu semiotika, tidak sesederhana itu. Perbedaan nilai makna di balik fenomena itu terletak pada siapa yang memakai sepatu itu, momen peristiwa / kejadian, audiens yang menyaksikan dan memberi tafsiran.
Teori semiotika Roland Barthes menjelaskan bagaimana makna diciptakan melalui sistem tanda dengan tiga tingkatan utama : denotasi ( makna harfiah ), konotasi ( makna tambahan ), mitos ( ideologi terselubung yang dianggap sebagai kebenaran alam ). Konsep kunci dalam semiotika Roland Barthes adalah signifikasi ( signification ), proses mengaitkan penanda ( signification ) berisi kata atau gambar, dengan petanda ( signified ), berisi konsep / ide untuk membentuk sebuah tanda ( sign ). Penerapan teori Roland Barthes pada objek sepatu berlumpur adalah sebagai berikut :
Budaya dilihat sebagai teks. Mualem tampil dengan sepatu berumpur. Semua orang melihat objek yang sama. Pemandangan itu adalah sesuatu yang sangat wajar, karena sedang berada di tempat yang penuh dengan genangan lumpur. Kondisi sepatu menunjukan kondisi lapangan yang dikunjungi. Justru kalau sepatu Mualem mengkilap, akan mengundang banyak pertanyaan dari publik. Menurut Roland Barthes, pengamat, pembaca adalah penentu makna. Pengamat dapat melakukan decode, menguraikan pesan/ makna yang ditanam oleh produsen / pemberi pesan untuk lebih memahami makna yang lebih dalam.
Salah satu tafsiran yang diberikan untuk membaca pesan Mualem adalah : Beliau bukan tipe pemimpin yang hanya mahir memerintah dari balik meja, tetapi juga fasih turun langsung ke lapangan, tanpa rasa canggung bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat, mendengarkan aspirasi rakyat. Orang lain mungkin memberi tafsiran bahwa Mualem adalah tipe pemimpin yang suka dengan pencitraan dan membuat sensasi. Menurut teori Roland Barthes, tiap orang boleh saja memberikan tafsiran dan makna di balik yang tampak mata.
Tengku Amir Hussein Al Mujahid tampil dengan sepatu berlumpur di dalam ruangan Bandara Internasional Polonia yang jauh dari kesan kumuh. Gedung mentereng, lantai mulus mengkilap, setiap jam lantainya dipel, semua pengunjung berpakaian rapi. Harusnya Al Mujahid berpenampilan necis, sesuai dengan kondisi setempat. Perilakunya hanya dapat dipahami dengan membongkar momen / peristiwa pra di Bandara dan peristiwa pasca di Bandara. Pesan Al Mujahid bukan ditujukan kepada publik, melainkan kepada orang penting yang dianggap memiliki kapasitas untuk melakukan hal besar dan penting. Sebagian orang melihat perilaku Al Mujahid di Bandara Polonia adalah arogan, eksentrik dan suka mencari publisitas. Sebagian orang lagi menilai Al Mujahid adalah orang cerdas, dapat menyampaikan pesan secara menohok langsung ke jantung orang yang dituju, dan hasilnya terbukti efektif. Cara itu dapat memangkas prosedur berbelit, bertele tele, waktu yang lama, dan hasilnya belum tentu sesuai dengan ekspektasi. Tiap orang boleh saja memberikan komentar atas fenonena yang dilihatnya.
Epilog
Di alam Ada jutaan atau milyaran peristiwa. Banyak di antara peristiwa itu sekilas terlihat sederhana, tidak menarik, tetapi bagi pengamat yang jeli, cermat dan teliti, akan terlihat banyak hal menarik yang tidak tertangkap oleh mata yang tidak terlatih. Jika diamati secara cermat dan dilakukan analisis, ada pelajaran berharga yang dapat Dipetik. Ilmu semiotika memberikan alat analisis terhadap berbagai fenonena. Di samping itu ilmu semiotika memberikan kebebasan penuh bagi siapa saja untuk melakukan interpretasi. Perbedaan hasil interpretasi di antara para pengamat adalah hal yang wajar, karena adanya perbedaaan sudut pandang, level pengetahuan dan perbedaan pengalaman. Subjek yang dijadikan bahan pengamatan tidak perlu tersinggung dengan hasil interpretasi yang dilakukan orang.
Beragam fenomena yang ada di alam seharusnya dapat dijadikan sarana latihan dan belajar untuk mempertajam daya observasi, memperkuat daya analisis dan memperbesar kapasitas kemampuan berpikir seseorang dalam proses mendidik dirinya sendiri. Sejalan dengan berlalunya waktu dan ketekunannya belajar, setiap orang dapat mencapai level arief bijaksana. Dengan demikian tiap orang dapat meningkatkan kualitas dirinya dalam berpikir, berbicara, bersikap dan bertingkah laku.


.png)

Comments
Post a Comment