ANTARA JARING LABAH LABAH ACEH DAN TRANS PAPUA

Pada tahun 1987 penulis datang ke Banda Aceh, menghadiri suatu acara pertemuan terbuka di halaman kantor Walikota yang waktu itu dijabat oleh Baharuddin Yahya. Pada momen itu Walikota berkata bahwa dia merasa bahagia karena dibantu oleh 2 orang berbakat untuk menata kota Banda Aceh. Orang yang dimaksud adalah Muchyan Yunan, pegawai PU alumni Universitas Diponegoro, Semarang dan Zubeir Sahim juga pegawai PU alumni Sekolah Kedinasan Departemen PU, Bandung. Setelah pertemuan itu, penulis menjalin hubungan persahabatan dengan keduanya. Balasan tahun kemudian tahun kemudian, Zubeir pernah menjadi atasan langsung penulis waktu bertugas di Sabang.

 

Muchyan Yunan kemudian berhasil mencapai derajat Doktor di bidang perencanaan wilayah. Dia merancang jaringan jalan melingkupi seluruh wilayah Aceh yang membentuk seperti sarang labah labah. Jaringan jalan itu membelah dan menembus wilayah Aceh Tengah seperti mata angin 8 arah  ( utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat,  barat laut ). Penulis mendiskusikan rencana itu dengan Muchya selaku penggagasnya. Di depan kami terpampang peta topografi dan citra satelit Provinsi Aceh. Tampak Kawasan Ekosistem Leuser seperti gambar sayap kupu kupu. Penulis bertanya, "apa maksud dan dasar pikiran Bapak membuat rencana itu?". Dia menjawab tegas, ingin memutus rantai isolasi antara Aceh pedalaman dengan Aceh pesisir.

 

Penulis membentangkan prediksi di masa depan Kawasan Ekosistem Leuser ( KEL ), kalau rencana itu tetap dilaksanakan. KEL adalah kawasan konservasi yang melindungi seluruh Aceh dan Sumatera Utara bagian utara. KEL adalah paru paru dunia yang masih tersisa sedikit, dipantau, dijaga Masyarakat Internasional khususnya Uni Eropa. KEL adalah warisan dunia yang kebetulan berada dan dititipkan kepada Bangsa Republik. KEL adalah kawasan yang memiliki tingkat keanekaragaman tertinggi di dunia, mengalahkan hutan hujan tropis di Congo, Afrika Tengah, Amazon di Brasil termasuk kawasan Pantanal, rawa rawa, terbesar di dunia. KEL adalah salah satu harta karun terbesar yang masih utuh. Selama ribuan tahun KEL tidak terjamah oleh tangan tangan rakus dan buas karena dilindungi benteng alam berupa dinding bukit terjal, jurang dalam dan hutan lebat dengan kerapatan tinggi.

 

Kemudian Bapak datang dengan gagasan cemerlang atau bodoh?,  ( tergantung sudut pandang yang dijadikan titik tolak ). Bagi kelompok konservasi, itu adalah gagasan konyol yang berbahaya. Bagi pemilik modal, itu adalah gagasan brilian yang akan semakin menambah kekayaannya. Selama ini alat berat mereka  terkunci oleh hambatan alam. Bapak datang sebagai juru selamat mereka, membuat jalan raya hotmix, jembatan yang menghubungkan dua tepi jurang, ngarai dengan modal dari negara, dan mereka bisa menghemat investasinya. Ibarat kue tart, Bapak mengirisnya menjadi delapan potong.  Berikutnya mengalir jutaan meter kubik kayu gelondongan dari kawasan sakral itu, yang Bapak sendiri tak mampu mencegahnya. Setelah itu apa yang terjadi ? Tumbuh pemukiman baru di sepanjang jalan, ikut membuka hutan. Terjadilah konflik sosial antara penduduk dengan korporasi yang memegang hak konsesi hutan. Semoga Bapak diberi umur panjang untuk melihat penderitaan dan banjir darah serta air mata rakyat Aceh dan Sumatera Utara menerima kiriman hadiah dari langit, berupa banjir bandang. Kerugian besar yang lain, generasi yang akan datang mengutuki, melontarkan caci maki, sumpah serapah karena Bapak sudah menghilangkan kesempatan mereka untuk memperoleh diversifikasi pangan dan obat obatan terbaik, karena hancurnya Bank Gena, sumber plasma nutfah untuk selamanya. Para ahli botani, zoologi dan mikroorganisme tak ketinggalan mencerca Bapak habis habisan karena menjadi algojo pembuka kotak pandora yang tak mungkin lagi bisa ditutup. Para ahli pandemi, epidemiologi juga mengutuki Bapak sepanjang hidup karena memicu perkembahan wabah berbagai penyakit. Para ahli ilmu kebumian ( geologi, geomorfologi, hidrologi, petrologi, pedologi, klimatologi / meteorologi ) ikut meramaikan getombolan besar orang yang menghujat Bapak, karena merusak tatanan siklus dan neraca hidrologi. struktur tanah, mengubah bentuk lahan. Ahli ilmu sosial, Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ), pers / media cetak, televisi, radio menghujat Bapak, karena dianggap sebagai pemicu konflik sosial yang mungkin tidak terjadi kalau tidak ada sarang labah labah itu. Kemudian saya tanya kepada Bapak, "SIAPAKAH BAPAK SESUNGGUHNYA?". Saya sampaikan saja sekarang di depan Bapak " MUCHYAN YUNAN ADALAH ORANG YANG BERITIKAD BAIK. INGIN MEMBUKA ISOLASI ANTAR WILAYAH, INGIN MENINGKATKAN PEREKONOMIAN RAKYAT. SANGAT DISAYANGKAN, NIAT BAIK SAJA TIDAK CUKUP. ALAM INI TERLALU KOMPLEKS UNTUK DIPAHAMI DENGAN NIAT BAIK SEMATA. NIAT BAIK HARUS DILENGKAPI DENGAN PENGETAHUAN ILMU LINGKUNGAN / EKOLOGI YANG MUMPUNI, AGAR TIDAK MENUAI BENCANA MENGERIKAN. BAPAK TERLALU NAIF UNTUK MENGUTAK ATIK SISTEM ALAM SEMESTA". Untuk membuka isolasi antara wilayah dapat dilakukan dengan jalur "jembatan udara", melalui penerbangan kelas perintis yang melintasi pegunungan Bukit Barisan. KEL harus dijaga kelestariaanya. 

 

Muchyan Yunan terdiam seribu bahasa, hanya menatap penulis, setelah diceramahi oleh juniornya. Akhirnya dia berkata " Semua sudah terlanjur. Saya tak bisa kembali. Kenapa kau terlambat menyampaikan ini. Aku hanya pegawai yang tidak memiliki kekuasaan mengambil keputusan. Aku mengaku keliru dan sudah terlanjur membuka kotak pandora. Biarlah kutanggung caci maki dan hujatan orang. Muchyan Yunan sudah pergi mendahului kita. Beliau masih sempat melihat banjir bandang menerjang Aceh Tamiang tahun 2006 dan 2011. Beberapa tahun kemudian penulis bertemu dengannya secara kebetulan di Sun Plaza Medan. Dia mentraktir makan siang dan minum kopi sampai sore. Muchyan bercerita kalau dia sudah menetap di Jakarta setelah kalah dalam kontestasi pemilihan Gubernur Aceh, berpasangan dengan Irwandi Yusuf dan dia sebagai wakil. Muchyan berkata "Kau benar. Sarang labah labah itu membawa petaka untuk Aceh". 

 

Lalu bagaimana dengan Papua?.  Trans Papua berfungsi sama dengan jaringan jalan labah labah di Aceh. Wilayah pegunungan Tengah yang selama puluhan tahun hanya menjadi area bermain PT Freeport Mac Moran, di masa depan akan semakin ramai dijarah oleh pemburu rente ( bukan enterprenuer ) yang tak pernah merasa kenyang. Sebagian wilayah Papua harus bersiap siap memanen bencana, misalnya kawasan selatan Papua ( Merauke dan sekitarnya ). Sungai sungai besar di Papua seperti Memberamo, Digul dan Sepik bakal menjadi "jalur transportasi menghadap Tuhan". 






Gambar 1 : Peta KEL yang utuh, meliputi Aceh                               dan Sumatera Utara. Warna pink                                   menunkkan kawasan konservasi

                    Sumber : Google





Gambar 2 : Peta KEL minus wilayah Sumatra Utara        

Sumber : Google






Gambar 3 : Peta Papua dan jaringan Trans Papua


Sumber : Google

Comments

Popular Posts