HARI INI PADA 112 TAHUN LALU

 Pada pagi hari tanggal 14 Juni 1913 seorang pakar terkemuka bidang arkeologi Dr Nicholas Johannes Krom sangat gembira mendapat kabar dari Kantor Algemenne Secretarie di Buitenzorg ( Bogor sekarang ). Pada hari itu terbit besluit pemerintah No 62 Tahun 1913 bertanggal 14 Juni tentang Pembentukan Oudheidkundige Dienst selanjutnya disingkat menjadi OD ( Dinas Purbakala ). Krom membayangkan betapa panjang perjalanan dan sulitnya upaya membentuk OD. Berkali kali sejak tahun 1910 Krom melobby Gubernur Jenderal, Dewan Hindia agar membentuk OD. Krom sempat melakukan perjalanan ke Myanmar dan India melakukan studi banding sambil berdiskusi intensif dengan pihak otoritas arkeologi di negara negara tersebut. Kesimpulan diskusi diskusi itu adalah dibutuhkan lembaga resmi pemerintah dengan anggaran tetap / rutin untuk menangani situs situs arkeologi / cagar budaya. Selama tiga tahun Krom bergerilya untuk meyakinkan para pengambil keputusan agar mengabulkan permohonannya dan akhirnya mimpinya terwujud. 


Kilas Balik

Pada tahun 1901 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie In Nederlandsche Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madoera, berdasarkan Besluit Pemerintah 18  Mei 1901 No 4 . Commissie itu dipimpin oleh pakar terkemuka bernama Johannes Laurent Andreas Brandes dengan dibantu oleh para pembantu yang handal. Para pembantu itu bernama Jean Jaques de Vink,  Leydie Melville, J Knebell. Tahun 1905 Brandes wafat, makamnya terdapat di kompleks makam Taman Prasasti, Tanah Abang, Batavia. Commissie berjalan tanpa arahan dari ketua. Para pembantu Brandes memang sangat terampil dalam bidang teknis lapangan, tetapi tidak memiliki visi ke depan untuk pengembangan. 



Gambar 1 : JLA Brandes dan makamnya.

Sumber : Google


Tahun 1910 setelah 5 tahun berjalan tanpa nakhoda, Pemerintah mendatangkan seorang pakar ternama dari Nederland yaitu Dr NJ Krom. Krom segera menyadari beratnya tugas yang diembannya. Dia merasa bentuk lembaga yang bersifat temporer seperti Commissie, tidak mungkin mampu menjalankan tugas berat itu. Dengan hasil kerja anak buah Brandes, Krom segera menyusun dan mengolah bahan bahan yang sudah terkumpul. Segera keluar laporan rutin dengan beragam bentuk penerbitan, seperti monografi, Rapporten Oudheidkundige Dienst  ( ROD ), Rapporten Oudheidkundige Commissie ( ROC ), Tahun 1914, Pemerintah mendatangkan Ajunct Ahli Arkeologi bernama Dr Frederick David Kan Bosch. 



Gambar 2 : NJ Krom 

Sumber : Google



Krom tidak lama memimpin OD, tahun 1915 dia mengambil cuti pulang ke Nederland. Ternyata Krom tidak kembali ke Hindia Belanda,  karena diangkat menjadi Profesor di Universitas Leiden. Berdasarkan bahan bahan yang dibawa dari Hindia Belanda,  Krom menerbitkan beberapa karya monumental dan sampai sekarang masih menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari arkeologi dan sejarah kebudayaan klasik Indonesia. Beberapa karya Krom antara lain Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kunst, Gesheidenis van Hindoe Javaansche, Monogrfi Borobudur. 





Gambar 3 : FDK Bosch

Sumber : Google

FDK Bosh memimpin OD mulai tahun 1916 - 1936. Tahun 1924 OD merekrut seorang pakar terkenal bernama Willem Frederick Stutterheim. Tahun 1936 Bosch mengambil cuti pulang ke Nederland dan seperti Krom, dia tidak kembali ke Hindia Belanda. Posisi Direktur OD dipercayakan kepada Stutterheim. Di masa kepemimpinan Stutterheim,  terjadi resesi yang memaksa Pemerintah memotong anggaran di semua sektor, termasuk anggaran untuk OD. Kondisi itu tidak membuat kinerja OD menurun. Stutterheim mengalihkan kegiatan operasional di lapangan ke kantor. OD menjelma menjadi lembaga kajian ilmiah. Berbagai publikasi mengalir deras dari OD, tentu saja karya Stutterheim mendominasi publikasi. Tahun 1942 ketika Jepang menduduki Hindia Belanda,  kegiatan OD terhenti total. Stutterheim dikenai tahanan rumah, karena jasanya masih dibutuhkan Jepang untuk memberi nasehat tentang cara menangani masalah kepurbakalaan. Tahun 1942 Stutterheim wafat akibat serangan kanker otak. 




Gambar 4: WF Stutterheim

Sumber : Google


Setelah kemerdekaan ditunjuk Ir R von Rommondt sebagai Acting Direktur OD, sampai ditunjuknya direktur definitif yang didatangkan dari Nederland. Akhirnya Direktur bernama Dr AJ Bernet Kempers mulai memimpin OD mulai tahun 1947 - 1953. Bernet Kempers mendidik kader kader muda bangsa Indonesia untuk mengambil alih estafet tongkat komando. Murid murid Bernet Kempers adalah garda terdepan yang mengomandani OD yang sudah berganti nama menjadi Djawatan Purbakala. Tahun 1953 dua orang murid Bernet Kempers yaitu R Soekmono dan Satyawati Suleiman berhasil lulus menjadi sarjana arkeologi. Kelak R Soekmono berhasil menjadi Doktor arkeologi pertama ( 1974 ) dengan disertasi berjudul Candi, Arti, Fungsi  dan Pengertiannya dan menjadi Profesor arkeologi pertama bangsa Indonesia. Sejak itu lahir para sarjana arkeologi bangsa Indonesia yang menjadi tulang punggung kegiatan penelitian, pemeliharaan / konservasi, pemugaran berbagai situs arkeologi yang tersebar di berbagai pelosok tanah air. Sekarang sudah ribuan sarjana arkeologi yang dihasilkan dari Universitas Indonesia,  Universitas Gadjah Mada,  Universitas Udayana, Universitas Hasanudin, Universitas Jambi. 






Gambar 5 : AJ Bernet Kempers




Gambar 6 : R Soekmono

Sumber : Google


NJ Krom layak mendapat predikat Bapak Arkeologi Indonesia. Bernet Kempers mendapat predikat Bapak Pendidikan Arkeologi Infonesia. Akhirnya penulis mengucapkan Selamat Memperingati Hari Lahirnya Institusi Arkeologi Indonesia ke 112. Viva Arkeologi Indonesia. 



  



Comments

Popular Posts