DESAIN ALAM DAN PENGUASA
Teori Superstring ( super
dawai ) memberi penjelasan yang sistematis logis, konsisten, tentang proses
terciptanya alam semesta. Teori ini merupakan karya banyak ilmuwan besar yang
memberikan kontribusi terhadap upaya membangun teori yang sangat handal. Salah
satu turunan narasi induk teori Superstring adalah : alam semesta merupakan
sebuah desain besar hasil proses evolusi. Salah satu produknya adalah manusia.
Tema dasar alam semesta adalah perubahan dan perubahan mendorong terciptanya
variasi. Konsekuensi logis dari teorema itu adalah : Tidak ada dua orang
individu yang identik sama persis, dalam segala hal, termasuk peta genetik (
genom ), sifat / ciri genotip dan fenotip, kapasitas kemampuan fisik, mental,
intelektual, emosional, spiritual dan sebagainya. Implikasi berikutnya
adalah tingginya tingkat diversifikasi manusia dengan variabilitas sangat
besar. Keberagaman itu juga terjadi pada kemampuan manusia mengakses, mengelola
dan memanfaatkan sumberdaya. Sebagian kecil
manusia dengan kemampuan besar dan super, berada di lapisan puncak piramida,
tetapi menikmati bagian terbesar dari sumberdaya. Ketimpangan dalam penguasaan
dan pemanfaatan sumberdaya dijadikan landasan alasan / justifikasi pembentukan
lembaga peradaban yang diduduki oleh manusia berkapasitas besar dengan tujuan
untuk mendistribusikan sumberdaya secara lebih merata. Sebagian besar manusia
tidak memiliki kapasitas untuk mengambil porsi besar sumberdaya, hanya mengais
remah remahnya saja. Orang yang memiki kapasitas besar merasa terpanggil
mendapat titipan / amanah dari alam semesta untuk meraih sebesar besarnya
sumberdaya, kemudian melaksanakan tugas mulia, mendistribusikan kembali
sumberdaya itu kepada seluruh anggota komunnitasnya, atau kesatuan yang lebih
besar ( warga negara ).
Masalah yang muncul di
babak berikutnya adalah :
Tidak semua orang yang
memiliki kapasitas besar, setelah meraup banyak sumberdaya bersifat amanah, mau
mendistribusikan kembali apa yang sudah didapatkannya kepada sebagian besar
manusia yang tidak memiliki kapasitas besar seperti dirinya. Orang besar itu
ternyata tidak memiliki kemampuan pengendalian diri yang prima, tidak mampu
menarik batas tegas antara kebutuhan dengan keinginan. Akibatnya mereka
tetap merasa kurang, belum memenuhi kebutuhan, sehingga sepanjang durasi
hidupnya hanya menghimpun sumberdaya, tidak kunjung mendistribusikannya kepada
orang lain.
Semua manusia memiliki karakter demikian jika dia memiliki kesempatan dan kemampuan yang besar. Manusia cenderung paranoid, tidak mau melepaskan begitu saja apa yang sudah dimiliki dan sangat takut akan kehilangan barang miliknya. Sifat ini muncul karena manusia lama sekali melewati tahapan ( masa /era ) sebagai pecundang dan pemungut / pemulung bangkai di dasar piramida mata rantai makanan. Baru lebih kurang 100.000 - 70.000 tahun lalu manusia duduk di puncak piramida makanan. Lompatan prestasi yang dicapai dalam waktu yang relatif singkat, membuat manusia tidak memiliki rasa percaya diri, tidak memiliki kedewasaan mental untuk bertindak selaku distributor sumberdaya yang baik. Kepemilikan dan penguasaan sumberdaya yang timpang memberikan kesempatan kepada manusia yang berkapastas kemampuan besar untuk bertransformasi menjadi penguasa
Penguasa Lupa Diri
Setelah mempelajari sejarah peradaban manusia sejak 5000 tahun terakhir, ada satu pelajaran penting yang dapat diekstraksi dari sekian banyak narasi. Pelajaran itu sangat penting khususnya bagi penguasa yang sedang berjaya, atau orang orang yang bernafsu untuk menjadi penguasa. Banyak penguasa yang tidak dapat mempertahankan kekuasaannya, kemudian jatuh tersungkur. Ada yang bahkan dapat mempertahankan kekuasaannya selama beberapa generasi, membentuk dinasti. Lalu para penguasa itu minta petunjuk dan nasihat tentang bagaimana cara mempertahankan kekuasaannya?
Langkah pertama, para penguasa harus memahami hakekat kekuasaan. Semua kekuasaan di muka bumi dibangun di atas landasan tatanan khayalan. Tatanan khayalan baru dapat berfungsi efektif jika sebagian besar orang percaya pada tatanan tersebut. Tatanan khayal dipercaya dapat menyatukan banyak orang bersepakat untuk bekerja sama. Semua tatanan khayalan pasti menghasilkan hierarki. Orang yang duduk di lapisan puncak hierarki memiliki kekuatan mempengaruhi banyak orang untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan kehendaknya. Contoh bentuk tatanan khayalan itu adalah negara, bangsa, lagu kebangsaan, bendera nasional, lembaga negara, korporasi, mata uang, ijazah, dan banyak lagi. Ketika banyak orang sudah tidak bersepakat lagi dengan suatu tatanan, akan membentuk tatanan baru, mencari pengikut yang sepaham lalu terjadi benturan dengan tatanan sebelumnya. Benturan itu dapat berupa pertengkaran, perkelahian sampai peperangan. Peperangan dipicu bukan oleh sebab sebab lain, tetapi oleh perbedaan tatanan khayalan. Peperangan akan menghasilkan konstelasi baru, kondisi baru yang tidak sama lagi dengan kondisi sebelumnya. Perang Dunia II menghasilkan tatanan dunia baru yang dikendalikan oleh 5 negara besar pemenang. Salah satu bentuk kekuasan mengendalikan komunitas dunia adalah hak veto yang eksklusif dimiliki oleh 5 negara pemenang ( AS, Inggris, Perancis, Rusia, Tiongkok ).
Kembali pada pertanyaan mendasar di atas, bagaimana cara mempertahankan kekuasaan atau tatanan status quo?. Ada dua cara yang wajib dilakukan oleh setiap penguasa. Nasehat ini berlaku untuk di semua dimensi ruang, waktu dan di setiap besaran skala, baik besar maupun kecil. Cara mempertahankan kekuasaan adalah :
1. MEMENANGKAN ( MENYENANGKAN ) SEMUA PENDUKUNG, LOYALIS, SEKUTU
2. BERDAMAI DENGAN MUSUH ( SALING MEMBERI KONSESI )
Melakukan salah satu saja tidak cukup. Banyak penguasa hanya melakukan nasehat ke dua, mengabaikan nasihat pertama. Dia menganggap tidak perlu berinvestasi dengan para pendukung dan loyalisnya, karena dianggap kepatuhan para pendukung bersifat otomatis dan berlaku selamanya. Dia justru memberi terlalu banyak pada musuhnya, untuk mengambil hati para musuh. Kalau seperti itu kelakuannya maka, maka dapat dipastikan umur kekuasaannya sudah dapat dihitung dengan jari tangan.
Para penguasa yang bertabiat seperti itu adalah penguasa yang tidak matang, karbitan, naik terlalu cepat, tidak tahu diri alias lupa diri. Dia lupa, di atas pundak siapa dia berdiri untuk meraih kekuasaan.
Alam sudah memberikan petunjuk, jangan terlalu serakah dalam menjalankan kekuasaan. Penguasa boleh dan bahkan harus menghimpun materi / energi tetapi bukan untuk dikangkangi sendiri atau dinikmati bersama sekelompok kecil lingkaran intinya, melainkan harus disebarkan seluas luasnya. Hanya dengan cara itu penguasa dapat mempertahankan kekuasaannya.
Kesimpulan
Desain alam semesta telah memberi kontribusi penting terhadap munculnya penguasa. Penguasa tidak pernah dapat digusur dari panggung sejarah peradaban, dia hanya dapat diganti oleh penguasa lain, karena dia adalah produk desain evolusi alam
Comments
Post a Comment