VISI MICHELANGELO TENTANG SAINS
Prolog
Michelangelo adalah seorang seniman besar ( magistratus, magistro, maestro ) bidang seni rupa dari periode Renaisance. Periode ini mulai bersemi pada abad XIII, dimulai dengan munculnya seniman besar bidang sastra ( Dante Alligheri, Petrarca ), lalu disusul dengan munculnya seniman besar bidang seni rupa seperti Donatello, Michelangelo, Raphael, Giotto, Leonardo da Vinci. Renaisance adalah sebuah gerakan yang berorientasi pada peradaban Yunani klasik. Para cerdik pandai berlomba lomba menekuni peradaban Yunani klasik, yang mengagungkan akal pikiran. Sebuah antitesa dari karakter peradaban pada masa abad pertengahan ( abad kegelapan ). Abad pertengahan ditandai dengan dominasi dogma agama Katolik. Semua kebenaran bersumber dari Al kitab, dan pemuka agama adalah pemegang otoritas tunggal dalam menafsirkan dan mengartikulasikan realitas. Pemuka agama steril dari kesalahan. Seni rupa yang berkembang pada masa itu dikenal dengan nama Romano dan Gothik. Michelangelo merasa dominasi agama sudah kelewat batas dalam mengatur segala hal. Gagasan yang berbeda dengan isi kitab suci langsung diberangus dan pelakunya mendapat tekanan fisik yang hebat, serta dipaksa untuk membuang gagasan itu. Dalam suasana demikian Michelangelo melakukan perlawanan secara halus, tersamar, tetapi langsung menusuk jantung kekuasaan puncak dalam hierarki agama Katolik yaitu Paus yang berdiam di istana Kepausan di Vatican. Michelangelo membentangkan visinya tentang sains yang menentang mainstream. Uniknya visi itu dibentangkannya di langit langit gedung Sacellum Sixtinum ( Cappella Sistine ) dalam bentuk fresco berukuran lebar 280 Cm dan panjang 570 Cm. Fresco adalah lukisan yang dibuat di dinding atau langit - langit. Lukisan itu menggambarkan kisah penciptaan Adam oleh Tuhan di surga. Visi Michelangelo tentang sains tidak disadari oleh para petinggi di Vatican. Visi itu dibuat dengan diselimuti oleh kode kode rahasia dan tidak terungkap selama berabad abad. Pesan Michelangelo bergema menembus dinding tembok kota Vatican, melintasi batas alam ( pegunungan Alpen ), batas negara, melewati lorong waktu berabad abad. Visi Michelangelo sekarang menjadi mainstream di dunia sains, menggusur dogma agama Katolik dan agama Abrahamik lainnya.
Deskripsi Cappella Sistine
Cappellea Sistine adalah satu dari beberapa bangunan utama di kompleks Kepausan di Vatican. Cappella Sistine berukuran 409 x 134 × 207 meter. Pada tahun 1473 - 1481 Paus Sistus IV memugar Cappella Sistine secara besar besaran dan pada tahun 1505 - 1508 Paus Yulius II menugaskan Michelangelo membuat lukisan fresco di langit - langit Cappella Sistine. Tema lukisan itu adalah kisah penciptaan Adam di surga. Sudah sejak beberapa abad Cappella Sistine dijadikan tempat persidangan konklaf yang diikuti oleh para Kardinal dari seluruh dunia, untuk memilih Paus baru, setelah Paus lama wafat.
Profil Michelangelo
Michelangelo dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1475 dengan nama lengkap Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni, dan wafat pada tanggal 18 Februari 1564 di Roma. Michelangelo memulai karir sebagai seniman perupa di Firenze pada tahun 1487 - 1494, dan mengakhiri karirnya yang panjang di Roma pada tahun 1534 - 1564. Selain fresco di Cappella Sistine, maha karya Michelangelo yang lain adalah patung David dan Pieta yang terbuat dari batu pualam.
Lukisan Penciptaan Adam
Lukisan penciptaan Adam merupakan lukisan paling terkenal dari seluruh lukisan di langit - langit Cappella Sistine. Lukisan itu menggambarkan sosok Allah yang digambarkan sebagai sosok lelaki tua berjanggut dan berjubah putih, yang dikelilingi oleh para Malaikat menjulurkan lengannya, berusaha menggapai lengan Adam , yang digambarkan sebagai sosok pemuda.
Gambar 4 : Cappella Sistine yang langit - langit dan dindingnya dipenuhi oleh fresco.
Sumber : Google
Pengaruh Visi Michelangelo Terhadap Perkembangan Sains Modern
Visi Michelangelo terus bergema menembus tembok kompleks Vatican, walaupun terus ditekan oleh pihak gereja Katolik, akhirnya sampai pada pribadi pribadi berbakat dan berkemampuan besar. Di antaranya adalah Rene Descartes, filsuf yang meletakkan dasar dasar logika deduksi di dalam paham rasionalisme. Aliran rasionalitas menjadi dasar pijakan filsafat ilmu pada aspek epistemologi. Tokoh lain yang dipengaruhi oleh visi Michelangelo adalah Francis Bacon yang mengembangkan logika induksi di dalam paham empirisme. Dua tokoh di atas adalah peletak dasar fondasi sains modern yang bertumpu pada filsafat rasionalisme dan empirisme. Hasil penggabungan kedua aliran filsafat tersebut melahirkan metode keilmuan yang dapat diandalkan. Implementasi ke dua metode tersebut, melahirkan siklus pengembangan sains modern.
Penemuan sistem taksonomi oleh C Linnaeus telah mempercepat laju pengembangan sains. Sistem taksonomi melahirkan konsep komparasi. Komparasi melahirkan konsep pengukuran. Konsep pengukuran melahirkan peralatan instrumentasi. Peralatan instrumentasi melahirkan satuan pengukuran. Pengukuran dan peralatan instrumentasi berikut satuan ukuran yang terstandardisasi melahirkan metode eksperimen. Penggunaan matematika dan statistik telah mempercepat seluruh proses pengembangan sains. Komunikasi melalui bahasa yang baku atas semua hasil temuan sains modern di dalam jurnal jurnal keilmuan mempercepat penyebaran dan pengembangan sains. Kerjasama di antara komunitas ilmuwan juga turut memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan dan penyebaran sains. Kombinasi semua unsur unsur tersebut akhirnya telah memberikan tenaga dorong mesin roket yang melontarkan sains modern jauh meninggalkan pengetahuan pengetahuan lain, termasuk agama.
Epilog
Semua kemajuan peradaban yang kita nikmati hari ini dimulai dari visi besar seorang seniman besar pada masa Renaisance bernama Michelangelo. Seandainya tidak ada sang maestro, apakah sains tidak berkembang maju?. Jawabannya mungkin ya mungkin pula tidak. Di alam berlaku mekanisme acak, di samping determinisme. Seandainya Michelangelo tidak dilahirkan, mungkin saja di tempat lain dan di waktu yang sama atau berbeda dapat saja muncul orang dengan visi yang sama. Michelangelo mencantumkan visinya dalam bentuk pesan tersamar, karena di masanya mengucapkan gagasan itu secara gamblang akan terbentur dengan kekuasaan yang besar dan kuat. Audiensnya di masa itu tidak mungkin dapat menangkap dan mencerna gagasan revolusioner itu. Oleh karena itu tidak mengherankan jika seorang filsuf besar sekaliber Sir Mohammad Iqbal pernah berucap Aku tidak butuh telinga masa kini, karena aku penyair / pemikir masa depan.
Comments
Post a Comment