ASAL USUL DAN PROSES TERBENTUKNYA KELUARGA

 

Prolog

Pada era 1980 an Stasiun TVRI menayangkan film seri berjudul Litle House on The Prairi,dengan tokoh sentral Laura Ingals yang diperankan oleh Melisa Gilbert dan ayahnya Charles Ingals yang diperankan oleh aktor kawakan Michael Landon. Film itu menggambarkan sebuah keluarga bahagia yang hidup sederhana di pinggiran desa Walnut Grove, di negara bagian Minnesota Amerika Serikat. Film itu mendapat sambutan hangat di berbagai negara, termasuk Indonesia yang memilih waktu penayangan setiap hari minggu siang. Film itu dibuat berdasarkan buku yang ditulis oleh Laura Ingals. 

Satu dekade kemudian di Indonesia muncul sinetron yang berjudul Keluarga Cemara, ditayangkan oleh Stasiun TVRI. Sinetron ini berdurasi sangat panjang ( 1996 - 2005 ) . Lagu tema sinetron ini berjudul Harta Paling Berharga ( Keluarga ).  Film seri dan sinetron di atas sudah cukup untuk menggambarkan betapa pentingnya keluarga di dalam peradaban manusia.

 Keluarga adalah unit terkecil dalam satuan populasi manusia. Ditinjau dari aspek jumlah anggota dan kedekatan hubungan genealogis / kekerabatan dan skala besaran, keluarga  terdiri dari 2 jenis yaitu keluarga inti ( nuclear family ) dan keluarga luas ( extended family ). Keluarga inti terdiri dari seorang ayah, seorang ibu dan beberapa orang anak. Keluarga luas terdiri dari keluarga inti ditambah dengan saudara dari pihak ayah, ibu baik kandung maupun tiri, berikut anak anaknya, cucu, cicit, orang tua dari pihak ayah, ibu. Keluarga adalah tempat berlindung yang paling aman, nyaman bagi setiap orang, tempat mencurahkan perasaan, keluh kesah, dan masalah serta tempat berbagi kesenangan dan keceriaan. Setiap individu baru lahir, selalu disambut dengan antusias dan rasa gembira oleh setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga yang wafat, dilepas dengan perasaan sedih oleh anggota keluarga yang ditinggalkan. 

Tidak banyak orang yang berpikir dan mempertanyakan sejak kapan dan bagaimana proses terbentuknya keluarga?. Sejak kapan munculnya rasa gembira dan sedih pada diri manusia ketika hadir dan perginya anggota keluarga? . Selama ini banyak orang menganggap bahwa itu semua adalah sesuatu yang bersifat taken for granted, sesuatu yang muncul seketika secara instan dan sudah ada dengan sendirinya.  Kitab suci agama Abrahamik juga menggambarkan hal demikian. Setelah Adam dan Hawa ( Eva ), diciptakan, memiliki anak anak, sudah terbentuk keluarga. Kenyataan berdasarkan bukti bukti fisik otentik yang diperoleh dari ketekunan kerja para pakar disiplin ilmu ilmu arkeologi, antropologi, sejarah, biologi, paleoantropolgi menunjukkan hasil berbeda dari kitab suci. Kajian dari jalur fosil,  genetika, budaya ( artefak ), menunjukkan hasil yang selaras. 

Keluarga bukan merupakan paket warisan yang datang begitu saja dari dunia antah berantah, tetapi terbentuk melalui proses yang panjang dengan rentang waktu ratusan ribu tahun. Dibutuhkan beberapa kondisi yang merupakan prasyarat, sampai terciptanya kondisi yang sudah matang untuk terbentuknya institusi keluarga. Tulisan ini akan membentangkan berbagai kondisi yang dimaksud, sampai tercipta bentuk keluarga yang mapan dan prakiraan tentang bentuk keluarga di masa depan, berdasarkan trend perkembangan di masa kini. 


Kehidupan Manusia Masa Berburu dan Meramu

Berdasarkan hasil hasil penelitian di bidang arkeologi dan paleoantropologi dapat diperoleh gambaran komphrehensif tentang situasi dan kondisi kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu. Manusia hidup berkelompok dengan jumlah populasi berkisar antara 30 - 50 orang tiap kelompok dengan jumlah komposisi jenis kelamin yang tidak sama, misalnya 14 perempuan, 22 laki laki atau 21 perempuan, 17 laki laki. Jumlah populasi anak anak lebih sedikit dibanding dewasa. Hal ini dapat dimengerti, karena tingkat kematian balita sangat tinggi dan  tingkat mobilitasnya rendah. Sulit membawa anak anak dalam populasi yang sering berpindah pindah. Manusia pada masa itu memanfaatkan gua dan ceruk alam sebagai tempat bermukim, berlindung dari terik sinar matahari dan hujan. Peralatan yang digunakan terbuat dari batu yang dibentuk secara sederhana, masiv dan kasar, yang oleh para ahli arkeologi disebut dengan istilah paleolitik ( batu tua ). Selain batu, kayu juga digunakan sebagai alat untuk memudahkan berbagai aktivitas sehari hari. 

Di masa itu manusia sudah menerapkan pembagian kerja secara fungsional. Ditinjau dari segi anatomi fisik tulang, laki laki memiliki ukuran, bobot masa tulang, otot lebih besar dari perempuan. Konsekuensi logisnya, tenaga dan daya tahan tubuh laki laki secara rata - rata lebih besar dari perempuan. Akibat selanjutnya,  laki laki mendapat tugas berburu hewan mamalia besar dan kecil seperti sapi, rusa, bison, benteng, gajah, mamouth. kelinci.  Perburuan hewan dilakukan untuk mendapatkan unsur protein  hewani. Pekerjaan berburu dilakukan dilakukan sampai ke lokasi yang jauh dari gua hunian, mengikuti pergerakan hewan buruan. Lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas berburu dapat mencapai beberapa hari. Perempuan bertugas mengumpulkan umbi umbian, buah buahan untuk memenuhi kebutuhan unsur karbohidrat. Aktivitas mengumpulkan  umbi umbian dilakukan tidak jauh dari lokasi gua hunian. Di samping itu, para perempuan bertugas merawat dan mengasuh anak anak. 

Raut wajah manusia di masa itu relatif seragam. Sulit dibedakan raut wajah satu orang dengan orang lain. Raut wajah dibentuk oleh struktur tulang kepala, meliputi sudut busur kening, tinggi dan lebar hidung, tulang alis, rahang, bentuk dan ukuran tulang pipi, bentuk dan ukuran gigi. Selain jaringan keras, profil wajah juga dipengaruhi oleh jaringan lunak, seperti ketebalan daging, otot dan lemak pada wajah, bentuk dan ukuran ketebalan bibir. Tulang kepala dan jaringan lunak pada wajah manusia di masa itu relatif sama, tidak banyak variasi. Wajah manusia tidak dapat dijadikan faktor pembeda dalam menentukan identitas seseorang. Bentuk wajah seperti itu juga tidak banyak memberikan kemampuan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan secara optimal. Pada manusia modern, ekspresi wajah dapat menunjukkan pikiran dan perasaan seperti perasaan sedih, gembira, gelisah / galau, marah, takut / cemas, terkejut, heran, jijik. 

Dari uraian di atas, sudah diperoleh gambaran singkat tentang kehidupan manusia pada masa berburu dan meramu :

  1. Manusia hidup dalam kelompok kelompok kecil, dengan komposisi jenis kelamin yang tidak tetap. Populasi anak anak sedikit, dan nilai ekonomis anak anak relatif rendah, karena dianggap kurang mobile dan tingkat kematian balita yang tinggi. 
  2.  Sudah ada pembagian kerja secara fungsional berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Pembagian kerja tersebut tidak memiliki kaitan fungsional secara langsung. Laki laki dan perempuan bekerja di tempat terpisah. Frekuensi dan intensitas interaksi di antara laki laki dan perempuan relatif jarang. 
  3. Raut wajah yang seragam membuat sulit membangun hubungan emosional di antara anggota kelompok. 
  4. Manusia masih meniru pola interaksi seperti mahluk mamalia lain seperti dimpanse, bonobo dslam  interaksi dan aktivitas seksual, yaitu adanya musim kawin. Birahi seks hanya muncul pada saat waktu musim kawin.  

Keempat fenomena di atas belum cukup matang dan kondusif untuk munculnya bentuk keluarga inti. Situasi dan kondisi yang mematangkan proses terbentuknya keluarga inti tidak muncul tiba tiba, tetapi bertahap melalui proses panjang yang membutuhkan waktu ratusan ribu tahun. Beberapa faktor yang menghambat proses terbentuknya keluarga harus dihilangkan lebih dahulu. 


Peralihan Cara Hidup Berburu dan Meramu ke Sistem Pertanian Menetap 

Kontur dan profil wajah pada homo sapien sudah mulai menunjukkan aneka ragam bentuk. Raut wajah tiap individu sudah dapat dibedakan dengan jelas, sehingga dapat dijadikan unsur pembeda identitas antara seseorang dengan orang lain. Dengan perbedaan itu, tiap orang sudah lebih mudah untuk memilih siapa yang akan dijadikan teman dekat. Orang yang dipilih akan berhubungan sangat akrab dan mulai membangun hubungan emosional baik sesama jenis kelamin, maupun berbeda jenis kelamin. Sebagai ilustrasi, ketika sekelompok laki laki pergi berburu, anggota kelompok perempuan tetap tinggal di gua dan beraktivitas di sekitarnya. Sewaktu rombongan pemburu pulang ke base camp ( gua ), mereka disambut dengan gembira oleh para perempuan. Dengan bahasa tubuh dan mimik wajah berharap, seorang wanita berinisiatif mendatangi seorang laki laki, mengharapkan pemberian beberapa potong daging. Pria itu memberikan apa yang diharapkan si perempuan. Ketika tiba masa perburuan berikutnya dan mereka kembali dengan membawa hasil buruannya, perempuan yang sama tidak mendatangi laki laki yang berbeda. Dia tetap mendatangi laki laki yang pernah memberikan daging untuknya. Sejak itu mulai terbangun hubungan emosional di antara keduanya. Lama kelamaan ikatan hubungan itu makin erat. Si wanita mulai merasa ketergantungan pada seorang laki laki untuk memenuhi kebutuhan protein. Laki laki yang menjadi pemasok protein mulai meminta imbalan dari si perempuan berupa kesediaan si i perempuan memberikan pelayanan hubungan seksual. Berhubung waktu kembali dari perburuan tidak dapat diprediksi, lelaki pemberi protein meminta pelayanan seksual setiap saat kapan saja diinginkannya selagi masih berada di gua. Akibatnya manusia mulai mengembangkan kebiasaan melakukan aktivitas seksual yang tidak mengikuti jadwal musim kawin. Kebutuhan akan protein telah menghilangkan tradisi musim kawin pada populasi homo sapien. Dengan demikian satu kondisi prasyarat untuk terbentuknya keluarga telah telah terpenuhi.

Di periode akhir pleistocene ( jaman es terakhir  ), terjadi perkembangan baru di kawasan Asia Kecil dan Timur Tengah ( Turki, Suriah , Irak ). Sekelompok kaum wanita Homo Sapien yang memiliki waktu senggang mulai melakukan kegiatan " ekstra kurikuler ", yaitu melakukan observasi terhadap rumpun rumput liar yang berada dekat genangan / aliran air dan yang jauh dari air. Tanaman yang dilalui air terlihat lebih rimbun dan hijau. Mereka mulai melakukan upaya rekayasa mengalirkan air ke Tanaman yang jauh dari sumber air. Tanaman itu menjadi lebih hijau dari sebelumnya. Mereka juga mulai mencungkil permukaan tanah di sekitar tanaman agar menjadi lebih gembur dibanding tanah keras. Akhirnya mereka mendapatkan pengetahuan tentang pengolahan tanah dan perawatan tanaman. Tanaman rumput liar yang dijadikan objek eksperimen kemudian dikenal sebagai tanaman gandum. 

Demikian juga dengan hewan hewan liar yang terdapat di sekitar gua hunian mereka. Beberapa orang memberikan butiran / biji bijian, buah buahan dan sisa makanan kepada hewan hewan seperti domba, anjing, kucing, ayam. Makin lama, hewan hewan itu menjadi lebih sering berinteraksi dengan para pemberi makanan dan akhirnya menjadi jinak. Hasil kegiatan para  wanita itu menarik perhatian para laki laki yang sedang menikmati masa istirahat. Mereka melihat peluang untuk memperluas areal tanaman dengan menggemburkan tanah dan mengalirkan air ke tanaman. Para lelaki juga melihat perilaku hewan yang sedang kawin dan memperhatikan bahwa setelah kawin, tidak lama kemudian hewan betina hamil serta melahirkan anak. Mereka juga membayangkan hal yang sama pada wanita yang sering digaulinya. Para laki kaki merasa dirinya punya andil dalam munculnya individu baru.

Kelompok itu kemudian berkalkulasi bahwa mereka dapat menghasilkan karbohidrat dan protein dalam jumlah besar untuk jangka waktu yang lama. Mereka merasa tidak perlu lagi harus berpindah pindah untuk menghasilkan makanan sepanjang tahun. Berkumpul dalam jumlah besar dianggap tidak efektif dan tidak efisien. Mereka kemudian memisahkan diri dalam kelompok kelompok yang lebih kecil. Mereka memilih wanita yang sudah ada  hubungan emosional dengan dirinya. Mereka membentuk kelompok kelompok kecil dengan komposisi jenis kelamin yang berimbang, misalnya lima laki laki dan lima perempuan. Mereka berinteraksi sepanjang hari, sepanjang tahun di lokasi yang sama. Frekuensi dan intensitas interaksi tinggi sepanjang tahun, bekerja dan menetap di tempat yang sama. Jenis pekerjaan laki laki dan perempuan memiliki keterkaitan fungsional secara langsung. Laki laki membuka dan membersihkan lahan, perempuan menabur benih, perawatan tanaman dan panen dilakukan bersama. Nilai anak meningkat, ditandai dengan jumlah populasi anak meningkat, karena anak anak dapat dijadikan tenaga kerja membantu pekerjaan di lahan pertanian. Indikasi penambahan jumlah anak terlihat dari penemuan jumlah rangka anak anak dan penambahan luas lantai gubuk / rumah. 

Perkembangan yang terjadi pada periode ini antara lain :

  1.  Jumlah dan komposisi jenis kelamin di setiap kelompok sudah relatif sama.    
  2.  Frekuensi dan intensitas interaksi meningkat.  Mereka bekerja di lahan yang sama sepanjang 
  3.  Jenis pekerjaan mereka memiliki kaitan fungsional secara langsung.                        
  4.  Nilai anak meningkat, khususnya nilai ekonomi untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian. 

Fenomea di atas sudah memenuhi kondisi prasyarat dan sudah matang untuk terbentuknya keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak anak. Kondisi ini menjadi mapan dan sudah matang  untuk terbentuknya institusi yang hari ini  kita kenal dengan nama keluarga. Lembaga keluarga ini kemudian mapan selama ribuan tahun dan dilembagakan serta diperkuat, disahkan oleh agama.  


Titik Balik di Masa Renaisance, Aufklarung dan Modern

Selama 10.000 tahun bentuk keluarga berdiri kokoh, mapan dan semakin kuat sejak 5000 tahun lalu ketika agama agama purba muncul, kemudian diikuti oleh agama agama Abrahamik yang muncul lebih kemudian. Semua agama mengesahkan dan merestui bentuk keluarga seperti yang disaksikan hingga hari ini. Status mulia ini mulai digoyahkan pada 5 abad terakhir. Selepas periode abad pertengahan, pada Abad XV di Eropa muncul gerakan Renaisance yang mendorong orang kembali menggali alam pemikiran Yunani Kuno. Paham Renaisance bersendikan pada logika dan sains, dengan tegas ingin melepaskan / memisahkan ilmu dari agama. Intervensi agama di dalam perkembangan ilmu akan membawa kemunduran bagi peradaban. Gerakan Renaisance telah memicu perkembangan sains yang pesat. Ilmu pengetahuan modern mendorong perkembangan teknologi dan tahap berikutnya mendorong perkembangan industri.  Perkembangan industri yang pesat melahirkan revolusi industri di Inggris, disusul oleh Jerman Perancis, Italia, dan akhirnya meluas ke Amerika Serikat serta Jepang. Kemajuan industri menghasilkan penumpukan modal ( kapital ) di tangan segelintir kaum industrialis dan bankir, serta melahirkan paham kapitalisme. Kapitalisme kemudian melahirkan anak kandungnya yang disebut liberalisme. Paham liberalisme telah mendorong lahirnya paham kesetaraan gender dan gerakan emansipasi wanita. Para wanita menuntut persamaan hak dengan kaum pria, termasuk hak untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan karir. Tuntutan itu itu terus dikumandangkan selama puluhan tahun tanpa henti dan semakin lama semakin besar, terus menggelinding seperti bola salju. Setelah berjuang tanpa lelah, tuntutan kaum wanita dikabulkan. Wanita mendapat hak yang setara dengan kaum laki laki di segala bidang. 

Lalu apa yang terjadi?. Jarang sekali suami isteri  bekerja di kantor yang sama, di pabrik yang sama. Mereka bekerja di tempat yang terpisah. Jenis pekerjaan mereka tidak memiliki kaitan fungsional secara langsung. Mereka keluar rumah pada pagi hari dan baru pulang menjelang malam dalam keadaan sama sama lelah fisik dan mental. Tidak jarang pula suami dan isteri bekerja di kota yang terpisah dengan jarak berjauhan. Frekuensi dan intensitas interaksi semakin jarang. Kemudian mereka menganggap ikatan perkawinan sebagai belenggu yang membatasi dan menghambat kebebasan. Nilai anak pun merosot, tidak punya nilai ekonomi, bahkan dianggap sebagai beban. Tidak mungkin mempekerjakan anak di sektor modern. Akhirnya para laki laki dan wanita dewasa memilih hidup sendiri tanpa pasangan yang diikat oleh perkawinan. Mereka lebih memilih menetap di flat, kondominium, apartemen dan compaund. Di hunian tersebut, jumlah dan komposisi jenis kelamin para penghuninya tidak sama. Ada kalanya lebih banyak laki laki dibanding perempuan dan di waktu lain, keadaannya jadi terbalik. Jika diamati dengan cermat, ciri ciri yang muncul di jaman modern mirip dengan ciri ciri masyarakat di masa berburu dan meramu pada ratusan ribu tahun yang lalu. Sekarang menjadi jelas, bahwa cara dan gaya hidup masyarakat modern di kota kota besar ternyata sudah dipraktekkan oleh  manusia jaman purba.


Epilog

Penelusuran riwayat peradaban manusia di masa lalu telah memberi pemahaman yang luas, mendalam tentang asal usul dan proses terbentuknya keluarga. Sekarang jumlah penganut lembaga keluarga masih jauh lebih banyak dibanding yang menyimpang. Hal ini disebabkan karena usia lembaga keluarga sudah mencapai 10 millenium, sementara paham yang melawan mainstream baru berusia 3 abad. Di masa depan mungkin keadaannya akan berbeda. Apakah akan kembali pada bentuk keluarga, atau yang menyimpang dari mainstream akan berkembang lebih banyak lagi, atau tidak kedua duanya.  Mungkin manusia di masa depan akan menciptakan bentuk kesatuan populasi yang lain lagi. Waktu yang akan menjawabnya. Sebagai penutup, disini disampaikan ucapan yang mungkin bakal dinilai oleh sebagian orang sebagai ucapan yang provokatif.

WANITA ADALAH PEMBENTUK, SEKALIGUS PENGHANCUR KELUARGA INTI.





Comments

Popular Posts