PROFESI, PROFESIONAL / PROFESOR DAN PROFESIONALISME
Prolog
Profesi diartikan sebagai pekerjaan seseorang, yang dari produk, jasa, skill, investasi yang dikeluarkannya, dia mendapatkan imbalan yang cukup untuk menghidupi diri dan keluarganya. Profesional atau profesor adalah orang yang menekuni profesi tertentu, melatih, membangun, mencapai, memelihara level kompetensi yang tinggi, sehingga membuatnya berbeda dari orang yang tidak menekuni bidang profesi yang sama. Profesionalisme adalah paham yang mengharuskan para profesional memiliki kompetensi level tinggi, memiliki semangat / etos kerja yang tangguh, memiliki sikap / perilaku sesuai dengan etika profesi dalam menjalankan praktek profesinya.
Semua profesi mendapat penghargaan yang layak. Tidak ada profesi yang lebih baik, lebih mulia dari profesi yang lain. Besaran nilai imbalan yang diterima oleh suatu profesi ditentukan oleh :
1. Level kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Makin tinggi levelnya, makin besar nilai imbalan yang diterimanya. Level kompetensi ditunjukkan dengan sertifikasi dan kualitas hasil pekerjaannya.
2. Kelangkaan profesi dan tingkat kebutuhan akan jasa dari profesi tertentu. Makin langka tenaga profesi yang tersedia dan tingkat kebutuhan yang tinggi akan jasa profesi tersebut, makin tinggi nilai imbalan yang diterimanya.
3. Ekosistem dan habitat masyarakat tempat para profesional beraksi. Masyarakat terdidik yang sudah mempunyai level apresiasi yang tinggi terhadap orang yang memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki orang kebanyakan, cenderung memberikan penghargaan yang tinggi kepada para profesional.
Asal Mula Terbentuknya Aneka Ragam Profesi.
Peradaban pertanian dan terbentuknya pola pemukiman permanen adalah cikal bakal lahirnya aneka ragam profesi. Sistem pertanian dan pola hidup menetap memungkinkan dihasilkannya surplus bahan makanan yang menjamin pasokan kebutuhan hidup sepanjang tahun. Hanya sebagian orang yang bekerja menghasilkan makanan, tetapi hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga desa atau kota. Orang yang terbebaskan atau dibebaskan dari kewajiban menghasilkan bahan makanan, dapat berkonsentrasi mengembangkan keahlian di bidang yang dibutuhkan, misalnya pertukangan, pembuatan peralatan hidup, mengembangkan sistem tulisan dan juru tulis, menekuni aktivitas ritual / upacara keagamaan, berlatih fisik dan keterampilan menggunakan aneka ragam senjata, taktik dan strategi militer. Sebagian orang mendalami seni pahat / patung, lukis, suara / olah vokal, musik, kesusasteraan, teknik pengobatan, astronomi / astrologi, guru / pendidik, tata kelola pemerintahan / birokrasi dan kegiatan olah fisik/ olah raga. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi, profesional / profesor dan profesionalisme adalah anak kandung peradaban. Konsekuensi logis dari kesimpulan itu adalah setiap masyarakat beradab wajib menghargai semua profesi dan memberikan imbalan yang layak kepada setiap profesi, profesional dan dan para profesional wajib memelihara tingkat kompetensinya dan memegang teguh nilai nilai etika profesinya.
Pandangan Lalat Dari Masyarakat Dan Pemegang Otoritas Kekuasaan
Di Republik banyak kasus kejadian seorang profesional tidak mendapat apresiasi, penghargaan dan imbalan yang layak dari masyarakat dan pejabat pemerintah. Hal ini disebabkan karena masyarakat dan pejabat yang kurang terdidik, memiliki tradisi pandangan lalat. Apa dan bagaimana pandangan lalat yang dimaksud oleh tulisan ini ?. Coba dibayangkan seekor atau sekelompok lalat terbang berputar putar, lalu hinggap pada suatu benda berupa apa saja. Lalat itu hanya sesaat saja dalam hitungan detik hinggap pada benda tersebut, kemudian terbang lagi. Orang yang berpandangan lalat melihat suatu fenomena hanya sesaat kemudian membuat penilaian, kesimpulan yang ternyata salah dan sesat. Orang itu melihat apa saja sebagai potret sesaat, tidak mengetahui kondisi pada masa pra potret dan pasca potret. Justru pada bagian pra potret dan pasca potret lebih banyak tersimpan realitas sejati. Mari kita menukik lebih dalam untuk menyingkap tabir yang menutup mata banyak orang.
Dalam momen pertunjukan pertandingan tinju kelas berat yang memperebutkan sabuk juara dunia. Selain para petinju yang berlaga, ada sekelompok orang di depan atau di belakang panggung yang berperan penting dalam mewujudkan acara yang ditonton oleh ratusan juta orang. Orang orang yang dimaksud adalah manajer petinju, promotor pertandingan, tim medis, wasit yang menjadi pawang demi terselenggaranya pertandingan yang sesuai dengan protokol yang ditetapkan, para juri yang memberi keputusan hasil pertarungan, juru foto, juru kamera, pers, penonton dan ada seorang master yang menonjol. Dalam pertandingan berdurasi beberapa jam, sang master tampil hanya beberapa menit, tetapi dibayar sangat mahal, yaitu orang yang berprofesi sebagai Announcer. Announcer adalah orang yang memperkenalkan profil para petinju, wasit dan juri. Orang yang berpandangan lalat sulit mencerna bagaimana orang yang bekerja sangat singkat dibayar demikian mahal. Ada ribuan orang yang menekuni profesi announcer, tetapi hanya dua orang yang mencapai level master, yaitu Jimmy Lennon Jr dan Michael Buffer. Ke duanya memiliki suara dan gaya yang tidak dapat ditiru orang lain. Jimmy Lennon Jr memiliki suara khas lantang, nyaring barnada tinggi. Michael Buffer memiliki suara bariton dan gaya yang berwibawa. Keduanya malang melintang di ring tinju selama beberapa dekade tidak tertandingi. Bagaimana keduanya memelihara kompetensinya,?. Mereka mengorbankan banyak kesenangan / kenyamanan serta kenikmatan hidup. Tiap hari selama beberapa jam berlatih di depan cermin besar, direkam, hasilnya dianalisis oleh para pakar psikologi, pembaca gerak tubuh dan mimik wajah. Keduanya menjauhi makanan berlemak, berminyak, minuman beralkohol. Dalam setahun mereka berdua mendapatkan job hanya 5 - 7 kali . Sementara mereka harus membiayai hidup keluarganya selama setahun. Sangat wajar kalau mereka dibayar mahal untuk sekali tampil selama beberapa menit saja.
Begitu juga dengan profesi guru, dosen, narasumber / pembicara di acara seminar yang setiap tampil pada suatu acara hanya 2 jam. Persiapan yang dilakukan membutuhkan waktu beberapa hari, mulai dari mencari / membaca banyak buku, merancang ppt ( power point ), menulis makalah, merapikan penampilan dan sebagainya. Khusus untuk dosen, harus menginvestasikan energi dan waktu lebih banyak lagi untuk membuat RPS ( Rencana Pembelajaran Semester ), SAP (Satuan Acara Perkuliahan ), membuat modul, merancang kuis, merancang tugas berikut mengoreksi, merancang soal ujian tengah semester, ujian akhir semester, memeriksa jawaban, memberi penilaian, membimbing dan menguji skripsi, tesis, disertasi, melakukan riset, menulis publikasi yang diterbitkan di jurnal bereputasi. Tidak semua orang memiliki kompetensi untuk menjadi guru / dosen yang mengajar di depan kelas. Kondisinya sama dengan dokter spesialis bedah atau pilot yang menerbangkan pesawat komersial dan pesawat tempur. Dibutuhkan bakat, kerja keras, kerja cerdas, ketekunan, latihan rutin, etos kerja, disiplin baja. dan yang terpenting adalah memiliki dan memegang teguh etika profesi serta bersikap, bertindak profesional. Para pemegang otoritas kekuasaan harus paham bahwa tidak ada profesi yang dilakoni tanpa latihan rutin, tanpa investasi waktu, tenaga, pikiran, biaya, tanpa kedisiplinan dan tanpa etika profesi. Oleh karena itu jangan pernah sekalipun meremehkan profesi apapun itu. Berikanlah imbalan yang layak kepada semua profesional, agar mereka dapat hidup layak, terhormat dan bermartabat.
Budayawan Sebagai Ahli Waris Pembawa Obor Peradaban
Di dunia beradab ada sekelompok kecil orang yang berpredikat sebagai pembawa dan penjaga api peradaban, yaitu budayawan, tetapi di Republik, kelompok ini hidup termarjinalkan, tidak mendapatkan apresiasi dan penghargaan yang layak. Budayawan adalah orang yang memiliki visi ke depan, mampu menangkap sinyal sinyal lemah sekalipun, yang mengisyaratkan adanya tanda tanda perubahan jaman. Pikiran mereka memiliki daya jelajah menjangkau area incognito ( belum dikenal, belum dipindai dan belum dipetakan ). Para pemegang otoritas kekuasan harus mengetahui tentang peran strategis budayawan dan mulai menghargai budayawan sebagai profesi yang harus mendapatkan imbalan layak. Berhentilah memperlakukan mereka layaknya buruh kasar yang diberikan imbalan bahkan di bawah ketentuan UMR ( Upah Minimum Regional ). Jangan memanipulasi istilah / konsep yang sudah didistorsikan sehingga maknanya tak lebih dari sampah / residu / limbah. Sebagai contoh, konsep pengabdian sudah diperkosa, direkayasa sehingga mengalami distorsi parah. Konsep pengabdian dieksploitasi habis habisan untuk membenarkan tindakan tidak memberikan imbalan yang layak kepada para budayawan. Apakah pemegang otoritas kekuasaan terbebas dari kata pengabdian?, sehingga layak dan boleh menerima imbalan besar rutin setiap bulan?. Mengapa kata pengabdian hanya dilekatkan pada profesi budayawan dan guru?. Kepada para guru sangat lama didendangkan slogan palsu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Demikian juga dengan para budayawan dinina bobokkan dengan alunan musik menghanyutkan bertajuk budayawan adalah ahli waris pembawa api peradaban, bekerja dengan penuh pengabdian, ikhlas, tidak memerlukan imbalan materi. Semua profesi harus mendapat imbalan layak sesuai dengan martabat yang disandangnya. Negara Republik sangat memanjakan pejabat birokrasi, politisi di parlemen, anggota komisioner di berbagai lembaga komisi di tingkat pusat dan daerah seperti KPU ( Komisi Pemilihan Umum ), KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) dan berbagai Komisi lain, tetapi menelantarkan anggota lembaga yang diisi oleh para budayawan. Hal itu terlihat dari kesenjangan lebar imbalan materi yang diterima budayawan dengan komisioner bidang lain. Tidak perlu mencari pembenaran / justifikasi perbuatan itu dengan berlindung di balik alasan regulasi. Regulasi yang mengangkangi prinsip keadilan dan kepatutan tidak perlu ditaati.
Akibat minimnya peran budayawan, negara Republik jadi bahan olok olok oleh warganya sendiri dan warga negara asing. Tidak ada orang yang berani dan mau menegur kelakuan penyelenggara negara yang menjungkir balikkan akal sehat. Sebagai contoh level pendidikan minimal yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan Gubernur, Bupati, Walikota adalah S1, tetapi syarat minimal pendidikan untuk jabatan presiden, cukup dengan ijazah SMU / SMK. Calon PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) / ASN ( Aparatur Sipil Negara ), harus memiliki catatan berkelakuan baik yang ditunjukkan dengan surat SKCK, tetapi mantan narapidana boleh melenggang ke gedung parlemen. Hanya di Republik, profesi politisi yang bekerja selama 5 tahun, tetapi mendapatkan hak uang pensiun seumur hidup, sama dengan PNS dan ASN yang bekerja selama lebih dari 30 tahun. Itu baru sebagian kecil anomali yang terjadi di Republik.
Epilog
Dalam satu momen seminar tentang masa depan negara Republik, penulis bertindak selaku narasumber. Dalam sesi diskusi, seorang peserta bertanya kepada penulis, bagaimana prakiraan nasib Republik di masa depan menjelang perayaan 100 tahun kemerdekaan. Sebenarnya penulis enggan menyampaikan skenario buruk, tetapi dipaksa oleh situasi dan posisi selaku narasumber, terpaksa menyampaikan kabar buruk itu. Republik sulit sekali naik level menjadi negara maju, makmur, sejahtera. Peserta itu tidak puas dengan jawaban penulis, melanjutkan pertanyaan mengenai solusi untuk keluar dari perangkap skenario buruk itu. Inilah jawaban penulis : Sumber dari segala masalah di Republik adalah budaya. Budaya diartikan sebagai cara berpikir, cara bersikap, cara berbicara, cara bertindak dan dampak tindakannya terhadap kehidupan. Dengan kata lain budaya adalah cara orang menjalani kehidupannya. Jika Republik masih mau mewujudkan mimpinya menjadi bangsa dan negara besar, disegani dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa, mulailah dengan membenahi budaya. Hormati, hargai profesi, posisi dan peran budayawan yang berdiri di garis depan menunjukkan arah dan lintasan jalan yang harus ditempuh.
.png)

Comments
Post a Comment