MISTERI DI BALIK ANGKA 10 DAN 11 DI DALAM ARSITEKTUR BANGUNAN KUNO
Membicarakan arsitektur bangunan kuno di Republik, minimal ada dua misteri yang belum terpecahkan. Pekerjaan mengungkapkan misteri itu sangat menantang, dibutuhkan kepiawaian detektif level atas, ketekunan, ketajaman daya observasi, daya imajinasi, dan tentu saja kecerdasan seta ketajaman analisis dalam menarik kesimpulan. Misteri pertama adalah adanya kesamaan mencolok dalam bentuk lay out bangunan dan struktur ruang di banyak situs dari jaman yang berbeda beda. Misteri ke dua adalah eksistensi angka 10 dan 11 dalam satuan derajat ( ° ) yang selalu muncul dalam struktur denah / lay out bangunan. Beberapa fakta akan diuraikan di bawah ini.
1. Posisi bangunan Sitihinggil keraton Jogyakarta terhadap Monumen Tugu dan Gunung Merapi, jika ditarik garis lurus yang menghubungkan ke tiga objek tersebut akan membentuk garis dengan besaran sudut 10 dan / atau 11° terhadap garis vertikal ( 1755 ).
Sumber : Google
2. Keletakan bangunan bangunan di Keraton Kerto ( istana Sultan Agung ) 1620 - 1650 di sepanjang kali Gajahwong juga memperlihatkan fenomena yang sama. Jajaran bangunan membujur dari utara ke selatan membentuk garis dengan sudut 10 - 11° terhadap garis vertikal.
Sumber : Diolah dari sketsa yang dibuat
oleh Yoyok Wahyu Subroto (2023)
3. Pada pintu gerbang Wringin Lawang di situs Trowulan Jawa Timur ( ibu kota kerajaan Majapahit ), abad XIII, garis yang dibentuk oleh lantai susunan batu bata membentuk sudut 10 - 11° terhadap garis vertikal.
4. Titik pusat candi candi Borobudur, Pawon , Mendut berada dalam satu lintasan garis lurus. Sementara kontur tanah tapak alas candi tidak datar, berjarak antara 3 - 4 Km, dipisahkan oleh lintasan 2 sungai ( kali Elo dan kali Progo ). Lintasan garis lurus yang menghubungkan titik pusat ke tiga candi yang berasal dari abad VIII / IX Masehi membentuk sudut 10 - 11° terhadap garis horizontal.
Sumber : Google yang diolah oleh penulis (2023)
Empat fenomena di atas tidak terjadi secara kebetulan atau acak, tetapi didesain menurut patokan patokan tertentu. Ke empat situs berasal dari periode yang berbeda beda mulai dari periode Hindu - Budha abad VIII hingga periode Islam abad XVII - XVIII membentang skala waktu 1 millenium atau 1000 tahun. Patokan patokan itu berasal dari kitab kitab Cilpasastra dan Yantra. dua kitab yang berisi ilmu seni bangunan dan teknik membuat arca. Anslisis yang digunakan pada studi eksplorasi ini baru mencapai mencapai level reduksi eidetis, dan rencananya analisisnya akan ditingkatkan ke level reduksi transendental. Studi eksplorasi ini menunjukkan adanya kontinuitas budaya yang berlangsung selama ribuan tahun, walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda.
Studi eksplorasi ini justru menimbulkan lebih banyak lagi pertanyaan , seperti bagaimana cara leluhur warga Nusantara di masa lalu dapat membuat perhitungan yang memiliki presisi tinggi, layaknya seperti menggunakan instrumen geodesi modern, sementara alat alat itu baru dibuat pada 2 - 3 abad lalu. Pertanyaan ini diharapkan dapat dijawab dengan membuat rumusan hipotesis yang pembuktiannya menggunakan model deductive - nomological.
Pertanyaan lainnya adalah ada apa dengan angka 10 dan 11 terkait dengan ilmu bangunan kuno?. Apakah angka itu merupakan bilangan konstanta tertentu, atau ada makna lain yang belum terungkap?. Pertanyaan itu dicoba dijawab dengan melakukan kajian analisis reduksi transendental, analisis simbologi, semiotika dan archaeo - astronomy. Kajian itu membutuhkan dukungan sumberdaya dari negara atau lembaga lembaga riset. Jika penyandang dana sudah memberikan komitmen maka proposal studi lanjutan dapat segera dibuat.
Comments
Post a Comment