PELAJARAN PENTING DARI ROMA
Prolog
Roma adalah kota tua sudah berusia lebih kurang 2500 tahun, terletak di lembah sungai Tiber, jantung semenanjung Italia. Menurut mitologi setempat, kota Roma didirikan oleh dua orang bersaudara kandung bernama Romulus dan Remus. Nama kota Roma diambil dari nama Romulus. Dalam mitologi itu dikisahkan bahwa Romulus dan Remus dibesarkan oleh seekor serigala betina. Kota Roma dibangun di atas 7 buah bukit yang disebut Septen Montes Romae. Dengan rentang usia yang sudah sangat tua, tentu banyak peristiwa yang telah dilalui kota Roma. Beragam peristiwa itu dapat dijadikan pelajaran penting bagi yang ingin mempelajarinya.
Jalan Yang Dipilih Roma
Negara Romawi pernah mencoba berbagai sistem pemerintahan, Kerajaan / Kekaisaran dan Republik. Ke dua sistem itu berujung sama, kehancuran. Jalan yang ditempuh Republik Roma pada 2500 - 2000 tahun lalu sangat mirip dengan lintasan yang sedang dilalui oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita sedang memacu kencang kendaraan di lintasan itu yang bagi Roma adalah jalan menuju jurang kematian. Kita mungkin masih berapologi dengan nengatakan " Ah ....itukan Roma di masa lalu, bukan kita di masa kini. Kita akan buat langkah antisipasinya". Mereka yang berapologi lupa atau tidak tahu bahwa sepertinya kehancuran itu bersumber bukan pada sistem / wadah / kerangka / bangunan, tetapi lebib pada substansi / isi dan waktu / konstelasi tatanan / situasi / kondisi / momentum pada suatu era / jaman tertentu. Artinya sebagus apapun suatu sistem, kalau masyarakatnya " sakit ", konstelasi dunia berubah, akan hancur juga. Tidak ada sistem yang digdaya selamanya. Waktu akan menggerogoti keunggulan / kehebatan suatu sistem sehingga jadi renta, kehabisan energi dan spiritnya.
Ketika Roma memilih bentuk negara republik, ada banyak sekali lembaga negara yang dibentuk dan dan sangat banyak jenis / ragam jabatan politik dan jabatan publik yang diperebutkan melalui pemilihan langsung oleh warga negara Romawi. Lembaga lembaga negara yang ada di Republik Roma yaitu Senat / Senatus Consultum, Dewan Legislatif. terdiri dari dua jenis, yaitu Comitia, mewakili semua kelompok masyarakat, dan Concilia, mewakili hanya kelompok tertentu, Centuria, Dewan Suku ( ada 35 suku yang diwakili ), Tribune / Dewan Plebeius. Jabatan jabatan politik / publik yang diperebutkan adalah Consul, dengan masa jabatan 1 tahun, dijabat oleh dua orang, merupakan jabatan tertinggi. Yang berhak dipilih menjadi consul adalah orang yang pernah menduduki jabatan senator. Berikutnya adalah jabatan senator dan orang yang berhak dipilih menjadi senator adalah orang yang memiliki memiliki tanah senilai minimal 100.000 dinari, berasal dari golongan bangsawan ( Patricia ), dan sudah pernah menduduki jabatan publik. Berikutnya adalah Hakim, Centurion, Preator. Adelis.
Semua pejabat itu dipilih dengan masa jabatan relatif singkat. Sebelum hari pemilihan ada masa kampanye yang menguras banyak tenaga dan biaya. Tiap calon memiliki Tim Kampanye/ Tim Sukses, Broker/ Calo suara, tidak ketinggalan momen serangan fajar / penyuapan pemilih. Jadwal pemilihan untuk tiap jenis jabatan tidak sama. Dapat dikatakan hampir setiap bulan ada proses pemilihan yang menyita waktu, energi dan biaya. Sebagian besar energi dan modal bangsa habis tersedot untuk kegiatan ritual politik dan pemilihan pejabat negara. Banyak sektor pembangunan terlantar, kegiatan produksi menurun, dan akhirnya tingkat kesejahteraan merosot. Sementara itu kekuatan militer dilarang berpolik dan dipaksa tunduk kepada supremasi sipil. Tentara dan Komandan militer tinggal di barak garnizun atau tenda kamp militer di luar radius minimal 50 Km dari pusat kota. Apa yang dilakukan oleh elit politik Republik Roma dan masyarakatnya mirip sekali dengan apa yang dilakukan bangsa Indonesia dewasa ini.
Pada akhirnya rakyat Roma bosan dan muak dengan perilaku elit negara, tingkat kepatuhan rakyat kepada pemerintah menurun drastis. Rakyat kemudian menjatuhkan vonisnya, membiarkan para Komandan militer mengambil alih kekuasaan dari politisi. Kemudian Republik Roma dibubarkan dan muncul para diktator yang berasal dari kalangan militer dan pada akhirnya Roma berubah menjadi negara kerajaan yang dipimpin oleh kaisar. Kekaisaran Romawi berlangsung selama kurang lebih 500 tahun. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah karena mengambil rute jalan yang sama dengan Roma, Republik Indonesia akan mengalami nasib yang sama dengan Roma?. Jawabannya dapat ya dan dapat pula tidak. Sulit memberi jawaban pasti karena terlalu banyak variabel yang berinteraksi di dalam sistem yang rumit, ditambah lagi situasi, kondisi, konstelasi politik dan militer yang ada sekarang berbeda jauh dengan di masa lalu. Walaupun demikian bukan berarti jerat dan perangkap dari masa lalu dapat dihindari sama sekali.
Gambar 1 : pusat kota lama Roma
Sumber : Google
Ada satu hukum besi yang diketahui hanya segelintir orang tentang sistem, sistem apa saja. Di sini penulis akan memaparkan apa yang dimaksud dengan hukum besi teori sistem umum. Setiap sistem cenderung berusaha berkembang, mencapai kondisi seimbang, menuju kemapanan. Pada tahap berkembang, sistem membuka diri, menerima masukan dari mana saja, cepat tanggap, cepat mengolah informasi, cepat melakukan umpan balik untuk perubahan / perbaikan.
Sistem terus berkembang makin besar dan makin mapan. Seiring dengan makin besar ukuran, masukan makin banyak, geraknya makin lambat, daya reaksi juga melemah, sinyal / isyarat / peringatan tdak / terlambat direspon, tertutup oleh timbunan / benteng rutinitas. Pada puncaknya, sistem menutup diri sama sekali terhadap semua masukan dari luar dirinya. Pada titik ini sebenarnya sistem sedang menuju kehancuran.
Sekarang coba kita aplikasikan hukum besi ini untuk menjelaskan kehancuran peradaban Mesopotamia ( Irak sekarang ). Peradaban Mesopotamia di bangun di atas sistem persawahan gandum beririgasi teknis tertutup. Lonjakan produksi gandum membuat negara makmur dan jaya. Sistem ini memberi energi selama seabad lebih, sistem jadi mapan. Di masa mapan, sistem tidak mampu mendeteksi sinyal apapun. Irigasi sistem tertutup membuat air di petak sawah tidak mengalir untuk segera digantikan air baru. Air sungsi Eufrat dan sungai Tigris, dua sungai utama sumber air irigasi banyak mangandung garam. Di Timur Tengah, tingkat penguapan oleh sinar matahari ( evapotranspirasi ) tinggi. Air menguap, butiran garam tinggal di permukaan tanah, menutupi pori pori tanah, menurunkan kesuburan tanah. Alam memberi sinyal bahaya berupa penurunan tonase hasil panen gandum per hektar per musim tanam panen. Penurunan itu cukup besar dan dicatat oleh juru tulis. Laporan juru tulis tidak pernah di respon positif oleh pejabat berwenang. Tidak ada langkah perbaikan pada sistem irigasi teknis. Akhirnya sistem produksi pangan tidak lagi mampu menopang kejayaan peradaban.
Gambar 2 ; Kota Ur, di Mesopotamia, Irak
Sumber. : Google
Kehancuran rejim Suharto juga dapat dijelaskan dengan hukum besi ini. Di akhir masa jayanya Suharto makin menutup diri dari semua masukan, kepekaan dan daya reaksi melemah.Sepertinya alam tidak memberi peluang pada apapun / siapapun untuk bertahan selamanya.
Hukum besi teori sistem umum mengajarkan untuk tidak bersikap harus / kudu / pokoknya, melainkan harus tahu diri, tahu kapan harus turun panggung, masuk kotak, untuk memberi kesempatan pada generasi berikutnya. Tantangan / kondisi / suasana / konstelasi dunia di masa mereka tidak sama dengan masa lalu dan masa kini. Kondisi baru jelas tidak dapat direspon dengan cara lama / sistem lama / ideologi lama. Jangan mendiktekan apa yang baik untuk generasi mendatang, karena mereka lebih tahu apa yang jadi kebutuhannya. Meminjam kata kata Pujangga besar asal Lebanon, Khalil Gibran, Generasi mendatang menempati rumah masa depan yang tak dapat kau kunjungi walaupun dalam mimpi.
Comments
Post a Comment