API, GOSIP, UANG, PENDIDIKAN : EMPAT PILAR PERADABAN



Prolog

Tulisan ini dibuat karena terinspirasi oleh buku buku karya Yuval Noah Harari, seorang filsuf dan pakar sejarah peradaban berkebangsaan Israel. Buku buku yang dimaksud berjudul :

1. Sapiens, Riwayat Singkat Umat Manusia

2. Homo Deus, Masa Depan Umat Manusia

3. 21 Lessons, 21 Adab Abad 21

4. Money, Hikayat Uang dan Lahirnya 

    Kaum Rebahan

Setelah membaca dan menelaah dengan cermat keempat buku tersebut masih ditambah dengan  buku buku lain karya para pakar terkenal seperti :

1 . Thomas Hobbes, Leviathan,

2. Karl August Wittfogel, Oriental Despotism, A      Comparative Study of Total Power,

3.Douglas P Fry, War, Peace and Human                Nature. The Convergence of Evolutionary          and Cultural Views,

4. David Reich, Who We Are and How Got                Here : Ancient DNA and the New Science           of the Human Past,

5. Rutger Bregman, Human Kind

6. Roger Lewin, In the Age of Man Kind , 

7. H G Wells, The Time Machine,

8. Richard Leakey, The Origin of Humankind

9. Robert Sigfrid Wicks, Money, Market and             Trade in Early Southeast Asia, The                       Development of Indigenous Monetary                 Systems to AD 1400, 

10. Jack Weatherford, History of Money,   

11. Donald B Clane, Rationality and Human              Behavior.

maka penulis terdorong untuk membuat tulisan dengan memilih judul Api, Gosip, Uang,   Pendidikan : Empat Pilar Peradaban.


 Api Sebagai Pilar Peradaban

Berdasarkan bukti fisik yang sudah dikonfirmasi, jejak penggunaan api tertua berasal dari 1 juta tahun lalu, yang dibuat oleh homo erectus yang berada satu genus dengan manusia modern, tetapi berbeda famili dan spesies. Homo erectus sudah dapat menciptakan dan mengendalikan api untuk berbagai keperluan, seperti memasak makanan, penerangan dan penghangat udara. Penggunaan api telah memberikan berbagai peluang kemudahan menjalani kehidupannya. Api memberikan sumber energi, salah satunya dapat mengubah struktur,  tekstur, dan rasa makanan sehingga terasa lebih lezat. Energi tersimpan bersama karbon dalam berbagai bentuk dan bahan seperti batu bara, bio massa ( daun, ranting dan batang pohon ), cairan ( minyak ). Energi tersebut harus dibebaskan, agar dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar, untuk  menghasilkan energi dan karbon sebagai produk sampingan yang dilepaskan ke angkasa. 

Semakin berkembang peradaban, diikuti dengan peningkatan pemanfaatan energi. Pemanfaatan energi dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan kalori. Para pemburu dan pengumpul makanan pada puluhan ribu tahun lalu, memanfaatkan energi yang berasal dari makanan melalui  proses  metabolisme tubuh dan pembakaran bio massa.  Pada masa pertanian awal 12.000 - 5000 tahun lalu, sumber pasokan energi bertambah dengan pemanfaatan hewan, sapi / kerbau dalam proses pengolahan lahan pertanian. Pada masa awal industri, pasokan  sumber energi bertambah dengan memanfaatkan tenaga air, angin dan batu bara. Pada masa industri tahap lanjut, sumber energi bertambah dengan memanfaatkan minyak bumi, gas bumi dan tenaga nuklir. 

Apapun bentuk, bahan, asal usul  sumber  energi yang digunakan mulai dari kayu, batu bara, minyak, gas dan nuklir, basisnya atau generik nya tetap sama yaitu api. Dapat dikatakan bahwa peradaban yang dibangun sejak 1 juta tahun lalu hingga sekarang adalah peradaban api. Nama beragam peralatan yang diciptakan dan digunakan manusia menggunakan kata api, seperti kereta api, senjata api, kapal api, batu api, korek api. Api juga diasosiasikan dengan kekuatan ( power ). Logo sepatu olah raga merek terkenal, Nike berbentuk lidah api. Api memberi manusia kekuatan, sehingga tidak keliru jika dikatakan bahwa api adalah pilar pertama peradaban.


Gosip Sebagai Kurator dan Renovator Jejaring Sosial

Untuk mempertahankan eksistensinya, manusia senantiasa membentuk jejaring sosial, untuk membangun hubungan  kerja sama. Manusia membentuk kelompok kelompok dengan beragam motivasi dan tujuan. Jumlah anggota tiap kelompok dan jumlah kelompok yang dimasuki tiap orang tidak selalu tetap, tetapi berubah secara dinamis. Perubahan jumlah dan komposisi di antara kelompok kelompok tersebut pasti akan mengubah konstelasi dan keseimbangan dalam sistem sosial.

Untuk mempertahankan keutuhan kelompok dibutuhkan adanya kesamaan visi, misi, nilai nilai yang dianut, cita cita, kepentingan, loyalitas terhadap kelompok,  fiksi / kisah / mitos di antara anggotanya. Untuk mengontrol dinamika  di dalam kelompok, dibutuhkan sesuatu yang selama ini selalu dianggap miring / negatif yaitu  gosip. 

Gosip diartikan sebagai pembicaraan tentang orang yang tidak hadir dan sebagian besar isinya berkonotasi negatif. Semua orang pernah bergosip, karena secara genetik diwariskan sejak masa berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia pra sejarah harus tahu siapa tidur dengan siapa, siapa yang memiliki pengaruh paling kuat di dalam kelompok, siapa yang memiliki skill paling tinggi dalam berburu dan membuat peralatan. Pengetahuan itu diperlukan dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi di dalam kelompoknya atau dengan kelompok lain. Salah satu sifat dasar manusia adalah kecenderungan untuk mau berbagi materi, energi dan informasi. Gosip bermanfaat sebagai referensi bagi tiap orng untuk memilih anggota kelompok terdekat atau mendepak seseorang keluar dari kelompok. Adigum terkenal dalam sejarah, tidak ada teman ataupun musuh abadi, hanya kepentingan yang abadi, berpangkal dari gosip. Jangan menganggap sepele dan memandang gosip sebagai sesuatu yang tidak berguna, karena banyak sisi positif dari gosip, antara lain : 

a.  Sebagai salah satu referensi untuk melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan mendengarkan gosip, sesorang jadi tahu bagaimana gambaran sosok dirinya di benak orang lain.

b. Sebagai alat kontrol bagi setiap orang agar tidak berperilaku yang tidak dikehendaki oleh orang lain dan membuat orang agar mematuhi norma yang berlaku, jika tidak ingin dijadikan bahan gosip. 

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa gosip berfungsi sebagai kurator, renovator jejaring sosial dan berperan sebagai pilar ke dua peradaban.


Uang Sebagai Simbol Kepercayaan

Semua orang menyukai uang, karena terbukti keampuhannya dapat dipertukarkan dengan semua jenis barang yang dibutuhkan dalam hidup. Uang bahkan dapat membeli kepatuhan, loyalitas dan kesetiaan seseorang. Siapapun yang memiliki banyak uang pasti memiliki pengaruh besar di masyarakat. 

Sudah sejak ribuan tahun lalu, uang dipercaya sebagai alat tukar yang paling adil, terukur, terkuantifikasi dalam proses pertukaran barang dan jasa, sehingga tiap pelaku merasa diperlakukan dengan adil. Sepanjang sejarah peradaban uang yang pernah diciptakan beragam bentuk dan bahan pembentuknya. Ada mata uang berupa batu mulia ( intan ) dan setengah mulia ( obsidian ), logam mulia ( emas ), dan setengah mulia ( perak ), benda benda langka seperti bulu burung yang beraneka warna, sampai pada kertas. Pada awalnya nilai uang diukur dari kelangkaannya, makin langka, nilainya makin tinggi. Nilai kelangkaan kemudian bergeser menjadi nilai intrisik materi pembentuk uang. Nilai itu ditentukan oleh bobot massa materi dan tingkat kemurnian unsur pembentuknya. Makin besar massa dan tingkat kemurniannya, lebih tinggi nilainya. 

Pada perkembangan berikutnya, bahan bentuk uang yang berlaku, dirasakan kurang praktis jika dibawa pergi jauh. Di samping itu upaya memperoleh logam mulia dirasakan makin sulit, sementara kebutuhan akan bahan bahan itu makin tinggi. Orang kemudian beralih kepada bahan pembrntuk uang yang relatif lebih praktis dan lebih mudah mendapatkannya, seperti kertas. Untuk meningkatkan daya tariknya, uang kertas dibuat seragam ukuran, desain grafisnya dalam nilai nominal tertentu. Desain grafisnya dibuat rumit, diberi nomor seri yang berbeda pada tiap lembar uang, dicantumkan angka nilai nominalnya, diberi unsur pelindung untuk mencegah pemalsuan berupa benang air, hologram, jenis kertas bermutu tinggi, mutu cetakan yang prima. Unsur penting lainnya adalah torehan tanda tangan pejabat pemegang otoritas bidang keuangan, biasanya menteri keuangan dan gubernur bank sentral. 

Nilai uang kertas tidak ditentukan oleh nilai intrinsiknya, tetapi pada kepercayaan orang pada pemegang otoritas yang menerbitkan suatu mata uang. Semakin banyak orang yang percaya pada suatu mara uang, makin tinggi nilai tukarnya. Kepercayaan itu adalah sesuatu yang abstrak, hanya ada di pikiran, sehingga sungguh tepat kalau dikatakan uang adalah realitas intersubjektif. Realitas intersubjektif adalah imajinasi yang dikonstruksikan dan dipercaya sungguh sungguh ada, dianggap sebagai realitas. Selama sebagian besar orang masih percaya pada nilai suatu mata uang, maka uang itu bernilai tinggi. Kalau satu atau dua orang tidak percaya pada suatu mata uang, tidak masalah,  dan orang itu segera dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Kalau sebagian besar orang sudah tidak percaya pada suatu mata uang, maka dapat dipastikan nilai mata uang itu terjun bebas. 

Apapun bentuk mata uang yang digunakan, ada nilai yang diusungnya, antara lain kepercayaan, legalitas pemegang otoritas, seperti raja, kaisar. Penolakan terhadap suatu mata uang berarti jatuhnya suatu rejim sudah di ambang pintu. Pemalsuan suatu mata uang dianggap kejahatan serius, karena menggerogoti legalitas pemegang otoritas, mengacaukan tatanan sistem moneter dan perekonomian secara keseluruhan. Mata uang memberi kepercayaan kepada semua orang dan kepercayaan kepada masa depan. Nilai kepercayaan orang kepada uang melebihi apapun, melampaui kepercayaan kepada saudara kandung, orang tua biologis, bahkan melampaui kepercayaan orang kepada agama dan Tuhan. Tidak semua orang orang percaya kepada agama dan Tuhan, tetapi dapat dipastikan semua orang percaya kepada uang. Dengan demikian sangat layak jika uang menjadi pilar ketiga peradaban.


Pendidikan Sebagai Sarana Jembatan Antar Generasi 

Pendidikan diartikan sebagai upaya terstruktur terjadawal ataupun tidak, untuk meneruskan pengetahuan antar individu, kelompok, baik dalam satu generasi maupun antar generasi. Pendidikan tidak muncul seketika, tetapi melalui proses panjang meliputi waktu jutaan tahun. Pada 4 juta tahun lalu ada meteor raksasa menubruk bumi, mengakibatkan perubahan iklim global. Iklim bumi menjadi lebih kering, pohon pohon besar di Afrika Timur menghilang, digantikan oleh semak belukar. Beberapa jenis primat terpaksa meninggalkan kebiasaan berayun di antara cabang pohon, belajar berjalan tegak di tanah. Perubahan itu tidak terjadi seketika tetapi melalui proses evolusi selama jutaan tahun. 

Perubahan cara berjalan dari 4 kaki menjadi dua kaki membawa konsekuensi perubahan pada bentuk dan ukuran tulang pinggul. Tulang pinggul jadi lebih kecil, membawa akibat sulitnya melahirkan anak dalam kondisi hidup baik pada anak maupun induknya. Mekanisme evolusi terpaksa mengurangi ukuran bayi yang bakal dilahirkan, dengan mempersingkat usia kandungan dari 21 bulan jadi 9 bulan. Akibatnya bayi mahluk berjalan tegak ( hominid ), lahir prematur dibandingkan dengan sepupu dekatnya. Konsekuensi berikutnya adalah bayi hominid dilahirkan dalam keadaan lemah tidak berdaya, masa ketergantungan pada induk jadi lebih panjang. Anak simpanse, babon, bonobo,  gorila lebih cepat mandiri, lepas dari ketergantungan pada induknya. Bayi hominid termasuk manusia relatif terlambat dewasa. Indikator dari kedewasaan adalah usia pertumbuhan gigi kedua jenis mahluk tersebut. Gigi geraham pertama, kedua, ketiga pada manusia tumbuh pada usia 6, 12 dan 20 tahun, sementara pada primat pada usia 3, 6 dan 9 tahun. 

Dengan masa ketergantungan pada induk yang lebih panjang, anak manusia tertinggal jauh dalam menyerap pengetahuan dari generasi di atasnya. Untuk menyiasati ketertinggalan itu, manusia mengembangkan suatu metode pewarisan pengetahuan secara cepat, efektif dan efisien, yang pada masa kini dikenal dengan label pendidikan. Manusia kemudian mengembangkan dan memperhalus berbagai metode pendidikan demi mempercepat waktu belajar, dan tersedia cukup waktu bagi generasi penerus untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Tanpa pengembangan ilmu pengetahuan, peradaban akan mandek, jalan di tempat. Pendidikan menduduki peran sentral dalam peradaban dan tanpa pendidikan berarti tidak ada masa depan bagi spesies manusia. Dengan demikian sangat tepat dikatakan pendidikan adalah pilar keempat penopang peradaban.


Epilog

Penelusuran berbagai literatur tulisan para pakar dari garda terdepan pada berbagai bidang keilmuan memberi peluang untuk lebih memahami fenomena di sekitar kita. Selama ini orang kurang menghargai bahkan menganggap sinis gosip, ternyata gosip itu berjasa dalam memelihara dan membangun jejaring sosial kita. Demikian juga dengan uang, sering dianggap sebagai faktor perusak berbagai bentuk relasi antar manusia. Terjadi paradoks dalam pikiran , ucapan dan perilaku. Uang sering dianggap kurang penting dibanding misalnya persahabatan. Orang kurang menyadari bahwa uang telah memberi kita kepercayaan dan kita juga mempercayai uang lebih dari apapun juga. Tulisan singkat ini diharapkan dapat menggugah pembaca agar terus belajar tanpa henti demi untuk diri kita sendiri dan demi generasi penerus yang akan melanjutkan estafet sebagai pemelihara dan pengembang peradaban.









Comments

Popular Posts