TEKA TEKI ( PUZZLES ) DI MESJID RAYA AL - NASHUN MEDAN


Mesjid Raya Al - Nashun terletak di kota Medan, dekat Istana Maimoon, yang di jaman Kolonial Belanda masuk kawasan Grant Sultan. Kawasan itu berada diluar wilayah yurisdiksi Kawasan Gemeente, yang dikuasai secara langsung oleh Pemerintah Kota Praja Kota Medan.
Mesjid Raya Al - Nashun dibangun pada awal dekade pertama abad XX, sementara Istana Maimoon dibangun pada dekade terakhir abad XIX. 

Ada fakta fakta menarik di Mesjid yang jadi kebanggan penduduk Medan. Adapun fakta fakta itu adalah :

1. Bentuk denah mesjid raya Al - Nashun bukan bujur sangkar atau persegi panjang melainkan segi delapan ( oktagonal ) di bagian kubah primer dan segi lima ( pentagonal ), pada kubah sekunder.  Ini adalah bentuk denah langka, satu satunya di Republik, mungkin juga di dunia ( ? ).

2. Atap mesjid raya Al -  Nashun, termasuk kelompok  mesjid pertama di Republik ( tepatnya mesjid ke dua ) yang menggunakan atap berbentuk kubah. Mesjid mesjid yang dibangun pada masa yang lebih awal menggunakan bentuk atap tumpang ( disusun bertingkat, makin ke atas ukurannya makin kecil,  yang berjumlah angka ganjil 3, atau 5 atau 7 ). Bentuk atap tumpang mengingatkan kita akan bentuk atap pura di Bali ( meru ). Bentuk atap kubah pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Persia, kemudian ditiru secara meluas di seluruh kawasan Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara dan akhirnya masuk ke Nusantara. Jadi usia atap bentuk kubah di Republik masih relatif muda ( 120 tahun ).

3. Bentuk hiasan atau ornamen di puncak atap kubah mesjid raya Al -  Nashun berbentuk lingkaran, bukan bintang dan bulan sabit, sebagaimana pada umumnya mesjid beratap kubah. Bentuk atap kubah berikut hiasan bulan sabit dan bintang sekarang sudah jadi ikon mesjid, dijadikan simbol untuk menunjukkan lokasi / keberadaan mesjid di suatu tempat. Bentuk hiasan bulan sabit dan bintang sama sekali tidak terdapat di mesjid raya Al -  Nashun, baik pada atap kubah primer, sekunder dan juga atap menara mesjid. Hiasan pada puncak kubah primer dan sekunder berbentuk lingkaran. Bahkan hiasan pada puncak atap menara mesjid menggunakan hiasan berbentuk mirip salib. Di langit langit ruangan mesjid raya Al Nashun juga terdapat hiasan berbentuk hexagram yang dikenal sebagai  bintang Daud ( David ).

Mesjid pertama di Nusantara yang yang menggunakan bentuk atap kubah adalah mesjid raya Baiturrahman di Banda Aceh. Mesjid ini dibangun oleh Gubernur Sipil dan militer Belanda, Jenderal Karel van der Heyden pada tahun 1878, untuk menggantikan mesjid raya Baiturrahman yang telah hancur dibakar pasukan Belanda tahun 1874. Mesjid Raya Baiturrahman pertama masih mengunakan bentuk atap tumpang. Mesjid Raya Baiturrahman yang dibangun Belanda juga tidak menggunakan hiasan bulan sabit dan bintang pada semua atap kubahnya ( 7 kubah ), melainkan bentuk bola bumi ( globe ). Ketika Belanda membangun mesjid raya Baiturahman pertama kali, jumlah kubahnya hanya satu. Kemudian pafa  tahun 1936, masa prmerintahan Gubernur Sipil van Akken, diperluas menjadi 3 kubah. Setelah kemerdekaan diperluas lagi jadi 5 kubah dan akhirnya jadi 7 kubah. Bentuk hiasan bulan sabit dan bintang hanya terdapat pada atap menara.

Kembali pada judul tulisan ini, ada teka teki yang  masih  menjadi misteri mengenai bentuk lingkaran pada atap kubah utama dan atap kubah sekunder mesjid raya Al -   Nashun. Mengapa puncak atap kubah mesjid raya Al -  Nashun menggunakan hiasan berbentuk lingkaran?, dan puncak menara mesjid menggunakan hiasan yang berbentuk mirip salib, serta hiasan bintang Daud di langit langit ruangan mesjid ?.

Ini adalah fenomena yang tidak umum. Adakah di antara para Sahabat dan para pembaca sekalian yang dapat menjelaskan teka teki ini?.

Penulis hanya dapat menduga duga saja, bahwa hal ini ada hubungannya dengan lukisan fresco di plafon ruang utama kapel Sistina di kompleks Vatican yang dibuat oleh seniman besar Renaisance, Michael Angelo dan Raphael.

Jika dugaan penulis benar adanya, hal ini adalah lelucon yang cerdas dan jenius dari perancang mesjid raya tersebut yang kebetulan penulis  kenal baik sejak dari leluhurnya dari garis orang tua dan mertuanya ( walaupun kami berbeda masa hidup ). Pada konteks ini, sangat terasa bahwa kita membutuhkan pakar simbologi sekaliber tokoh fiksi ciptaan Dan Brown, Robert Langdon. Untuk memecahkan teka teki itu apakah kita harus menunggu kehadiran Robert Langdon dari Medan???. Semoga para sahabat dan pembaca dapat bertindak memainkan peran  Robert Langdon.




Hiasan puncak kubah Mesjid Raya Al Nashun      

Sumber : Google 





Gambar hiasan puncak atap menara Mesjid    Raya Al Nashun, Medan

Sumber : Dokumentasi pribadi




Gambar hiasan puncak atap  menara Mesjid   Raya Al Nashun, Medan 
Sumber : Dokumentasi pribadi


APPENDIX

Bentuk atap kubah dirasakan  manfaatnya ketika para perancang bangunan di masa lalu membutuhkan pemecahan / penyelesaian masalah teknis arsitektur. Bagaimana cara mendapatkan bentang ruang yang luas tapi tanpa menggunakan banyak kolom ( tiang ) untuk menyangga atap. Masalah itu dapat diatasi dengan bentuk atap kubah. Sekarang ilmu teknik bangunan sudah berkembang pesat. Dengan teknik beton pratekan ( beton bertulang ), dapat dihasilkan bentang ruang yang luas tanpa menggunakan banyak tiang dan tanpa harus memakai bentuk kubah. Sekarang bentuk kubah tidak diperlukan lagi di pandang dari ilmu teknik bangunan dan arsitektur. Oleh karena bentuk atap kubah sudah terlanjur digunakan secara meluas pada atap mesjid dan sudah menjadi ikon mesjid, orang tetap memakai bentuk kubah. Kubah yang dipakai bukan kubah berukuran besar, cukup dengan kubah berukuran kecil, hanya sebagai syarat pelengkap sebuah mesjid.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi kubah pada mesjid sudah berubah dari fungsi teknis arsitektural, jadi fungsi simbolik. Ilmu teknik bangunan telah berperan sebagai pemicu perubahan ( cybernetic 1, morpho genesis ) pada fungsi kubah pada mesjid.


Comments

Popular Posts