MICHAEL FARADAY, MATEMATIKA DAN KEBIJAKAN RISET REPUBLIK
Prolog
Selain listrik, Faraday banyak membuat
penemuan lain, tetapi tidak dapat disangkal, listrik adalah penemuannya yang
paling fenomenal. Berkat penemuannya, Faraday menikmati kemahsyuran,
kehadirannya diharapkan pada berbagai pertemuan akademisi dan non akademisi.
Semua penghargaan itu tidak mengubah gaya hidupnya yang sederhana. Bahkan
Faraday menolak pemberian gelar kebangsawanan Inggris. Pada suatu pertemuan
yang dihadiri oleh berbagai kalangan, Faraday ditanya oleh seorang hadirin yang
skeptis dengan prestasi sang ilmuwan. Orang tersebut menanyakan apa manfaat
listrik temuannya bagi kehidupan manusia. Faraday terkejut dengan pertanyaan
spontan itu, tetapi sambil tersenyum menjawab tegas :
Jika anda bertanya kepada saya tentang
manfaat listrik bagi kehidupan, sama dengan saya bertanya kepada anda :
Apa manfaat anda memelihara dan membesarkan bayi. Penanya itu terdiam
mendengar serangan balik yang menohok.
Memang listrik pada waktu itu belum
memiliki manfaat praktis, tetapi sekarang lebih 99 % dari populasi manusia,
hidupnya ditopang oleh listrik. Mantan Perdana Menteri Inggris, Margareth Thatcher
pernah berkata, " Nilai penemuan
Michael Faraday, lebih besar dari semua kapitalisasi nilai saham di semua bursa
efek di seluruh dunia” . Ucapan Thatcher tidak berlebihan mengingat
vitalnya listrik bagi peradaban modern. Prolog ini mengantarkan pembahasan
lebih lanjut.
Kebijakan Riset Pemerintah Republik
Dalam beberapa tahun terakhir,
Pemerintah Republik menerapkan bahwa semua
kebijakan yang dibuat harus berbasis riset. Sementara itu, semua riset yang
dilakukan harus menghasilkan out put dan
out come ( umpan balik, implikasi bagi nilai produk, nilai tambah ), yang
tujuannya dapat memperbesar nilai GDP ( Gross Domestic Product ). Pada
dasarnya, kebijakan ini baik, jika diterapkan dengan kekecualian pada ilmu ilmu dasar dan matematika. Jawaban
Faraday di atas harusnya menjadi teguran agar
setiap kebijakan harus memberi ruang untuk adanya kekecualian.
Riset riset pengembangan ilmu ilmu
dasar tidak dapat dituntut agar segera memberikan manfaat dan nilai
tambah. Para penelitinya sendiri bahkan belum dapat memperkirakan manfaat suatu
penemuan, pada saat ditemukan. Kalau kebijakan ini diterapkan secara
ketat, maka dapat dipastikan, banyak proposal riset ilmu dasar bakal ditolak
pembiayaannya oleh pemerintah. Jika demikian yang terjadi maka lupakan saja mimpi untuk melepaskan
ketergantungan pada ilmu dan teknologi dari negara negara maju. Tidak ada
negara yang unggul dalam teknologi tanpa dukungan penguasaan ilmu ilmu dasar (
fisika, kimia dan bioligi ) yang kuat. Pengalaman negara negara maju seperti Amerika
Serikat, negara negara Eropa Barat, Cina, Jepang, Korea dan India ), harus
dijadikan rujukan.
Matematika Sebagai Ratu
Banyak orang mengira bahwa matematika
adalah suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan itu keliru, karena
matematika bukan ilmu, tetapi sarana (
alat ) berpikir deduktif. Posisi dan kedudukannya sama dengan statistik.
Statistik adalah sarana ( alat )
berpikir induktif. Sebagai sarana berpikir, maka matematika tidak terkena keharusan menjalani proses pengujian secara
empirik. Kondisi ini menyebabkan matematika berkembang pesat laksana
meteor, jauh meninggalkan semua ilmu, termasuk ilmu fisika yang perkembangannya
paling pesat.
Bahkan matematika sudah begitu jauh
meniggalkan alam 3 dimensi. Pada perkembangan terkini, Matematika sudah
merambah alam 26 dimensi dan bakal terus melaju menembus dimensi lebih tinggi
lagi. Para matematikawan cenderung tidak
peduli, apakah temuan dan berbagai formula yang diciptakannya memberi
manfaat praktis atau tidak. Seseorang yang dalam waktu satu tahun saja tidak
mengikuti perkembangan ( membaca jurnal khusus matematika ), akan tertinggal
jauh. Selama satu tahun itu banyak bermunculan persamaan / formula baru, simbol
simbol baru. Pada dasarnya matematika adalah logika simbolik, oleh karena itu
tidak mengherankan semua pernyataan matematika menggunakan simbol simbol.
Kecepatan perkembangan yang sangat
pesat, membuat matematika tingkat tinggi dipahami hanya segelintir orang yang
memang sehari hari berkutat dengan matematika. Begitu sedikitnya jumlah
populasi matematikawan, dan begitu abstraknya konsep konsep matematika,
sehingga matematika sudah dianggap sebagai pengetahuan
sihir yang dirahasiakan dan dikuasai oleh segelintir orang. Simbol simbol
dan persamaan- persamaan matematika tingkat tinggi hanya dapat dikomunikasikan
di kalangan sangat terbatas. Ditinjau dari posisi matematika yang berkiprah di
alam abstrak dan kecepatan perkembangannya, matematika layak mendapat
julukan Ratu, di antara semua
pengetahuan ( termasuk ilmu ).
Terkait dengan kebijakan riset di atas,
alangkah naif dan absurd, jika kebijakan riset yang mewajibkan matematika harus
dapat memberi manfaat out come diterapkan. Komunitas matematikawan
internasional bakal mentertawakan kekonyolan pola pikir itu.
Matematika Sebagai Pelayan
Posisi dan kedudukan matematika memang unik, di satu sisi, sebagai ratu yang bertahta di alam dimensi tinggi, tetapi di sisi lain, matematika memposisikan dirinya dengan rendah hati menjadi pelayan semua ilmu dan pengetahuan. Ketika ilmu berkembang, membutuhkan perhitungan kuantitatif yang akurat dan membutuhkan model model yang handal, ilmu tidak punya pilihan lain, selain berpaling kepada matematika. Matematika selalu siap memberikan pelayanannya, menyodorkan persamaan / formula dan permodelan yang secanggih apapun.
Ketika James Clark Maxwell ( ilmuwan asal Skotlandia yang menjadi fisikawan puncak terakhir dari kelompok fisikawan klasik ), menggabungkan hukum hukum ( Gauss - Coulomb, Ampere - Bio Savart, Faraday ), menjadi satu hukum yang terintegrasi, harmonis menjadi hukum Maxwell, matematika sudah siap membantu memodelkannya dengan sangat baik. Maxwell menggunakan 4 formula persamaan matematis yang legendaris, sederhana tetapi sangat indah.
Begitu juga ketika Albert Einstein, merasa matematika biasa tidak dapat menampung gagasan revolusionernya, teori relativitas umum dan teori relativitas khusus, matematika dimensi 4 dapat melayaninya dengan baik. Ketika tiga serangkai fisikawan beken, Mohammad Abdul Salaam, Sheldon Lee Glashow, Steven Weinberg, menggabungkan gelombang elektromagnetik dengan tenaga nuklir lemah menjadi teori Electroweak ( Electromagnetic and Week nuclear force ), matematika sudah siap menyodorkan berbagai persamaan / formula dan permodelannya. Ketiga orang tersebut diganjar hadiah Nobel bidang Fisika tahun 1979. Terakhir, yang paling fenomenal, ketika John Schwarz dan Michael Green, memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan Teori Superstring ( Teori Adi dawai ), yang digadang-gadang sebagai TOE ( Theory of Everything ), matematika kembali membantu menyediakan berbagai persamaan dan formula serta permodelan yang dibutuhkan.
Untuk melayani kebutuhan teori
superstring, masih banyak dibutuhkan model dan persamaan matematis yang
sekarang belum terpenuhi dan para matematikawan terbaik sedang berjuang keras
untuk memenuhi kebutuhan itu. Minimal dibutuhkan 5 cabang baru matematika untuk
tujuan itu, Kategori Turunan, Khomologi
Eliptik, Geometri Defrensial, Varietas Berkholonomi Khusus dan Varietas Lograngian.
Semua kontribusi matematika kepada ilmu fisika dan ilmu ilmu lain dapat terjadi
berkat kebebasan yang dinikmatinya, tanpa dibebani urusan manfaat jangka
pendek. Tanpa kebebasan itu, semua ilmu akan berkembang terseok seok
seperti siput dan keong, karena Sang Pelayan terbelenggu oleh pikiran dangkal, sempit dari para Politisi dan Birokrat.
Epilog
Sekarang, Republik memiliki lebih dari 5000 orang profesor guru besar dan profesor riset, tetapi anehnya tidak ada satupun yang bersuara kritis, menentang kebijakan riset dari pemerintah. Semua profesor mengamini saja semua kebijakan pemerintah. Mengapa demikian?, hanya mereka yang tahu jawabannya. Orang lain hanya dapat menduga duga. Salah satu dugaan, mungkin pemerintah sudah menempatkan para profesor di zona nyaman dengan memberikan tunjangan kehormatan yang besarnya sekitar Rp 15.000.000 sebulan. Para profesor mungkin sudah merasa cukup dengan itu saja, tidak perlu lagi berpikir kritis.
Comments
Post a Comment