KHARISMA CANDI PRAMBANAN
Sumber: Google
Setelah sekian puluh tahun berada di bawah bayang bayang kebesaran Candi Borobudur, secara pelan tapi pasti, Candi Prambanan menunjukkan kharismanya yang mencorong. Kebesaran candi Prambanan yang agak "terlambat" muncul ke permukaan, disebabkan karena proses restorasi ( pemugaran ) yang membutuhkan waktu lebih panjang. Perlahan lahan, satu demi satu candi di kompleks Prambanan selesai dipugar, menambah jumlah candi yang utuh. Sekarang sudah ada 10 candi yang selesai dipugar. Di halaman tingkat 3, seluruh candi ( 8 ) yang sudah selesai dipugar, terdiri satu candi induk, 2 candi pendamping, 3 candi wahana dan 2 candi perwara. Di halaman tingkat 2, baru 2 dari 224 candi perwara, yang selesai dipugar. Walaupun baru sebagian kecil dari keseluruhan kompleks yang selesai dipugar, tetapi kompleks candi Prambanan sudah menunjukkan kemegahannya. Dapat dibayangkan bagaimana kemegahan yang ditampilkan jika seluruh candi di kompleks itu selesai dipugar. Mungkin sebagian besar dari kita yang masih hidup saat ini tidak sempat menyaksikan pemandangan spektakuler itu.
Jika dilihat dari kejauhan, candi
Prambanan tampak seperti super blok bangunan gedung pencakar langit. Kesan
ramping, menjulang dalam satu kesatuan yang kompak, terlihat sangat menonjol.
Pemandangan pada waktu pagi, siang, senja dan malam menghadirkan suasana yang
berbeda. Di lihat dari ketinggian, sambil membayangkan kompleks ini dalam
keadaan utuh, dilengkapi dengan aliran kali Opak yang mengalir tepat di sisi
barat kompleks, sungguh menghadirkan suasana amazing.
Candi Prambanan hari ini tidak sama
dengan 40 tahun lalu. Sudah sulit membandingkan kemegahannya dengan candi
Borobudur. Masing masing memiliki keistimewaan yang sulit dicari bandingannya.
Candi Borobudur tampil dengan pesona luar biasa dan candi Prambanan hadir
dengan kharisma istimewa. Sungguh membanggakan, bangsa Indonesia sejak ribuan
tahun lalu sudah mampu menciptakan masterpice peradaban. Seharusnya
keberadaan dua monumen berkelas dunia
itu, dapat menyingkirkan rasa inferior bangsa ini akibat ratusan tahun hidup di
bawah dominasi bangsa asing.
Melihat sambil membayangkan kebesaran
dan kemegahan Candi Borobudur dan candi Prambanan ketika masih berfungsi di
masa lalu, kita wajib berterima kasih
kepada para leluhur yang sudah menciptakan karya agung tersebut. Monumen
itu kemudian hilang lenyap dari pandangan dan ingatan orang. Selama ratusan
tahun tertutup oleh debu vulkanik, rimbunan semak belukar, menjadi reruntuhan
yang berserakan. Kompleks candi Prambanan yang terdiri 230 candi besar dan
kecil, dengan ketinggian candi utama 47 meter, hanya menyisakan sisa satu
runtuhan bangunan candi setinggi 10 meter.
Kemudian datang para pribadi yang penuh
dedikasi seperti Ijzerman, I
Groeneman, H R von Rommondt, Soekmono, Soediman, I G Anom, didukung oleh
ratusan atau bahkan ribuan orang teknisi dan pekerja yang dengan tekun tidak
kenal lelah, bekerja keras menghadirkan kembali monumen itu. Kita juga wajib
berterima kasih kepada mereka yang telah mengembalikan warisan leluhur, hadir
di pentas peradaban modern.
Perjalanan mengunjungi dua monumen besar
tidak saja menghasilkan jawaban atas beberapa pertanyaan di benak saya, tetapi
justru menimbulkan pertanyaan besar berikutnya. Sepertinya sebelum dapat
menjawab pertanyaan itu, perjalanan ini perlu dilanjutkan untuk memperkaya
wawasan, agar dapat menjawab pertanyaan itu. Pertanyaan itu berusaha memahami relasi monumen monumen itu
dengan alam sekitar dan dengan manusia sebagai pencipta, pelaku dan
pewaris peradaban. Tempat terakhir yang bakal dikunjungi adalah kompleks
monumen yang penuh sensasional.
Catatan dari penulis :
Mohon ijin dan ucapan terima kasih
kepada Mas Wahyu Indrasana, senior saya, karena saya gunakan foto yang
dipostingnya untuk melengkapi tulisan ini.
Comments
Post a Comment