FENOMENA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF SAINS
Pengantar
Tulisan ini tidak
bermaksud untuk menelaah fenomena korupsi dari sudut pandang mainstream (
ekonomi, hukum, politik, sosial, etika, ideologi ), karena sudah terlalu banyak
tulisan yang membahasnya. Juga tidak bermaksud memperdebatkan definisi
konseptual sampai ke level filosofi dari tiap definisi. Seratus definisi dapat
diajukan, tetapi yang terpenting adalah esensi, hakekat dan ciri ciri korupsi
dapat tercakup di dalamnya. Tulisan ini juga tidak fokus membicarakan aspek dan
dampak korupsi terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta faktor
faktor yang menyebabkan timbulnya korupsi karena sudah banyak ditulis dalam
berbagai bentuk publikasi.
Tulisan ini memilih
pembahasan fenomena korupsi dari perspektif ilmu ilmu alam, karena belum banyak
diulas. Ilmu ilmu alam yang dimaksud adalah rumpun ilmu ilmu fisika
seperti fisika dan mekanik kuantum, yang melahirkan nano teknologi,
teknologi digital, dan biologi khususnya mikro biologi, biologi
molekuler dan genetika sebagai ilmu ilmu yang paling terdepan serta paling
progresif dari segi perkembangannya. Walaupun tulisan ini tidak membahas
persoalan definisi secara khusus, sekadar memenuhi persyaratan suatu tulisan
yang baik, di sini diajukan sebuah definisi yang umum dikenal.
Kata korupsi diambil
dari kata dalam bahasa Latin, corruptio,
dalam bentuk kata kerja, corrumpere,
yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan / mengaburkan
memanipulasi fakta. Korupsi didefinisikan sebagai tindakan langsung maupun tidak langsung perseorangan / kelompok yang
menyalahgunakan otoritas, kewenangan, kekuasaan, pengaruh, nama besar,
memanipulasi fakta, baik seluruhnya maupun sebagian, yang melawan hukum, norma,
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan, memperkaya diri sendiri,
orang lain ,kelompok. Walaupun definisi ini tidak memuaskan banyak pihak
lain, hal itu wajar saja dan tulisan ini dibuat bukan dengan tujuan
memperdebatkan rumusan definisi korupsi.
Tiga Mekanisme Perubahan di Alam Semesta
Saat ini ada dua
rumpun ilmu ilmu alam yang perkembangannya paling pesat. Ilmu fisika
dengan cabang fisika kuantum, mekanika kuantum sudah banyak berjasa memerikan
perilaku alam pada skala ultra mikroskopis. Dari perkembangan ini lahir
teknologi nano dan teknologi digital. Dari rumpun ilmu biologi, mikrobiologi
dan genetika, sudah memberikan kontribusi penting dalam memahami esensi
kehidupan, sehingga kehidupan yang di masa lalu masih menjadi rahasia,
sekarang sudah jadi pengetahuan umum. Ke dua rumpun ilmu tersebut pada
perkembangan terkini, sudah menjelaskan dengan tegas bahwa dalam proses
perubahan, alam menyediakan hanya tiga
jenis mekanisme yaitu deterministik, acak ( rambang ) dan gabungan keduanya. Alam
sama sekali tidak memberi ruang sekecil apapun untuk mekanisme yang lain,
termasuk campur tangan kekuatan lain.
Sebagai ilustrasi, ada
seorang pria melempar bom ke arah kerumunan orang. Para ahli menanyakan kepada
pelaku, mengapa dia melakukan tindakan itu?. Jawaban " karena dia memilih untuk melakukannya
", jelas tidak memadai. Para ahli genetika, neuro sains dan otak
dapat menjelaskan lebih detail. Dia melakukan itu karena ada proses
elektrokimiawi di dalam otak yang dibentuk oleh susunan genetik tertentu, yang
merefleksikan tekanan tekanan evolusi kuno, bercampur dengan mutasi mutasi
secara acak / kebetulan.
Proses elektrokimiawi
otak yang menghasilkan peristiwa pemboman, dapat bersifat deterministik,
acak, dapat pula kombinasi keduanya. Ketika suatu neuron menembakkan muatan
elektron, ini dapat merupakan reaksi deterministik terhadap rangsangan
eksternal atau dapat juga merupakan mekanisme acak seperti dekomposisi gen dari
sebuah atom radioaktif. Ketika mekanisme / proses, peristiwa acak bergabung
dengan proses deterministik, akan mendapatkan hasil yang bersifat probabilitas
( kemungkinan ), dan tidak ada ruang
bagi keinginan / kehendak bebas. Hasil penelitian termutakhir
dari ilmu ilmu yang termaju ini membawa implikasi yang luas dalam kehidupan
manusia. Berdasarkan teori ini tidak
ada seorangpun di alam ini yang bertindak / berperilaku , termasuk
melakukan tindakan korupsi, berdasarkan kehendak bebasnya.
Semua tindakan
dilakukan di bawah pengaruh / kendali mekanisme deterministik, atau
acak atau gabungan keduanya. Implikasi berikutnya adalah terjadinya perubahan mendasar tentang cara pandang
terhadap fenomena korupsi, berikut cara mengatasinya.
Tema Dasar Alam Semesta Dan Implikasinya
Tema dasar alam
semesta yang pertama adalah perubahan. Di alam tidak ada yang statis. Perubahan
mendorong terjadinya variasi. Semakin lama, jumlah variasi semakin besar.
Variasi pada mahluk hidup terjadi karena adanya mutasi genetik. Bentuk dan arah
perubahan dan peningkatan jumlah variasi bersifat deterministik, acak atau
gabungan keduanya. Sepasang orang tua punya kemungkinan memiliki anak yang
sempurna atau cacat. Bayi lahir cacat dapat terjadi pada orang tua mana
saja, di mana saja dan kapan saja. Penyebab bayi lahir cacat beragam, misalnya
akibat terjadi benturan keras pada seorang ibu yang sedang hamil, akibat
memakan atau minum obat obatan tertentu, akibat mutasi genetik dan lain
lain. Pada dasarnya di alam memang tidak ada yang seragam. Bentuk bentang
alam, kesuburan tanah, ketersediaan air, jenis flora dan fauna bervariasi,
tidak seragam.
Perubahan dan variasi
telah membuat banyak hal menjadi tidak
ideal. Tidak ada orang tua yang menginginkan ada anaknya yang cacat, tetapi
itu semua adalah keniscayaan yang harus diterima. Memang seperti itulah
realitas alam. Ketidak seragam ini menjadi dalih / alasan dari banyak tindakan
atau perbedaan respon dan perilaku. Sebagai ilustrasi, di dalam suatu kelompok
kecil pemburu dan peramu, semua tindakan tiap warganya terkontrol oleh anggota
lain di kelompok itu. Cara bekerja dan pembagian hasil semua dilakukan
transparan. Semua mendapat porsi bagian dari usahanya. Seorang pemuka di
kelompok itu meminta bagian lebih besar.
Alasan dari permintaan
itu adalah karena dia harus memberikan santunan / bagian hasil untuk para orang
tua jompo, para wanita, anak anak dan orang cacat fisik yang tidak ikut
aktifitas berburu. Pemintaan itu tentu saja disetujui oleh seluruh warganya,
karena memang sesuai fakta riil, dan transparan. Permintaan itu dapat
dimasukkan ke dalam kategori kebutuhan.
Seiring berjalannya
waktu, wilayah jelajah / okupasi makin luas, jumlah anggota makin banyak.
Kontrol terhadap pembagian hasil makin lemah dan tingkat transparansipun
menurun. Ketika manusia sudah mengembangkan pola hidup menetap, domestifikasi
tumbuhan dan hewan, pola hubungan antar warga dan pembagian hasil makin rumit.
Banyak penduduk dibebaskan dari upaya memproduksi makanan. Orang orang yang
dibebaskan dari kewajiban memproduksi makanan,
mengembangkan keahlian / keterampilan lain seperti pertukangan, militer,
pedagang, pengrajin, tabib, petugas birokrasi pemerintahan, pemuka agama.
Metode, teknik
dan mekanisme pembagian hasil produksi, makin rumit, makin tidak
transparan. Kepala suku atau raja, ketika sudah terbentuk kesatuan politik yang
disebut kerajaan mulai menciptakan algoritma untuk menyelenggarakan kehidupan
beradab. Berkat algoritma, raja dan aparatnya yang berjumlah minoritas, dapat
mengendalikan mayoritas anggota masyarakatnya. Perintah, materi energi dan
informasi mengalir deras dari pusat ibu kota ke pelosok negeri, berkat adanya
sistem tulisan yang hanya dikuasi oleh segelintir elit. Raja sendiri tidak
pernah bersentuhan dengan pekerjaan fisik, tetapi mendapat bagian porsi
terbesar dari produksi. Pada tahap ini raja kehilangan dasar alasan untuk
melegalkan / menjustifikasi pembagian hasil yang tidak seimbang. Porsi bagian
raja dan para petinggi yang jauh lebih besar dari pekerja yang berproduksi,
mengharuskan adanya pembenaran sebagai justifikasi. Untuk
memuluskan proses justifikasi dibuat kisah, cerita, legenda, mitos dan
ideologi.
Kondisi ini membuat
raja dan para petinggi semakin tergoda untuk mengambil lebih banyak lagi.
Bagian yang besar itu bukan lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhan, tetapi sudah naik ke level memenuhi keinginan.
Untuk memenuhi keinginan yang sudah melampaui kebutuhan, maka perlu diciptakan kebutuhan baru, untuk
menyamarkan keinginan yang terus bertambah besar. Kemudian terjadilah fenomena transformasi dari kebutuhan menjadi
keinginan secara terus menerus. Dalam proses transformasi itu terjadi
berbagai praktek manipulasi, penggelapan, penipuan, yang kemudian dikenal
sebagai tindakan korupsi.
Mekanisme Alam Sebagai Sumber Korupsi
Pangkal dari segala
tindakan korupsi adalah adanya perubahan di alam dan perubahan menimbulkan
variasi. Proses perubahan dan timbulnya variasi tunduk pada mekanisme
deterministik, acak dan gabungan keduanya. Variasi membuat bobot beban
tanggungan tidak sama, dan kondisi ini dijadikan dasar alasan untuk mengajukan
daftar kebutuhan yang tidak sama untuk semua orang. Kebutuhan tiap wilayah juga
tidak sama. Biaya pembangunan infrastruktur di wilayah berkontur
bergelombang pasti lebih mahal dibandingkan di lahan berkontur datar.
Kebutuhan yang tidak sama akan memicu proses transformasi kebutuhan
menjadi keinginan.
Dalam proses itulah
biasanya terjadi tindakan korupsi. Jadi korupsi adalah suatu keniscayaan yang
harus diterima sebagai produk alam. Konsekuensi dari pandangan ini adalah korupsi mustahil dapat diberantas.
Tidak ada orang, lembaga ataupun algoritma yang dapat memberantas korupsi
karena dia bersumber dari tema dasar alam semesta. Memberantas atau menghapuskan korupsi dari alam sama saja dengan
menghentikan proses perubahan di alam, dan itu mustahil dapat dilakukan oleh
siapapun. Indonesia sudah berulang kali membentuk Tim, Satuan Tugas, Komisi
yang ditugaskan untuk memberantas korupsi, tetapi tidak ada yang pernah
dapat memberantasnya.
Upaya Yang Dapat Dilakukan
Setelah mengetahui
asal muasal dan pangkal dari fenomena korupsi, lalu apakah manusia tidak dapat
berbuat sesuatu terhadap fenomena korupsi?. Tentu saja masih ada upaya yang
dapat dilakukan, tetapi targetnya harus diubah. Targetnya bukan lagi membasmi atau memberantas korupsi,
tetapi lebih realistis yaitu membatasi ruang lingkup, skala besaran, jumlah
frekuensi, intensitas dan bobot serta magnitude korupsi. Tindakan strategis
yang dapat dilakukan adalah memperkecil
porsi keinginan dan memperbesar porsi kebutuhan. Batas antara kebutuhan dan
keinginan itu tidak tegas, kaku, tetapi fleksibel, tipis, dan fluktuatif.
Keadaanya sama dengan peluang terjadinya mekanisme deterministik dengan acak
dan kombinasi keduanya. Kita dapat memperkecil porsi mekanisme deterministik,
memperbesar mekanisme acak dan sebaliknya.
Salah satu upaya
memperbesar porsi mekanisme deterministik, adalah membangun mekanisme kontrol
di semua lini dan semua level, tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
mekanisme acak. Peluang korupsi terdapat pada proses tarik menarik antara
kebutuhan dengan keinginan. Oleh karena itu tindakan strategis harus segera
diikuti oleh serangkaian tindakan taktis. Beberapa contoh tindakan taktis yang
direkomendasikan adalah :
- membuat algoritma proses penghimpunan materi, energi, informasi dan proses pendistribusian kembali materi, energi, informasi itu dengan mengikuti prinsip transparansi dan akuntabel.
- Menyebarkan otoritas, kewenangan, kekuasaan kepada minimal tiga pihak yang setara.
- Memperluas basis dan mempercepat penerapan teknologi digitalisasi di berbagai sektor kehidupan, untuk mempersempit celah terjadinya manipulasi.
Penutup
Sebagai penutup, di
sini ditampilkan pesan dari seorang tokoh besar bernama Mohamdas Karamchan Gandhi, yang populer dengan nama Mahatma Gandhi. Gandhi pernah
berkata Satu bumi dapat memenuhi
kebutuhan semua manusia, tetapi tidak dapat memenuhi keinginan segelintir
manusia. Perkataan Gandhi dapat menggambarkan sangat tipis dan kabur batas antara kebutuhan dengan keinginan, tetapi
sekaligus menggambarkan betapa besar dan tegas perbedaan antara kebutuhan
dengan keinginan.
Comments
Post a Comment