ARTI DAN MAKNA PENTING WARISAN BUDAYA

In Memoriam Prof. Dr. Nicholaas Johannes Krom

Geboren : 5 September 1883, Hertogenbosch, Holland

 Overleden : 8 Maret 1945, Leiden, Holland.

 

Sumber: Google.

 

Tulisan ini didedikasikan untuk mengenang jasa Prof. Dr. Nicholaas Johannes Krom, atas jasanya mendirikan Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch - Indie (Dinas Purbakala ) pada tanggal 14 Juni 1913, berdasarkan Besluit Pemerintah No. 62. Pemerintah telah menetapkan tanggal 14 Juni sebagai Hari Purbakala Nasional.  Tulisan ini dibuat  dalam konteks perayaan peringatan 107 tahun hadirnya institusi yang mengurus warisan budaya di Indonesia. Untuk tujuan yang sama, pada momen hari yang sama, setahun kemudian, 14 Juni 2021, tulisan ini ditampilkan kembali.

Prolog

 Pada suatu senja di tahun 340 SM, di salah satu ruangan di istana raja Phillipus II, raja  kerajaan Macedonia, Yunani Utara, ada dua orang sedang berbincang. Orang pertama, seorang remaja berusia 16 tahun, bernama Alexander, putera mahkota kerajaan Macedonia. Seorang lagi sosok seorang tua, salah satu filsuf terbesar jaman Klassik bernama Aristoteles yang menjadi guru Alexander.

 Di akhir pertemuan, sang filsuf berkata " Aku tahu engkau seorang yang cerdas, berbakat besar, memiliki kekayaan dan kekuasaan. Aku meramalkan kelak engkau akan menjadi Maharaja besar, penakluk  dunia. Engkau harus selalu ingat pesanku ini. Engkau boleh menaklukkan negeri manapun, bangsa apapun, tetapi jangan pernah sekalipun engkau hancurkan peradaban dan kebudayaannya. Jika engkau melanggar pesan ini maka Aku, Gurumu dan seluruh manusia di sepanjang jaman akan mengutukimu sebagai manusia biadab, karena tindakan itu sama saja dengan membunuh kemanusiaan ".

Ramalan Aristoteles memang terbukti. Alexander menjadi penguasa di seperempat keliling bumi, membentang dari Yunani hingga ke seberang sungai Indus di India, yang panjangnya lebih dari 4000 Km. Dalam karirnya sebagai Conqueror, Alexander tidak pernah melanggar pesan gurunya. Alexander justru memperkaya perbendaharaan peradaban dunia, merintis pembentukan budaya  Helenism, percampuran budaya Yunani ( Barat ) dengan budaya Timur. Hasil budaya Helenism, banyak ditemukan di wilayah Asia Tengah dan Selatan seperti Afganistan, Baluchistan, Baktria, Pakistan dan India. Prolog ini cukup relevan ditampilkan sebagai pembuka tulisan yang membahas soal warisan budaya. 

 

Beberapa Postulat

Tulisan ini berpijak pada beberapa postulat sebagai landasan pemikiran. Adapun postulat yang digunakan adalah  :

  1. .      Seluruh perilaku manusia diarahkan oleh ide. Setiap perilaku akan menimbulkan hasil perilaku.
  2.        Artefak sebagai produk perilaku bukan fosil perilaku dan bukan pula merupakan bukti langsung dari adanya perilaku, karena perilaku yang menghasilkan artefak tidak dapat lagi diamati.
  3.        Dengan melakukan pengamatan teliti dan sistematis, berdasarkan asumsi, analogi dan interpretasi tertentu, akan dapat direkonstruksi kemungkinan bentuk perilaku. Berdasarkan hasil rekonstruksi tersebut, dapat diketahui ide yang mendasari perilaku.
  4.  .      Semua artefak apapun bentuk, jenis, fungsi dan berasal dari tempat dan jaman apapun, pasti melewati proses dan lintasan jalur produksi yang sama. Ada tiga tahap utama yang harus dilalui, dimulai dari proses buat - pakai - buang.

 

Filosofi Warisan Budaya

Semua manusia berasal dari dan  tinggal menetap di  planet bumi. Dengan kata lain, manusia adalah warga bumi. Bumi dengan segala isinya termasuk manusia memiliki riwayat yang panjang. Riwayat itu terekam di lapisan lapisan formasi batuan di bawah dan di atas permukaan tanah. Rekaman itu yang kemudian disebut sebagai cagar budaya dan warisan budaya. Sebagai warga bumi kita semua berhak untuk mengetahui riwayat tempat tinggal kita. Disamping itu semua manusia juga berkewajiban melindungi dan memelihara cagar budaya dan warisan budaya agar dapat diketahui dan dipelajari oleh generasi yang akan datang. 

 

Jenis Warisan Budaya

Ada dua jenis warisan budaya yaitu : 

1. Warisan budaya yang bersifat fisik ( tangible ), seperti artefak ( semua benda yang dibuat dengan campur tangan manusia baik seluruhnya atau pun sebagian ), ekofak ( semua benda yang tidak dibuat oleh manusia, tetapi berhubungan erat dengan kehidupan manusia  srperti biji bijian tumbuhan, tulang hewan ) dan fitur ( bekas bekas jejak aktivitas manusia, seperti bekas bakaran 6⁷sampah ).

2. Warisan  budaya yang bersifat non fisik ( intangible), seperti norma, adat istiadat, bahasa, legenda, mitos, sistem pengetahuan tradisional.

  

Warisan Budaya Sebagai Lorong Waktu Penghubung Masa Lalu dengan Masa Kini

 Ketika berhadapan dengan sebuah warisan budaya, ibaratnya kita berada di mulut suatu terowongan waktu yang menghubungkan kita di masa kini dengan Para Pendahulu kita yang membuat dan menggunakan warisan budaya itu di masa lalu. Bagi kebanyakan orang, lorong itu gelap gulita. Untuk memasuki dan memahami  masa lalu dibutuhkan keahlian khusus. Bagi orang yang terlatih di bidang arkeologi, antropologi dan sejarah, suatu warisan budaya dapat diajak berdialog secara imajiner dan dari padanya dapat digali informasi penting tentang kehidupan manusia di masa lalu. Sebagai ilustrasi, sebuah artefak wadah keramik dari masa lalu, dibuat oleh mahluk yang sama seperti kita, memiliki tubuh yang terdiri dari daging, tulang, otot berikut seluruh kelengkapan organiknya. Mahluk yang memiliki pikiran, emosi seperti kita, tetapi kita dipisahkan oleh dimensi waktu yang berbeda. Melalui keberadaan  artefak, kita jadi merasa sangat dekat dengan  pembuat dan penggunanya. Pada artefak itu terdapat bekas / jejak, guratan alat, sidik jari, kelenjar keringat dari manusia masa lalu. Semua itu adalah bukti fisik otentik dan representasi kehadirannya di dekat kita.

 Kemudian kita mencoba mengembangkan imajinasi dan berkontemplasi, mencoba memahami arti penting artefak itu di masa lalu. Keramik dibuat dari tanah lempung / kaolin, yang ditambang dari suatu tempat penambangan. Di penambangan tentu banyak orang terlibat sebagai tenaga kerja. Dari tempat penambangan, tanah itu dibawa ke bengkel pembuatan dan dapur pembakaran. Di tahap ini banyak pertanyaan dapat diajukan, antara lain, berapa tenaga kerja yang terlibat, berapa jarak antara tempat penambangan dengan bengkel pembuatan, diangkut dengan apa?, berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak pembuatan, penjemuran, pembakaran, apa saja bahan campurannya, dibuat dengan teknik apa dan peralatan apa?, berapa suhu pembakarannya, bagaimana teknik finishingnya?, berapa orang yang bekerja di bengkel?.

 Setelah selesai dibuat, keramik itu kemudian dipasarkan. Di tahap ini juga banyak pertanyaan yang dapat diajukan, diantaranya: berapa jauh radius jarak jangkauan pemasarannya, apa alat pengangkutannya?, bagaimana proses transaksi jual beli dengan pedagang dan antara pedagang dengan konsumen. Setelah dibeli konsumen, keramik itu dibawa ke rumah. Ragam pertanyaan berikutnya antara lain : digunakan untuk apa?, disimpan di bagian mana dari rumah?, berapa rata rata usia pakainya?.

 Setelah lewat beberapa waktu, keramik itu akan rusak / pecah, dibuang di mana?. Dari tempat pembuangan sampah, biasanya keramik itu akan berpindah oleh proses alam ( dibawa aliran air hujan atau banjir ), tersepak oleh manusia atau hewan, sampai mengendap, mendeposit, ditempat tertentu, kemudian tertimbun di dalam tanah. Selang waktu beberapa abad kemudian ditemukan oleh arkeolog. Sebuah atau sepotong pecahan keramik sekalipun, menyimpan banyak kisah. Melalui artefak dan warisan budaya kita dapat mendekatkan yang jauh.

Di kota Medan ada suatu galeri dan museum yang bernama Galeri  dan Museum Rahmad, dinamakan sesuai dengsn nama pemiliknya Rahmad Shah. Penulis berpendapat bahwa museum itu layak disebut sebagai Museum Alam Semesta, karena menyimpan bukti fisik otentik dari berbagai komponen alam, meliputi komponen abiotik ( batuan ), biotik ( flora, fauna ), dan culture ( perlengkapan manusia berprestasi spektakuler, seperti kostum panggung penyanyi tenar Madonna, sarung tinju milik petinju legendaris, Muhammad Ali, bola kaki yang digunakan oleh pesepak bola superstar  Maradona ). Pada benda benda tersebut melekat keringat, percikan darah para pesohor itu. Bukti fisik otentik apalagi yang dapat mengalahkan bukti genetis, sebagai bukti representasi kehadiran para tokoh itu di Medan?. 

 

Warisan Budaya Sebagai Sumber Inspirasi

Tidak terhitung banyaknya warisan budaya yang dapat dijadikan sumber inspirasi. Mengingat berbagai keterbatasan, tulisan ini menampilkan hanya beberapa saja yang sifatnya monumental. Sekarang bangsa Indonesia didera oleh berbagai masalah, seperti masalah / issue identitas kebangsaan, manajemen pembangunan, buruknya penegakkan hukum.  Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut diperlukan upaya keras, kerjasama yang solid. Untuk mengatasi masalah besar, dibutuhkan kerjasama berbagai pihak. Orang mau dan sungguh sunguh bekerja kalau ada kesamaan identitas. Untuk membangun kesamaan identitas dibutuhkan ideologi, institusi,  kisah, cerita, legenda. Untuk menghasilkan semua itu dibutuhkan seperangkat algoritma pemrosesan data yang canggih. Bagaimana dengan para leluhur kita di masa lalu mengatasi berbagai persoalannya?. Sepertinya kita memerlukan bukti fisik yang dapat memberi inspirasi dan membangkitkan spirit, untuk keluar dari jepitan berbagai masalah bangsa.

 

Candi Borobudur : Bukti Kecanggihan Algoritma Masa Lalu

Candi Borobudur yang terletak di daerah Kedu, Jawa Tengah, adalah hasil karya masterpice bangsa Indonesia, dan hal itu sudah dibuktikan oleh para arkeolog. Berdasarkan hasil penelitian para pakar, Borobudur dibangun pada abad IX, di masa berkuasanya dinasti Syailendra dalam durasi waktu puluhan tahun. Jika kita mau berusaha sedikit saja merenung dan mengembangkan imajinasi,  segera diketahui betapa canggih teknologi dan manajemen yang digunakan. Mulai dari perencanaan penentuan lokasi, persiapan, pengerahan ribuan tenaga kerja meliputi pemuka agama, arsitek, teknisi, seniman, tabib, juru masak, pengawas, tenaga kasar. Mempersiapkan barak tempat tinggal, logistik, peralatan, pengangkutan.

Kemudian proses  pelaksanaan pembangunan konstruksi  hingga selesai pembangunan. Dalam proses pembangunan itu pasti sudah menerapkan teknik yang mirip dengan  network planning di masa sekarang. Pembangunan candi Borubudur membutuhkan sistem katalogisasi, sistem penomoran, dan proses coding, karena harus dapat mengenali dan mengidentifikasi jutaan potong batu yang volumenya mencapai 55000 meter kubik Seluruh kerja besar itu berjalan, sistematis, terstruktur. harmonis di bawah satu komando terpusat, berdasarkan algoritma pemrosesan data yang canggih, bahkan untuk ukuran jaman sekarang. 

 

Sel Penjara Banceuy, Bandung

Di salah satu kamar sempit sel penjara Banceuy, di kota Bandung, Soekarno pernah menghasilkan karya monumental yang mengguncangkan benua Eropa. Sayang sekali penjara itu sudah dirobohkan, tetapi kita masih dapat menyaksikan satu kamar sempit yang sampai sekarang masih dipertahankan keberadaannya. Di kamar berukuran 2 x 3 meter itu Soekarno ditahan atas tuduhan menghasut massa untuk memberontak kepada Pemerintah Kolonial Belanda. Sulit sekali membayangkan di kamar sempit , pengap dan tidak dilengkapi fasilitas yang manusiawi, diasingkan dari keluarga, sahabat dan rekan seperjuangan, dapat lahir karya masterpice. Ibu Inggit, isteri beliau menyelundupkan lembaran kertas dan alat tulis dan menyerahkannya kepada Soekarno yang akan digunakan sebagai amunisi untuk membombardir jantung kekuasan kolonial. Konon khabarnya pidato pembelaannya ditulisnya sendiri beralaskan kaleng tinja ( pispot ). Pidato pembelaan itu diberi judul Indonesia Menggugat.

Pidato pembelaan itu mematahkan semua dalil hukum yang dibuat oleh para penuntutnya. Hakim tetap menyatakan Soekarno bersalah.  Keputusan itu jelas melanggar hukum yang dibuat sendiri oleh pemerintah, dan menuai protes keras dari para ahli hukum di Belanda. Para akademisi dan praktisi hukum di Belanda menuntut agar Soekarno dibebaskan. Indonesia Menggugat diterjemahkan ke dalam 26 bahasa dan dijadikan bacaan wajib di universitas universitas terkemuka di Eropa dan Amerika.

Ironisnya, di Indonesia karya monumental Soekarno nyaris tidak pernah di baca para mahasiswa. Karya itu jelas memberi inspirasi pada para tokoh pergerakan untuk melanjutkan perjuangan yang menembus antar generasi. Akhirnya Panglima Besar Sudirman, dengan tidak menafikan upaya diplomasi dari para politisi sipil dan tokoh pergerakan lainnya, tampil sebagai pendobrak pintu terakhir dan pemutus rantai belenggu  Kolonial Belanda. Kalau direnungkan lagi,  bagaimana dan dimana keberadaan tandu yang digunakan untuk mengangkut tubuh Panglima Besar, Jenderal Besar Sudirman selama memimpin perang gerilya. Tandu itu dapat dijadikan inspirasi untuk membangkitkan tekad pantang menyerah. Dalam kondisi menderita penyakit parah, Panglima TNI itu tetap bersemangat memimpin prajuritnya. Tandu yang digunakan itu adalah bukti fisik otentik atas kisah kepahlawanan yang menjadi inspirasi bagi generasi penerus.

 

Ratu Sima Sebagai Simbol Penegakkan Hukum

Masalah penegakkan hukum adalah salah satu masalah krusial bagi bangsa Indonesia. Salah satu penyakit yang terus menggerogoti sendi sendi kehidupan bangsa dan negara adalah korupsi. Selama puluhan tahun dan lembaga pemberantasan korupsi silih berganti dibentuk, tetapi hasilnya belum memuaskan. Di duga kuat bahwa akar dari masalah korupsi adalah karena lemahnya upaya penegakkan hukum. Hukum hanya tajam ke bawah, tetapi tumpul ke atas, alias tidak konsisten. Kondisi ini nyaris membuat frustrasi banyak orang dan rasa pesimis telah melanda banyak kalangan. Oleh karena kondisi karut marut penegakkan hukum di negara kita, bangsa kita kehilangan wibawa dan kredibilitas di mata bangsa bangsa lain. Negara tetangga yang lebih kecil berani melecehkan negara kita, tetapi negara itu justru lebih takut dengan tetangganya yang jauh lebih kecil lagi.

Dari bincang bincang dengan para rekan di negara tetangga, terungkap bahwa sikap negara tetangga itu didasarkan pada kondisi negara kita yang tidak konsisten dalam penegakkan hukum. Berdasarkan naskah kuno arsip negara Cina ( dinasti Tang, abad VII sampai X ), ternyata leluhur kita , Ratu Sima dari Kerajaan Holing  ( Kalingga ), yang lokasinya dekat Jepara, Jawa Tengah, sudah memberi contoh tauladan bagaimana cara menegakkan hukum secara konsisten, tanpa pandang bulu. Ratu Sima menghukum Putera Mahkotanya sendiri, karena melanggar hukum, akibat kurangnya pengetahuan tentang hukum di negaranya. Ketegasan Ratu Sima telah membuat gentar Kaisar dinasti Tang yang ingin melakukan agresi ke Holing. Semangat agresi Kaisar Tang langsung padam oleh kewibawaan negara Holing.

 

Institusi dan Undang -Undang

Riwayat pengelolaan warisan budaya di Indonesia sudah cukup panjang. Tahun 1778, sekelompok pemuka masyarakat di Batavia mendirikan perkumpulan bernama Bataviaasch Genootschaap  van Kunsten en Wetenschappen ( Perkumpulan Ilmu Pengetahuan dan Seni Batavia ). Salah satu kegiatan lembaga itu adalah menginventarisir warisan budaya yang ada di Nusantii8ara. Lembaga ini menempati kantor yang sekarang menjadi gedung Museum Nasional di Jakarta, dan memiliki media publikasi yang kredibel, bernama TBG ( Tijdschrift Bataviaasch Genootschaap ) dan Tijdschrift voor Indische Taal - Land en Volkenkunde. Tahun 1882, Pemerintah Hindia Belanda membentuk komisi bernama Commisie to het Opsporen Verzamelen en Bewaren van Oudheidkundige voor  Werpen. 

Selain pemerintah, sekelompok orang mendirikan organisasi partikelir nirlaba yang bergerak di bidang warisan budaya. Organisasi itu bernama Archaeologische Vereeninging ( Perkumpulan Arkeologi ) didirikan pada tahun 1885 diketuai oleh J W Ijzerman. Pada tahun 1901, Pemerintah membentuk komisi bernama Commisie in Nederlandsch Indie voor  Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madura, yang dipimpin oleh seorang pakar arkeologi dan filologi terkenal, bernama Johaannes Laurent Andreas Brandes, dengan anggota H L Leydie Meville dan J Knebel. Tahun 1905 Brandes  wafat dan komisi bekerja tanpa arahan dari ketua selama 5 tahun. Tahun 1910 didatangkan ketua baru yaitu Nicholaas Johannes Krom. Krom berpandangan jauh ke depan dan merasa bahwa pekerjaan mengelola warisan budaya tidak dapat ditangani oleh komisi yang sifatnya ad hoc. Tugas tersebut harus dijalankan oleh sebuah lembaga resmi pemerintah dengan anggaran permanen dan punya dasar hukum yang kuat. Krom berulang kali  mengajukan proposal pendirian lembaga itu kepada Gubernur Jenderal Alexander Willem Frederick Idenburg.

Berkat kegigihan Krom, akhirnya pemerintah menerbitkan besluit,No. 62, tertanggal 14 Juni 1913, sebagai dasar pembentukan Oudheidkundige Dienst ( Dinas Purbakala ), dan menunjuk N J Krom sebagai Direktur. Tanggal 14 Juni sekarang ditetapkan sebagai Hari Purbakala Nasional. Oudheidkundige Dienst secara berkala menerbitkan laporan bernama Rapporten van De Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch - Indie (ROD ). Tahun 1915 Krom kembali ke Holland dan digantikan oleh Dr. Frederick David Kan Bosch, yang memimpin Dinas Purbakala sampai tahun 1936. Di  masa kepemimpinan Bosch, diterbitkan Monumenten Ordonantie, Staatblad 238, Tahun 1931.

Tahun 1934, Monumenten Ordonantie diperbaharui dengan keluarnya keputusan pemerintah Staatblad 515 Tahun 1934. Setelah merdeka Oudheidkundige Dienst berganti nama beberapa kali mulai dari Djawatan / Dinas Purbakala, Lembaga purbakala dan  Peninggalan Nasional. Di era Rejim Suharto, terjadi pemisahan tugas antara kegiatan penelitan dengan   perlindungan dan pemeliharaan cagar budaya. 

Sekarang tugas penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di tingkat pusat dan Balai Arkeologi di tingkat daerah. Tugas perlindungan dan pemeliharaan warisan  budaya dilaksanakan oleh Direktorat Pelindungan Kebudayaan di tingkat pusat dan Balai Pelestarian Cagar Budaya serta Balai Pelestarian Nilai Budaya di tingkat daerah. Pada tahun 1992 diterbitkan Undang Undang No. 5, Tentang Benda Cagar Budaya untuk menggantikan Monumenten  Ordonantie, yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Tahun 2010, dikeluarkan Undang Undang No 11 Tentang Cagar Budaya, untuk menggantikan Undang Undang No 5 Tahun 1992.

 

Epilog

Semua pengetahuan kita tentang masa lalu adalah hasil akumulasi pekerjaan banyak orang. Para pakar, akademisi, filantropi, kolektor benda kuno, naturalis, peneliti, pemerhati, pamong budaya, jurnalis telah banyak berkontribusi dalam mencari / menemukan, meneliti , melindungi dan memelihara warisan budaya. Tidak terhitung jumlah publikasi yang sudah diterbitkan untuk menyebarluaskan informasi tentang warisan budaya.

Dimulai dari peletak dasar pertama di Indonesia dalam kegiatan memahami warisan budaya, yaitu Georg Eberhard Rumphius, ( 1627 - 1702 ) seorang naturalis berasal dari Jerman, berkarya di pulau Ambon dan wafat di sana. Rumphius meneliti alam, menulis buku yang monumental dalam kondisi buta. Dua buku raksasa dihasilkan Rumphius yaitu Amboinsche Herbarium dan D' Amboinsche Rariteitkamer. Kedua buku itu diterbitkan secara anumerta, setelah penulisnya wafat. Sejak itu tidak terhitung lagi berbagai publikasi mengalir deras dari para peneliti, penjelajah, pamong praja dan lain lain. Di masa Kolonial Belanda, ada dua putra terbaik bangsa Indonesia yang sudah malang melintang di dunia warisan budaya yaitu Prof. Dr. Hoessein Djayadiningrat ( murid Prof. Dr. Snouck Hurgronje) dan Prof.Dr. R M Ng Poerbatjaraka ( murid Prof. Dr. N. J  Krom ). Ke duanya berpromosi doktor di Universitas Leiden, dengan judul disertasi masing masing Critisch Beschouwing van de Sadjarah Banten, 1913 dan Agastya in den Archipel, 1926. Kedua orang tersebut lulus dengan predikat cum laude.

Setelah era kemerdekaan banyak sekali dilahirkan insan pengelola warisan budaya yang dipelopori  generasi pertama pasca kemerdekaan yang dimulai dari Prof.Dr. R. Soekmono ( murid Prof Dr. A. J. Bernet Kempers ). Apa yang dirintis dan dikembangkan oleh para pendahulu kita, menjadi kewajiban semua orang untuk meneruskan usaha tersebut. Kita semua adalah 6 P :

P ewaris

P elindung

P emelihara

P engembang

P engguna

P enikmat 

WARISAN BUDAYA



  

Comments

Popular Posts