KETIDAKPASTIAN, ANOMALI, RISIKO, PELUANG DAN PERILAKU MANUSIA


Prolog

Sejak bulan Januari hingga bulan Maret tahun ini, virus corona telah mengacak acak tatanan peradaban manusia. Sepanjang sejarah peradaban manusia, baru kali ini satu jenis mahluk mikro organisme merepotkan spesies Homo Sapien demikian hebat. Semua sumber daya dikerahkan untuk menghempang penyebarannya, tetapi tetap belum menunjukkan hasil memuaskan. Sebenarnya saat saat seperti ini sedang berlangsung seting peristiwa yang menarik bagi pemerhati ilmu perilaku. Hari hari ini sedang berlangsung berbagai peristiwa seperti kondisi ideal untuk melakukan observasi di laboratorium alam semesta berskala giga untuk mengamati perilaku manusia. Berbagai bentuk perilaku diperlihatkan  oleh beragam manusia dari aneka latar belakang bangsa, agama, ideologi, strata sosial, budaya. Ada seting peristiwa yang menggambarkan kesibukan di rumah sakit, isolasi swadiri di rumah, pertukaran arus informasi dengan  intensitas tinggi. Walaupun fenomena yang tampak dari luar beraneka ragam, tetapi ada satu benang merah yang menghubungkan semua fenomena itu. Di manapun dan di komunitas manapun, semua manusia diliputi perasaan yang sama yaitu ketidakpastian, kecemasan / kegelisahan, kepanikan. Perasaan itu mendorong manusia melakukan hal hal yang tergolong di luar batas kewajaran. Beberapa perilaku tersebut antara lain : 

  1. Menimbun stock bahan makanan, perlengkapan alat pelindung diri dalam jumlah besar.
  2. Melakukan penyemprotan cairan disinfektan di areal seluas mungkin. Jika memungkinkan setiap jengkal permukaan bumi dan angkasa disemprot. 


Tindakan tindakan itu dilakukan  dengan dasar pikiran sebagai berikut  : 
  1. Wabah virus Corona telah menimbulkan krisis multi dimensional, yang memberikan ancaman nyata terhadap kehidupan manusia. 
  2. Krisis ini adalah kejadian langka yang jarang terjadi, oleh karena itu harus dihadapi dengan cara yang tidak biasa. 
  3. Virus corona adalah musuh bersama umat manusia yang harus dibasmi minimal diputus rantai penyebarannya.

Dari berbagai tindakan yang dilakukan, tampaknya manusia masih belum paham benar dengan sosok yang mau diperanginya, termasuk faktor faktor dan kondisi yang memicu penyebaran virus Corona. Tulisan ini bermaksud memaparkan faktor faktor yang mendorong munculnya wabah virus corona. Dengan demikian diharapkan dapat dirumuskan tindakan efektif untuk mengatasi masalah yang ditimbulkannya. Tulisan ini menawarkan suatu sudut pandang berbeda dari mainstream tentang semua fenomena yang terjadi, dengan maksud memperkaya khasanah cara pandang, bukan mengkoreksi cara pandang yang sudah ada. Perbedaan cara pandang terhadap suatu fenomena, tidak menunjukkan satu cara pandang lebih unggul dari yang yang lain. Mungkin tidak ada yang unggul, karena kita tidak punya sarana untuk menilainya. Perbedaan cara pandang itu berpangkal pada level filsafat, sementara itu pernyataan pernyataan yang bersifat filsafat, sangat sulit kalau tidak mau disebut mustahil, dapat diuji kebenarannya secara empirik. 

Beberapa Postulat Yang Digunakan

Rumusan postulat yang dinyatakan secara eksplisit, mutlak diperlukan, agar  orang lain dapat menaksir ketegaran landasan yang digunakan untuk membangun kerangka berpikir dan kekuatan argumentasi yang   diajukan. Argumentasi yang diajukan harus konsisten dan koheren dengan postulat yang digunakan. Ini adalah suatu prosedur standard yang lazim digunakan di kalangan komunitas ilmuwan. Adapun postulat yang digunakan berikut penjelasannya adalah  : 

1. Tema dasar alam semesta adalah perubahan dan variasi. Semua fenomena di alam pasti mengalami perubahan. Setiap perubahan pasti menimbulkan variasi.

2. Peningkatan jumlah variasi pasti mendorong terjadinya kompleksitas. Peningkatan jumlah variasi berbanding lurus dengan peningkatan kompleksitas. Ketika sesuatu sudah berada pada aras ( level ) kompleksitas, semakin sulit mengidentifikasi jumlah variabel yang berinteraksi. Konsekuensi logis berikutnya adalah lebih sulit lagi menghitung nilai tiap variabel berikut laju perubahan nilainya dalam satuan waktu tertentu.

3. Kompleksitas pasti menimbulkan ketidakpastian. Setiap ketidakpastian, pasti menimbulkan serangkaian situasi kekalutan, kecemasan, kegelisahan, ketakutan, kepanikan. Semua situasi itu membuat siapapun mudah melakukan kesalahan, mulai dari kesalahan kecil hingga besar. Setiap kesalahan pasti menimbulkan anomali ( penyimpangan dari titik keseimbangan ). Setiap melakukan kesalahan akan mendorong terjadinya serangkaian  kesalahan berikutnya, dan begitu seterusnya. Postulat ini kemudian melahirkan dalil Murphy dan Bergovsky, yang mengatakan bahwa apa saja  yang mungkin dapat terjadi, maka akan terjadi. Dalil ini meramalkan bahwa setiap kejadian mengandung potensi kesalahan terlepas dari besaran bobotnya dan kesalahan itu berakumulasi kemudian memicu terjadinya kesalahan berikutnya yang lebih besar, dan begitu seterusnya.
Ketidakpastian mendorong orang menimbun stock, dan inilah anomali yang memicu anomali berikutnya seperti kelangkaan materi dan energi. Kelangkaan memicu anomali berikutnya yaitu antrian panjang dan kerumunan masal. Kerumunan masal memicu anomali berikutnya yaitu kerusuhan masal dan khaos, dan akhirnya memicu krisis lokal, regional, nasional dan global serta bersifat multi dimensional. 

4. Selain kesalahan, anomali, dan krisis, ketidakpastian juga menimbulkan peluang dan risiko. Peluang dan risiko lahir dari ketidakpastian dan keduanya bersifat subjektif serta sangat bias manusia  Suatu fenomena dikatakan peluang jika berkonotasi positif dan menguntungkan dipandang dari sudut kepentingan manusia. Sebaliknya disebut risiko jika berkonotasi negatif dan merugikan dipandang dari sudut kepentingan manusia. Batas antara peluang dan risiko sangat tipis, seperti membran yang tembus pandang. Suatu peluang bagi seseorang dapat menjadi risiko bagi orang lain. Atau suatu peluang pada suatu waktu dapat berubah menjadi risiko pada waktunya lain. Jika terjadi perang antara 2 atau lebih negara, maka timbul risiko kematian dan berbagai krisis bagi sebagian orang. Risiko itu berubah menjadi peluang bagi broker, pialang dan pedagang senjata. Awal abad XX, bisnis transportasi udara berisiko tinggi dan pada abad XXI, jadi peluang yang menjanjikan keuntungan. Di dalam risiko terkandung peluang dan di dalam peluang terkandung risiko.

5. Sistem alam semesta adalah sistem terbuka yang luar biasa besar dan kompleks. Hubungan interaksi, interrelasi dan interdependensi di antara komponen komponen di sistem alam semesta bersifat mutuali simbiosis. Postulat ini tegas menyatakan bahwa hubungan antar sub sistem di alam semesta bersifat objektif, natural dan berdasarkan azaz keseimbangan di suatu ekosistem tertentu. Di alam posisi dan kedudukan semua spesies sama, tidak ada yang berstatus very very important person. Pertarungan dan kompetisi di antara spesies adalah hal yang lumrah untuk mempertahankan eksistensinya di alam. Fenomena itu tidak dapat dilihat sebagai tindakan  permusuhan yang dilandasi rasa kebencian. Jika ada spesies yang tewas, itu normal saja. 

6. Di alam semesta tidak ada satu spesiespun yang dapat memusnahkan kehidupan, karena kehidupan pasti akan menemukan jalannya sendiri. Punahnya satu spesies akan segera digantikan oleh spesies baru. Bahkan tidak ada spesies yang benar benar punah. Dinosaurus boleh lenyap dari muka bumi, tetapi keturunan langsungnya masih banyak yang eksis dalam bentuk ribuan spesies burung dan unggas. Begitu juga dengan spesies Neanderthal( sepupu terdekat manusia modern ) yang sudah punah sejak 40.000 tahun lalu, masih meninggalkan warisan genetiknya sebesar 1 sampai 4 persen pada sebagian besar populasi manusia modern. 

Keseimbangan Sebagai Azaz Fundamental

Coba bayangkan sebuah grafik garis lurus horizontal berada pada posisi netral (nol ). Garis itu disebut sebagai garis keseimbangan sempurna. Keseimbangan ini dalam realita sangat sulit dicapai, kalaupun dapat dicapai hanya berlangsung sesaat. Di atas dan di bawah garis keseimbangan terdapat area toleransi yang dibatasi oleh garis toleransi. Area di atas garis keseimbangan  diberi tanda plus ( + ), dan area di bawah garis keseimbangan di beri tanda minus ( - ). Biasanya anomali terjadi di area toleransi baik plus maupun minus. Bayangkan sebuah jam dengan bandulnya. Ketika ayunan bandul jam bergerak ke kanan sampai derajat sudut maksimal, bandul jam akan berayun ke arah kiri, melewati titik tengah ( keseimbangan sempurna ) selama seper sekian detik. Jadi posisi keseimbangan gaya berlangsung sangat singkat. Dinamika pergerakan garis grafik lebih banyak berada di area toleransi. Di area toleransi ini terjadi berbagai anomali. Akumulasi anomali makin lama makin besar dan suatu saat  menembus garis toleransi yang dapat ditahan oleh sistem. Ketika garis toleransi telah ditembus, maka terjadi krisis. Krisis adalah situasi yang tidak diinginkan, karena terjadi disharmoni dalam hubungan antar spesies di alam. Krisis menimbulkan destabilitas, kekacauan di dalam sistem. Krisis tidak muncul tiba tiba, karena secara teori pada dasarnya krisis adalah akumulasi anomali. Ketika masih berbentuk anomali, fenomena itu luput dari perhatian manusia dan dibiarkan begitu saja. Ketika akumulasi anomali makin besar dan menembus batas garis toleransi, manusia baru tersadar bahwa eksistensinya terancam oleh krisis. Biasanya tingkat presisi skala observasi manusia tidak peka menangkap sinyal keberadaan anomali. Ketika anomali sudah terlanjur besar dan timbul krisis, semuanya sudah terlambat. Krisis yang terjadi dapat berwujud, hama penyakit tanaman, wabah penyakit pada hewan dan manusia, peperangan, dan sebagainya.

Perilaku Manusia dan Relasinya Dengan Komponen Alam

Manusia termasuk pendatang relatif baru di bumi, sekitar 4 juta tahun lalu. Sebelum kehadiran manusia, sudah ada ribuan spesies datang, menghuni bumi, lalu punah dan digantikan oleh spesies lain. Manusia juga bukan pendatang terakhir di bumi. Setelah manusia punah kelak, akan digantikan oleh spesies lain. Begitulah bumi dihuni oleh berbagai spesies silih berganti. Walaupun demikian, manusia merasa menjadi mahluk paling  penting, tidak menerima cara pandang itu. Manusia menjadikan diri dan normanya sebagai sebagai tolok ukur untuk menilai segala sesuatu. Manusia menjadikan keberadaan dirinya sebagai tolok ukur untuk menentukan batas  keberadaan alam.  Selama manusia masih ada, alam tidak akan hancur. Ketika manusia sudah tidak ada, maka alam akan mengalami kiamat. Sejak manusia mulai mengembangkan peradaban pada 12.000 tahun lalu, manusia memaksakan norma norma manusia  sebagai acuan.   

Semua mahluk di alam harus mengabdi kepada kepentingan manusia. Manusia memilih meninggalkan alam liar,  tinggal menetap di lingkungan binaan yang disebut desa dan kota. Manusia mulai mengubah bentang alam, dari ekosistem alam menjadi ekosistem buatan. Hutan berubah menjadi ladang gandum, padi, kentang dan jagung, kota, desa. Beberapa jenis hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, kuda, anjing dan kucing  didomestifikasi jadi hewan piaraan, bahkan tinggal bersama manusia. Domestifikasi tumbuhan dan hewan telah mengubah gen mahluk mahluk tersebut. Tinggal menetap di suatu tempat dengan kepadatan tinggi, domestifikasi tanaman dan hewan secara masiv dengan kerapatan dan kepadatan tinggi adalah anomali anomali pertama yang dilakukan manusia. Perubahan iklim menyebabkan gagal panen dan timbulnya wabah penyakit adalah anomali berikutnya. Menipisnya stok pangan mendorong manusia menjarah tempat / kota lain dan  selanjutnya timbul peperangan dengan kelompok lain. Korban tewas dalam peperangan dibiarkan terlantar di permukaan tanah dan menimbulkan gelombang penyakit menular. Itulah anomali berikutnya. 

Dengan kemampuan imajinasi tanpa batas, berpikir abstrak, logis, mengembangkan bahasa lisan berikut sistem tulisan dan kemampuan mengembangkan kerjasama tanpa batas, telah menjadikan manusia sebagai mahluk superior di alam, jauh meninggalkan mahluk lain. 

Pada abad XVIII, tiba gelombang anomali yang jauh lebih dahsyat, berupa dampak negatif dari revolusi industri. Berjuta metrik ton karbon, SOX, NOX dilepas ke angkasa, menimbulkan hujan asam yang merusak lahan pertanian dan peternakan. Berjuta kubik limbah cair yang mengandung bahan beracun berbahaya seperti merkuri  dibuang ke sungai, danau dan akhirnya masuk ke laut, mencemari air tanah, air permukaan dan biota air. Berjuta metrik ton limbah / sampah padat dibuang ke landfil dan tempat pembuangan  akhir sampah, mencemari air, tanah dan udara. Semua anomali itu telah berakumulasi sehingga menimbulkan berbagai krisis di dalam peradaban manusia. Krisis krisis itu antara lain, krisis kependudukan, krisis ekonomi dan energi, krisis lingkungan hidup. Ketiga krisis itu saling mengunci dan nyaris menciptakan kebuntuan di dalam peradaban manusia. 

Daya tahan sistem peradaban modern sudah terlampaui untuk menahan berbagai anomali dan krisis. Hal itu semua masih belum cukup, manusia menumpahkan lagi jenis sampah berbahaya ke alam yaitu sampah radio aktif. Semua itu dilakukan atas nama kemajuan, kemakmuran  dan demi memuaskan nafsu konsumsi tanpa batas. Untuk terus dapat menggenjot produksi, penggunaan berbagai bahan kimia untuk pupuk anorganik, insektisida, herbisida dan pestisida secara masiv,  rekayasa genetika dilakukan tanpa batas terhadap varietas tanaman dan hewan. Itu semua masih belum cukup menyadarkan manusia untuk berhenti menciptakan anomali. 

Manusia masih belum menyadari betapa rapuhnya daya tahan sistem. yang menopang peradaban manusia sekarang. Semua anomali di atas belum menyerang tubuh manusia secara langsung. Sekarang manusia melakukan berbagai anomali yang ditujukan  langsung menusuk jantung pertahanan sistem kekebalan tubuhnya.

Manusia memasukkan berbagai  bahan aditiv untuk makanan dan minuman dari berbagai jenis seperti bahan pewarna, pengawet, penyedap dan perisa. Berbagai bahan kosmetik yang mengandung bahan beracun berbahaya tidak ketinggalan dipaparkan ke tubuh manusia. Semua itu adalah anomali yang langsung ditujukan ke dalam diri manusia. Akibatnya sistem kekebalan tubuh melemah dan mudah diterobos oleh berbagai mahluk mikro organisme. Dalam situasi keseimbangan alam yang sudah rapuh ditambah melemahnya sistem kekebalan tubuh, datang serbuan berbagai jenis virus berbahaya seperti, virus Ebola, MERS, SARS dan sekarang yang sedang mewabah SARS - Co - V2 ( Corona ) yang menimbulkan penyakit  COVID - 19. 

Cara yang ditempuh sekarang tidak efektif mengatasi virus corona. Social distance, isolasi, lockdown baik terbatas maupun total, penyemprotan bahan disinfektan hanya sekadar memperlambat penyebarannya. Jika tidak ada upaya sama sekali, tidak terbayangkan berapa banyak yang jatuh jadi korban. Korban yang banyak dalam waktu singkat akan menghancurkan sistem pelayanan medis suatu negara. Dengan cara di atas jumlah korban yang terserang virus akan diecer perlahan lahan sambil menunggu korban yang sakit dan sedang dirawat sembuh dan tempatnya akan diisi oleh pasien baru. Cara paling efektif untuk melawan virus adalah memperkuat sistem kekebalan tubuh tiap orang. Masalahnya banyak orang tidak tahu bahwa memperkuat sistem kekebalan tubuh bukan upaya yang dapat dilakukan dalam waktu 1 atau 2 hari. Upaya itu harus dilakukan terus menerus jauh hari sebelum wabah virus menyerang. Langkah taktis dan teknis seperti yang dilakukan sekarang mungkin nantinya dapat mengatasi corona, tetapi jika datang serangan virus baru di masa depan, situasi ini akan terulang lagi. 

Langkah taktis harus diubah jadi langkah strategis dengan cara memperbaiki keseimbangan di alam semesta dan memperkuat sistem kekebalan tubuh tiap orang. Kendala yang dihadapi oleh Pemerintah dan Tim Medis adalah dalam upaya menghempang penyebaran virus corona dipersulit oleh sikap warga yang tidak berdisiplin. Keadaan diperburuk lagi oleh ulah segelintir oknum yang menimbun stok peralatan masker dan alat serta bahan pelindung diri lainnya. Kesulitan mobilitas, kerugian materi dan risiko tertular pada sebagian besar warga, justru diubah menjadi peluang mengeruk keuntungan besar bagi segelintir oknum.

Kendala Upaya Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh

Untuk mengatasi masalah penyebaran virus corona atau virus berbahaya lainnya tidak cukup hanya dengan memutus mata rantai penyebaran virus. Upaya tersebut harus dilakukan secara simultan dengan upaya memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menata ulang keseimbangan alam semesta. Upaya memperkuat sistem kekebalan tubuh tidak semudah mengucapkannya. Dituntut banyak pengorbanan dari manusia untuk mau mengubah banyak kebiasaan hidup dan meninggalkan ketergantungan mengkonsumsi barang barang modern. Mengubah kebiasaan tidak mudah, diperlukan kemauan dan motivasi kuat. Salah satu kebiasaan hidup yang perlu diubah adalah mengurangi banyak konsumsi makanan fast food yang berkadar garam tinggi, lemak, karbohidrat dan kalori  tinggi dengan makanan berserat dan berprotein tinggi. 

Sebagai ilustrasi, manusia juga sulit sekali melepaskan diri dari ketergantungan pada sebuah produk budaya modern. Produk yang dimaksud adalah pengharum ruangan. Setiap inchi ruangan dimanapun manusia berada, di rumah, kamar tidur, toilet / kamar mandi, di ruang kerja, bahkan di mobil sekalipun dan setiap detik dari durasi hidupnya, manusia modern sangat tergantung pada bahan pengharum ruangan. Agaknya manusia ingin menghadirkan sensasi serasa berada di taman bunga di segala ruang dan waktu. Ironisnya manusia justru malas melangkahkan kakinya menyusuri taman bunga. Upaya menata ulang keseimbangan alam semesta menuntut pengorbanan manusia untuk menurunkan tingkat konsumsi barang barang yang bersifat hedonis. Jika semua penduduk bumi yang berjumlah 7 milyar ingin menikmati hidup dengan standard mutu hidup di Amerika Serikat dan Eropa, maka planet bumi langsung kolaps. Untuk itu diperlukan kesadaran dari sebagian besar penduduk bumi untuk menurunkan tingkat konsumsi. Jika tingkat konsumsi dan standar mutu hidup tidak mau dikurangi, maka hanya ada satu pilihan yaitu menurunkan jumlah populasi manusia hingga 70%, sehingga tinggal 30% saja dari jumlah sekarang. Pilihan ini tidak mungkin berhasil dilakukan dalam waktu tiga atau empat generasi sekalipun. 

Epilog

Manusia tidak boleh egois dan merasa satu satunya mahluk yang paling penting di alam, khususnya di bumi. Manusia merasa boleh mengusik habitat hidup mahluk lain, tetapi hidupnya tidak boleh diusik seujung rambutpun oleh mahluk lain. Kawanan gajah atau seekor harimau yang masuk dan mengobrak abrik perkampungan manusia langsung dihalau atau kalau perlu dibunuh. Sementara manusia boleh sesuka hati mengacak acak habitat hewan liar tanpa ada perasaan bersalah. Begitulah norma relasi yang dikembangkan manusia dengan spesies lain. Semua spesies harus mengabdi pada kepentingan manusia. Manusia seolah olah lupa bahwa hubungan yang sehat di dalam keseimbangan alam adalah mutuali simbiosis. Serangan virus corona direspon dengan cara seperti menghadapi musuh bebuyutan. Manusia lupa bahwa dirinya adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas timbulnya berbagai kesalahan, anomali, dan krisis yang terjadi di alam. Diharapkan wabah corona dapat menimbulkan kesadaran baru pada sebagian besar manusia untuk melakukan introspeksi dan retrospeksi dalam relasi nya dengan alam.


Comments

Popular Posts