BERDIRINYA MUSEUM PERKEBUNAN INDONESIA I DAN II MENYELAMATKAN CAGAR BUDAYA
Prolog
Tanggal 4 Desember 2018, saya
menerima undangan dari Ibu Sri Hartini, Direktur Museum Perkebunan Indonesia di Medan,
Senior saya ketika belajar di UGM , Yogyakarta, untuk menghadiri peresmian
Museum Perkebunan Indonesia II. Gedung yang dijadikan Museum Perkebunan Indonesia adalah gedung
yang termasuk kategori bangunan cagar budaya. Gedung itu sudah berusia
100 tahun, di bangun pada tahun 1918 - 1919, terletak di pusat kota Medan, di
persimpangan jalan Pemuda dan jalan Palang Merah. Gedung itu pernah selama
puluhan tahun menjadi icon / landmark kota Medan. Gedung itu dirancang oleh arsitek G H Mulder, dan dimiliki oleh AVROS ( Algemeene Vereeninging van
Rubberplanters ter Oostkust van Sumatera ), Asosiasi Pemilik Perkebunan
Karet di Pantai Timur Sumatera. Museum Perkebunan I terletak di jalan Brigjend
Katamso, juga merupakan gedung cagar budaya. Gedung itu di bangun pada tahun
1926 untuk dijadikan rumah kediaman Administrator v Ris, pimpinan pertama AVROS. Saya duduk, membaca surat undangan
sambil merenung dan pikiran menerawang ke sosok orang tua berusia 92 tahun,
tapi berpikiran progresif, visioner, didukung oleh spirit yang tidak pernah
berkurang dan kesehatan fisik yang bagus untuk ukuran usianya. Saya yakin sosok
tersebut pasti pemeran utama di balik pendirian Museum Perkebunan Indonesia II. Tanpa
gambar gembor, jauh dari publikasi, sang tokoh bekerja keras mewujudkan gagasan
cemerlang dan salah satu manfaat dari upayanya adalah menyelamatkan 2 bangunan
cagar budaya di kota Medan. Tulisan ini berusaha memaparkan apa arti dan makna
penting bangunan cagar budaya, manfaat dan perannya dalam peradaban
manusia dan peran seorang tokoh perkebunan Indonesia yang namanya sudah melegenda Soedjai Kartasasmita.
Profil Sang Legenda Perkebunan Indonesia
Uraian tentang Soedjai Kartasasmita pada
bagian ini ditulis hanya secara umum, tidak detail, dengan alasan, biografi
beliau yang lebih lengkap dapat dibaca pada buku berjudul Jejak Planter Indonesia Mencapai Arena
Global. Di samping itu Soedjai sendiri tidak suka dirinya dipuja puji.
Beliau lebih menekankan peran team work, dari pada menonjolkan peran
pribadinya. Walaupun begitu kerasnya Soedjai ' membonsai ' perannya sendiri,
tetapi alam berlaku adil kepada siapa saja. Penulis atau siapapun yang
mengenal beliau, tidak mampu menutupi kualitas intan yang melekat pada
diri Soedjai. Soedjai Kartasasmita dilahirkan pada tanggal 26 Nopember
1926, di Cipari, kota kecil di Kabupaten Cilacap. Selepas sekolah HIS ( Hollandsche Indische School ) di
Cianjur, Soedjai melanjutkan pendidikan di sekolah kejuruan bidang pertanian di
jaman Jepang Nogyo Senmon Gakko, di
Bogor tahun 1943. Sekolah ini kemudian dipindahkan ke Malang, karena alasan
keamanan. Setelah kemerdekaan sekolah ini berganti nama menjadi SPMT ( Sekolah
Pertanian Menengah Tinggi ), dan Soedjai lulus pada tahun 1947. Pada tahun itu
juga Soedjai masuk dinas tentara dengan pangkat Pembantu Letnan di
Batalion Rajawali, di Purwokerto, di bawah pimpinan Mayor Brotosewoyo. Batalion itu berada di bawah kendali Divisi
Diponegoro, di bawah pimpinan Kolonel
Gatot Subroto. Pengalamannya yang paling berkesan selama masa perjuangan
mempertahankan kemerdekaan adalah ketika menjadi utusan kolonel Gatot Subroto
untuk bertemu dengan Panglima Besar
Soedirman di Yogyakarta.
Setelah pengakuan
kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda, Soedjai meninggalkan dinas militer
dan mulai menekuni karir di bidang perkebunan. Guru, Seniornya yang dijadikan
panutan adalah seorang Administrator Kebun bernama Soewarno yang kelak menjadi mertuanya. Karir Soedjai dimulai dari
bawah dengan menjadi Asisten Kebun, dengan cepat menanjak menjadi
Administrator, lalu Direksi ( Direktur Utama ) dan puncak karir beliau adalah Komisaris Utama di Perusahaan Perkebunan PT. BSP ( Bakrie Sumatera Plantation ). Ajaran yang diterimanya dari Soewarno
tetap dipegang teguh hingga sekarang adalah :
Kepada bawahan memberikan arahan, tauladan dan kasih sayang. Kepada kolega,
bertukar pikiran dan membentuk jaringan. Kepada lawan, menunjukkan keunggulan
tanpa meninggalkan semangat persahabatan. Kepada atasan, berdedikasi dan
menunjukkan prestasi. Soedjai adalah manusia langka, multi talenta, multi dimensional.
Selain sebagai Beghawan
Perkebunan, Pejuang Kemerdekaan, beliau juga seorang Diplomat ulung, Negosiator
dan Juru Runding yang handal. Soedjai banyak terlibat dalam peristiwa penting
khususnya yang berkaitan dengan perkebunan. Upaya memasukkan bibit coklat
lindak ke Indonesia dari Malaysia, mirip dengan operasi spionase ala
James Bond, sehingga beliau digelari Bapak
Coklat Lindak. Berbagai negosiasi penting dengan banyak lembaga keuangan
untuk pengembangan perkebunan selalu melibatkannya. Soedjai tidak pernah
berhenti belajar. Berbagai lembaga pendidikan, pusat riset terkemuka
diberbagai penjuru dunia pernah dikunjunginya. Begitu juga berbagai seminar,
konferensi di mancanegara kerap diikutinya. Semua ilmu yang didapatnya, segera
diturunkan kepada para generasi penerus. Di usia ke 92 tahun, Soedjai masih
tetap secara rutin memberikan kuliah di kampus Lembaga Pendidikan Perkebunan di
Yogyakarta. Satu pengalaman penulis yang tidak terlupakan terjadi pada tanggal
15 Maret 2017. Di tengah padatnya jadwal kegiatan, beliau masih bersedia
menerima permintaan penulis, untuk memberikan kuliah umum tentang perkembangan
dunia perkebunan dewasa ini, kepada 40 orang mahasiswa Antropologi FISIP
USU. Kuliah itu diikuti oleh mahasiswa angkatan 2014, dilangsungkan di
Museum Perkebunan Indonesia I Medan. Berbagai pusat penelitian komoditi perkebunan
dibangun dan dibinanya, karena beliau sangat paham akan arti dan peranan penelitian
dalam pengembangan perkebunan. Minat Soedjai tidak terbatas pada satu atau dua
komoditi hasil perkebunan saja. Berbagai komoditi yang sekarang jadi andalan
Indonesia, pernah disentuh oleh tangan dinginnya.
Lingkup pergaulan
Soedjai sangat luas. Secara horizontal, meliputi hampir segala profesi, bangsa.
Secara vertikal, Soedjai dapat membangun persahabatan dengan siapa saja, lintas
generasi, lintas strata sosial mulai buruh kebun hingga kepala negara. Beliau
benar benar Warga Dunia. Siapapun
yang mengenal beliau dapat merasakan kehangatan dan ketulusannya. Satu lagi
hobi Soedjai yang membuat hidupnya bagaikan mozaik yang beraneka warna. Soedjai
adalah seorang fotografer yang level kompetensinya berkualifikasi profesional.
Berbagai karya hasil jepretan lensa dari Mr.
Leica - julukan yang diberikan oleh para sejawat sesama fotografer,
karena Soedjai juga kolektor kamera merek terkenal itu - menunjukkan kalau
Soedjai adalah seorang humanis tulen.
Berkutnya, predikat Filantropis Besar,
layak disandangnya. Dengan upaya kerasnya dan didukung oleh pihak pihak yang
respek dengan beliau, Soedjai berhasil membangun Museum Perkebunan Indonesia I dan II, di Medan.
Dukungan mengalir dari
dalam negeri khususnya dari berbagai pegiat dan pecinta perkebunan dan juga
dari luar negeri , khususnya Belanda. Hebatnya lagi, upaya Soedjai mendirikan
museum perkebunan sekaligus juga menyelamatkan
dua cagar budaya di kota Medan. Jumlah bangunan cagar budaya di kota
Medan semakin hari semakin berkurang. Siapapun yang terlibat dalam upaya
pelestarian bangunan dan benda cagar budaya, pasti merasakan bagaimana sulitnya
upaya melestarikan bangunan cagar budaya. Museum Perkebunan Indonesia adalah salah satu
karya agung Soedjai di bidang ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.
Dengan menjadikan
bangunan yang berkaitan langsung dengan perkebunan sebagai museum, keamanan
bangunan itu jadi terjamin. Museum adalah milik masyarakat. Siapapun yang
hendak merusak museum, akan berhadapan dengan seluruh masyarakat beradab.
Komunitas pecinta budaya dan sejarah berhutang banyak pada sosok Soedjai.
Dengan ilmu, pengalaman, jaringan, pergaulan dan sumbangannya terhadap dunia
perkebunan, sudah selayaknya Soedjai menyandang gelar yang bersifat paripurna
yaitu LEGENDA PERKEBUNAN INDONESIA.
foto profil
Sumber: (Jejak Planter Indonesia Mencapai Arena Global, Soedjai
Kartasasmita)
Keakraban bersama generasi milenial
sumber: (Dokumentasi Pribadi)
sumber: (Dokumentasi Pribadi)
Memberi kuliah umum pada mahasiswa
sumber: (Dokumentasi Pribadi)
sumber: (Dokumentasi Pribadi)
Pengertian Cagar Budaya
Menurut Undang Undang Republik Indonesia
No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, Cagar Budaya adalah : warisan warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan / atau
di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan / atau kebudayaan melaui
proses penetapan. Benda, Bangunan atau struktur dapat diusulkan sebagai benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya apabila memiliki
kriteria :
1. berusia 50 tahun atau lebih ;
2. mewakili masa gaya paling singkat
berusia 50 tahun ;
3. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan / atau kebudayaan, dan
4. memiliki nilai budaya bagi penguatan
kepribadian bangsa.
Suatu cagar budaya memiliki arti dan nilaipenting ditinjau dari segi
ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan. Berdasarkan kriteria di atas,
bangunan Museum Perkebunan jelas termasuk
dalam kategori cagar budaya yang wajib dilestarikan. Upaya melestarikan
suatu cagar budaya, bukan berarti hanya sekadar mempertahankan bentuk dan
fungsinya yang asli, tetapi juga memberikan arti dan makna baru bagi cagar
budaya tersebut. Tujuan pelestarian cagar budaya adalah meneruskan warisan budaya kepada generasi
mendatang, karena warisan budaya bukan hanya untuk generasi sekarang.
Ada tiga jenis nilai penting yang harus
harus diperhatikan dalam upaya pelestarian suatu cagar budaya, yaitu :
1. Nilai kegunaan sekarang
( use value ), suatu cagar budaya penting dilestarikan jika ada memberikan manfaat, baik
langsung ataupun tidak langsung.
2. Nilai pilihan ( optional value ), suatu cagar budaya tetap harus dilestarikan,
walaupun sekarang belum diketahui manfaatnya, tetapi di masa depan, generasi
mendatang mungkin dapat memanfaatkannya.
3. Nilai keberadaan ( existensif value ), suatu cagar budaya tetap dilestarikan, tanpa
melihat
apakah ada atau tidak ada manfaatnya baik
untuk masa sekarang ataupun di masa depan. Upaya pelestarian dilakukan semata
mata karena ingin melihat warisan budaya masa lalu tetap eksis di tengah tengah
kehidupan masa kini dan masa depan.
Bangunan Cagar Budaya
yang dijadikan Museum Perkebunan Indonesia I adalah bekas rumah tinggal pejabat AVROS,
yang konteksnya tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan drngan
beberapa bangunan lain berupa rumah tinggal dan kantor, yang terletak di Jalan
Brigjend Katamso. Bangunan itu memiliki langgam gaya Indische, bertingkat. Gaya ini diadopsi dari bentuk rumah kebun
atau rumah pedesaan di Eropa, tetapi telah dimodifikasi, disesuaikan dengan
kondisi cuaca dan iklim tropis. Salah satu komponen yang merupakan hasil
modifikasi adalah hadirnya teras di depan atau di samping bangunan induk. Tipe
bangunan dengan style seperti ini banyak terdapat di kota kota besar di
Indonesia, seperti di kawasan Menteng di Jakarta atau Dago di Bandung. Gaya
Indische, populer pada kuartal pertama abad XX. Dari segi usia dan gaya yang
diwakilinya, gedung Museum Perkebunan Indonesia I, layak dilestarikan. Bangunan Museum
Perkebunan Indonesia II, dahulunya merupakan kantor AVROS, terletak di persimpangan jalan
Pemuda, jalan Palang Merah dan jalan Jend. Ahmad Yani. Bangunan ini memiliki
gaya arsitektur Art Nouveau, yang
populer pada awal abad XX. Gedung AVROS dibangun pada tahun 1918 dan pada tahun
ini genap berusia 100 tahun. Gaya arsitektur Art Nouveau ditandai dengan ciri
adanya kolom kolom yang membentuk garis garis vertikal. Adakalanya tiap
tingkat dibuat teras. Bangunan lain di Medan yang menggunakan style Art Nouveau
adalah kantor PT Lonsum, di pojok ujung jalan Jend.Ahmad Yani yang menghadap ke
arah Esplanade ( Lapangan Merdeka).
Berdasarkan usia dan gaya arsitektur yang diusungnya, Gedung Museum Perkebunan Indonesia II, sangat layak dijadikan bangunan cagar budaya. Menjadikan ke dua bangunan
tersebut menjadi Museum Perkebunan Indonesia I dan II, adalah suatu pilihan tindakan yang
cerdas
Museum Perkebunan Indonesia I
Sumber: (Google)
Museum Perkebunan Indonesia II
Sumber: (Google)
Hakekat Museum dan Arti Penting Museum Perkebunan
Kata ' Museum ' berasal dari kata Mouseion, bahasa Yunani yang artinya '
kuil ', rumah ibadah tempat menyembah 9 Dewi
Muze, dewa utama dalam Pantheon
Yunani Klasik. International Council of
Museum ( ICOM ), merumuskan definisi museum sebagai berikut. Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak
mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum
yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan tujuan
studi, pendidikan dari kesenangan, barang barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Benda benda yang
dipamerkan adalah artefak, ekofak - benda buatan manusia atau benda alam,
tetapi berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kehidupan manusia - yang
berusia lebih dari 50 tahun. Benda benda itu menyimpan rekaman jejak
interrelasi, interaksi dan interdependensi antara manusia dengan alam
lingkungannya. Benda benda tersebut merupakan hasil dialog / dialektika manusia
dengan alam di sepanjang perkembangan sejarah peradaban. Dengan teknik teknik
tertentu yang dapat dipelajari, setiap orang dapat mengembangkan dialog dengan
artefak sambil berkontemplasi dan berimajinasi membayangkan suasana ketika
artefak itu masih berfungsi di dalam konteks sistem masyarakat masa lalu.
Museum adalah tempat orang mendidik
dirinya sendiri secara mandiri.
Dengan penuh kesadaran,
orang berkunjung ke museum dengan maksud ingin meningkatkan level
pengetahuannya sambil berekreasi. Dalam satu kali kunjungan ke museum dengan
durasi waktu kunjungan selama 2 jam, tidak mungkin dapat menikmati seluruh
koleksi yang dipamerkan. Oleh karena itu pengunjung harus membatasi jumlah
ruang pamer yang dapat dikunjunginya. Kelak setelah beberapa waktu, pengunjung akan
datang lagi untuk melanjutkan sesi pelajarannya. Setiap pengunjung harus
memahami bahwa berkunjung ke suatu museum tidak cukup hanya 1 kali kunjungan.
Setelah kunjungan ke museum, maka terjadi peningkatan level pengetahuan
seseorang. Sebuah museum yang baik dapat memberikan pengetahuan tentang
alam semesta dalam satu tema besar - sebagai contoh, perkebunan - yang meliputi
aspek aspek bentuk, struktur, proses, dan
fungsi.
Koleksi artefak berikut etiket ( uraian narasi ) di Museum
Perkebunan Indonesia dapat memberikan gambaran jelas dan lengkap konsep Kebun : hamparan tanah luas sejauh horizon
pandangan mata yang ditanami dengan satu jenis tanaman komoditi, seperti kopi,
atau tembakau atau tebu dan sebagainya. Ternyata konsep Kebun
sekarang tidak berbeda dengan di masa lalu. Bentuk kontur lahannya sangat
tergantung pada ketinggian lahan dari permukaan laut dan hal itu mempengaruhi
jenis komoditi yang ditanam, karena setiap jenis tanaman menuntut persyaratan
jenis tanah, ketinggian, curah hujan dan temperatur yang berbeda beda. Usaha
Perkebunan pada dasarnya adalah usaha ekstraksi sumberdaya alam.
Pekerjaan mengelola kebun membutuhkan keseriusan, ketekunan, pengetahuan dan
organisasi yang memobilisasi, seluruh sumberdaya yang diperlukan. Bentuk
organisasi yang dipilih adalah yang memiliki badan hukum yang disahkan oleh
Notaris, tercantum di dalam lembaran negara. Hal itu diperlukan agar pemilik
modal dan pengelola merasa aman dalam bekerja, karena dilindungi oleh hukum dan
institusi negara. Bentuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan perkebunan juga
beragam, ada yang berupa bahan mentah, setengah jadi dan barang jadi. Setiap
bentuk produk memiliki nilai yang berbeda tergantung pada tingkat ekstraksi
produk yang dihasilkan. Barang jadi tentunya lebih mahal dari barang setengah
jadi. Setiap perusahaan kebun memiliki struktur organisasi. Struktur paling
bawah ditempati oleh Buruh Kebun, di atasnya Mandor, berasal dari kata Commandeur. Di atas mandor, ada
Asisten, lalu Asisten Kepala. Begitu juga di pabrik pengolahan , ada struktur
yang mirip. Semua struktur jabatan tersebut digolongkan kepada jabatan jabatan
yang bersifat teknis. Pimpinan tertinggi di suatu kebun adalah Administrator.
Ini jabatan karir yang bersifat manajemen dan memiliki kewenangan dalam
pengambilan keputusan yang bersifat teknis dan taktis. Untuk pengambilan
keputusan yang bersifat strategis, harus oleh pejabat di puncak struktur yaitu
Direksi.
Setiap kebun juga
memiliki struktur keruangan yang tertata rapi dalam menempatkan tata letak
kantor, perumahan, pabrik dan sebagainya. Setiap kebun membutuhkan waktu
agar proses proses yang berlansung dapat berdaya guna dan berhasil guna. Tidak
ada produk yang dihasilkan secara instan. Kajian pada tahap proses menjadi
penting, mengingat sekarang banyak perusahaan kebun melakukan praktek
yanv tidak dapat diterima masyarakat beradab. Berdasarkan pengetahuan
dari museum, ternyata perusahaan kebun di masa lalu memahami benar arti
konsep proses, tidak mau melakukan praktek yang bersifat instan. Dalam membuka
hutan, perusahaan melakukannya dengan cara menebang dan membersihkan tegakkan
pohon dengan peralatan konvensional. Sekarang banyak perusahaan kebun membuka
hutan dengan cara membakar hutan, dengan alasan ingin menghemat biaya
operasional. Akibat perilaku tersebut, negara tetangga memprotes keras,
karena merugikan perekonomiannya. Banyak aktivitas penerbangan terhenti atau
tertunda, karena langit ditutupi kabut asap tebal. Akibat perilaku membakar
hutan, pihak internasional mengenakan hambatan hambatan yang sifatnya non
tarif, seperti memberlakukan sertifikasi RSPO ( Roundtable Sustainable
Palm Oil ) HVC ( High Value
Conservation ).
Hukum alam memberi
pemahaman, semakin banyak kita melakukan pelanggaran terhadap aturan hukum atau
aturan normatif, akan semakin banyak peraturan yang diciptakan untuk
membelenggu kita. Konsentrasi pada aspek proses, dalam produksi tembakau Deli
yang termasyhur itu telah menjamin mutunya. Produk perusahaan perkebunan berupa
komoditi berfungsi untuk memperkaya peradaban manusia. Semua komoditi yang
dihasilkan tergolong barang barang penikmat, bukan produk tanaman pangan.
Barang penikmat seperti kopi, gula, teh, tembakau, coklat, vanili, minyak
atsiri sangat dibutuhkan oleh bangsa bangsa berperadaban tinggi. Oleh karena itu
itu harganya sangat mahal. Hasil penjualan komoditi itu telah memakmurkan
bangsa Belanda dan para pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung
dalam usaha perkebunan. Perkebunan telah merubah wilayah Pantai Timur Sumatera
menjadi kawasan Agro Gulden, dengan
kota Medan sebagai Centrum. Kota
Medan dari sebuah perkampungan kumuh disulap jadi kota yang indah, teratur,
sehingga mendapat julukan Parisj van
Sumatera. Perkebunan telah berpengaruh besar terhadap pembentukan kota
Medan dengan peradaban kosmopolitan. Museum Perkebunan Indonesia telah berfungsi sebagai
jendela untuk melihat masa lalu dan juga sekaligus sebagai jendela untuk
melihat berbagai alternatif kemungkinan bentuk peradaban di masa depan.
Kemunculan dan bentuk peradaban di masa depan, diprediksi secara probabilitas.
Sekarang peranan
perkebunan di Sumatera Utara tidak sebesar pada masa lalu. Bagaimana dengan
masa depan?, apakah sektor perkebunan akan bangkit kembali dan berperan
penting?. Tidak ada yang dapat memastikan hal itu. Ilmu pengetahuan saat ini
secara samar samar sudah memberi sinyal lemah tentang bentuk peradaban di masa
depan. Agaknya peradaban masa depan tidak bertumpu pada perkebunan. Dengan
teknologi serba nano, yang bertumpu
pada ilmu fisika partikel, fisika dan mekanika kuantum, sekarang sudah dapat
diproduksi daging tanpa adanya usaha peternakan. Kelak komoditi perkebunan juga
dapat dihasilkan tanpa adanya perkebunan.
Produk daging sapi asli yang dihasilkan
tanpa adanya peternakan sapi
Sumber: (Google)
Pelajaran Dari Museum Perkebunan
Dialog imajiner dengan artefak di Museum
Perkebunan Indonesia memberikan beberapa pelajaran penting, yaitu :
1. Hasil ekstraksi sumberdaya alam oleh
Perusahaan Perkebunan telah sangat memperkuat struktur keuangan Pemerintah
Hindia Belanda. Pasukan KNIL (
Koninklijke Netherlandsch Indiesch Leger ), tumbuh begitu perkasa melindas
setiap daerah yang melakukan perlawanan. Perekrutan, latihan, perlengkapan
pasukan didanai dengan anggara besar. Sebagai perbandingan, untuk membentuk
satu batalion pasukan reguler terlatih, Kesultanan Aceh tidak mampu. Membeli
satu kapal uap saja, Aceh sudah menguras seluruh kekayaan perbendaharaan
negara. Sementara itu pada waktu yang sama, KNIL mampu melakukan ekspedisi dan
ofensif di beberapa daerah lain secara simultan seperti Tanah Batak, Bali dan
Lombok. Selain itu Pemerintah Hindia melakukan berbagai pembangunan kota kota
lain, membangun jaringan infrastruktur, irigasi teknis, jalan raya, pelabuhan,
sekolah, kantor, pasar, rumah sakit, gedung pengadilan perumahan, pangkalan
militer, penjara dan lain sebagainya di seluruh wilayah Hindia Belanda. Semua
itu baru sebagian kecil dari anggaran pembangunan yang diperuntukan bagi
Negeri Belanda. Birokrasi Hindia Belanda yang terkenal efisien juga
dibiayai dari hasil perkebunan. Dapat dibayangkan berapa nilai omset dari
bisnis perkebunan di Indonesia.
2. Kemunduran perkebunan di Indonesia,
pertama sekali disebabkan karena kelemahan pada aspek proses. Kelemahan ini
diperburuk lagi oleh lemahnya maintenance
pada manajemen perkebunan pada Pasca Kemerdekaan. Terutama pada masa Rejim
Sukarno, ketika tenaga ahli teknis perkebunan dan tenaga Administrator yang
cakap pulang ke Belanda dan tenaga bangsa Indonesia belum siap menggantikannya.
Dari Museum Perkebunan Indonesia I Ke Istana Versailles, Paris : Suatu Kunjungan Secara
Virtual
Pada suatu siang hari yang cerah di bulan
Nopember 2018, penulis berkunjung ke Museum Perkebunan Indonesia I. Maksud kunjungan itu
ingin berkontemplasi, berimajinasi sambil mengembangkan dialog dengan artefak
dan ekofak yang dipamerkan di situ. Penulis berkonsentrasi di ruang pamer yang
menampilkan setumpuk daun tembakau deli yang terkenal. Dengan tangan gemetar
menyentuh daun tembakau dimulailah perjalanan virtual dari hamparan kebun
tembakau di salah satu kebun Deli
Maatschappij. Di suatu pagi sekelompok wanita buruh kebun memetik daun
tembakau dengan ekstra hati hati, lembar demi lembar. Kemudian daun daun
itu dibawa ke bangsal besar untuk dijemur hingga kering. Setelah kering
disusun rapi lembar demi lembar dengan hati hati. Setelah itu dimulai pekerjaan
pengepakan menjadi bentuk kemasan berbentuk kubus yang disebut bal. Tiap bal tembakau diangkut ke
pelabuhan, seterusnya di bawa ke Eropa dengan kapal. Sesampainya di Eropa,
tembakau itu kemudian masuk ke pabrik pabrik pembuat cerutu. Cerutu adalah
barang mewah. Hanya golongan bangsawan, bankir, industrialis, tuan tanah yang
sanggup mengkonsumsinya secara rutin. Cerutu jadi simbol status. Cerutu yang
paling mahal menggunakan tembakau deli sebagai pembungkusnya. Aroma cerutu
tembakau deli terasa jelas di ruangan ruangan makan, ruangan pesta dansa di
istana dan kastil, gedung opera dan konser, lobby hotel dan club club
golongan jet set di Eropa. Cerutu berbahan tembakau deli jadi menu wajib di
istana istana Wangsa wangsa Hapsburg,
Hohenzollern, Romanov. Di beberapa ruangan , terutama ruang kaca istana
Versailles yang bergaya Baroque ,di
bulan Juni tahun 1918, terdengar perdebatan sengit, adu argumentasi yang seru
di antara para diplomat dari negara negara pemenang dalam Perang Dunia I.
Pihak Jerman sebagai
Negara yang kalah perang, tidak diikut sertakan dalam perundingan. Di tengah
tengah suara perdebatan yang diselingi pertengkaran mulut, tercium aroma cerutu
yang keras. Setelah acara makan siang ataupun malam, asap cerutu mengepul dari
mulut para diplomat dan negosiator. Di tengah tengah adegan itu, penulis
merasakan kehadiran para wanita buruh kebun tembakau deli di ruang ruang
di istana Versailles. Kehadiran buruh wanita kebun tembakau yang
menyaksikan penanda tanganan naskah perjanjian Versailles, yang mengakhiri Perang
Dunia I, tidak dapat disangkal oleh siapapun, karena mendapat dukungan kuat
dari ilmu pengetahuan yang paling mutakhir. Selama bersentuhan dengan lembaran
daun tembakau di perkebunan, mereka meninggalkan jejak biologis, berupa
kelenjar keringat, percikan darah, kelenjar minyak yang menempel di telapak
tangan, di samping sidik jarinya. Siapa yang dapat membantah bahwa materi biologis / genetik seseorang adalah
bukti fisik yang sahih yang merupakan representasi kehadiran / keberadaan
seseorang secara fisik. Para buruh kebun tersebut dapat dikatakan hadir
secara fisik pada momen bersejarah di istana Versailles, yang mengakhiri Perang
Dunia I.
Epilog
Kehadiran Museum Perkebunan Indonesia I dan II telah
memperkaya unsur peradaban kota Medan. Di usia yang masih ' balita ', tetapi
kehadirannya terasa dan bermakna. Pengunjung Museum Perkebunan Indonesia di
usia yang baru dua tahun, telah melampaui angka 75.000 orang. Itu suatu
prestasi hebat untuk sebuah museum dengan kekhususan. Ada satu keistimewaan
Museum Perkebunan Indonesia yang tidak didapat di museum lain, bahkan di Museum Nasional
sekalipun. Museum Perkebunan Indonesia memberikan sensasi unik, sehingga pengunjung
merasa akrab, dekat dan menyatu dengan museum. Apakah itu?. Silahkan pembaca
datang , saksikan dan rasakan sendiri berbagai paket yang ditawarkan. Menurut
penulis itu adalah bagian dari strategi mendekatkan museum dengan audiens, bukan mendekatkan audiens dengan
museum. Museum yang harus aktif mendekati audiens. Di masa depan mungkin perlu
dipikirkan membangun sebuah studio / bioskop mini di kompleks museum untuk
tempat memutar film film pendek atau film dokumenter yang berhubungan tema
perkebunan.
Akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Soedjai Kartasasmita, dan Abangda
Rhohan Faezi Mochtar, yang dengan kasih sayang penuh, terus mendampingi
ayahnya. Juga rasa terima kasih saya ungkapkan untuk Mbakyu tersayang Sri Hartini yang dengan dedikasi penuh telah
bekerja sangat keras mengembangkan Museum Perkebunan Indonesia. Museum Perkebunan Indonesia telah
didedikasikan kepada masyarakat Indonesia, khususnya kota Medan. Mari
kita jaga, pelihara dan besarkan museum tersebut. Viva
Museum Perkebunan Indonesia .
Pak, minta tulisan aslinya boleh?
ReplyDeleteAlhamdulilah masyarakat Indonesia punya tokoh Perkebunan Indonesia Bapak (Oom) Soedjai Kartasamita yg sudah menjadi Legenda, dan Team Work yg solid di bawah kendali Bang Rhohan Mochtar, bravo Museum Perkebunan II, sukses selalu.
ReplyDelete
ReplyDeleteSaya ingin mengetahui sejarah RM Iman Soetadji yang pernah bertugas di avros. Terima kasih sebelumnya.