STASIUN RADAR UJUNG BA U : MATA DAN TELINGA REPUBLIK DI UJUNG BARAT
Pengantar
Ujung Ba U adalah nama
tempat di puncak perbukitan di ujung utara pulau Weh, dekat dengan titik kilometer 0 ( nol ) Indonesia, berada
di Kelurahan Iboih, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang. Sebenarnya titik kilometer
0 di ujung Ba U bukan kilometer 0 Indonesia yang sesungguhnya, hanya simbolis
saja. Titik kilometer 0 sesungguhnya berada di pulau Rondo, sebagai pulau
terluar Indonesia bagian barat. Oleh karena pulau Rondo sulit dicapai, maka
dibuat titik kilometer nol di pulau Weh. Di puncak perbukitan Ujung Ba U
terdapat kompleks instalasi stasiun radar milik TNI Angkatan Udara. Di dalam
buku registrasi, stasiun radar tersebut diberi nama dan kode Satuan Radar 233 Sabang.
Sebenarnya di tapak
lokasi stasiun radar TNI A U, pada jaman pendudukan Jepang sudah berdiri
instalasi radar yang dibangun oleh Jepang. Survey yang dilakukan pihak Jepang,
merekomendasikan lokasi tersebut sebagai yang terbaik untuk dijadikan stasiun
radar. Setelah kemerdekaan kompleks stasiun radar Ujung Ba U ditinggalkan dan
terlantar, ditumbuhi pohon pohon besar. Pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto,
dipilih lokasi lain untuk penempatan stasiun radar yaitu di
Kelurahan Cot Ba U, dekat bandara dan pangkalan udara TNI A U Maimun Saleh.
Pada masa Panglima TNI dijabat oleh Jenderal TNI Benny Murdani, stasiun radar
di Sabang pindahkan kembali ke puncak Ujung Ba U, karena dinilai di sanalah
lokasi yang terbaik untuk penempatan instalasi radar. Pimpinan satuan radar
biasanya dijabat oleh perwira berlatar belakang elektronika berpangkat
Letnan Kolonel.
Deskripsi Singkat Kompleks Satuan Radar 233 Sabang.
Tidak jauh dari pantai
Iboih yang berjarak 25 Km dari Sabang, terdapat dermaga khusus Satuan Radar
233. Untuk mencapai kompleks stasiun radar yang berketinggian sekitar 500 meter
dari permukaan laut, harus melalui jalan aspal mulus, penuh tanjakan dan 11
tikungan tajam. Di kiri kanan jalan terhampar hutan lindung. Untuk melintasi
jalan tersebut harus ekstra hati hati terutama ketika hujan, karena jalanan
jadi sangat licin. Puncak tempat berdiri stasiun radar dinamakan puncak kasmaran. Setelah menempuh jarak
2,5 Km, sampailah di kompleks stasiun radar. Bangunan inti di kompleks itu
adalah markas Satuan Radar ( Satrad ).
Di gedung ini terdapat
ruang kendali operasi ( Control
Room ),atau AIRNETS ( Air Defense Net Centric Tactical System ). Ruangan
ini dipenuhi dengan peralatan elektronik canggih lengkap dengan monitor
dari berbagai ukuran dan para teknisi dan staf Satrad 233 Sabang. Tidak jauh
dari ruang kontrol terdapat instalasi radar jenis Thomson TRS 2215 D. Daya deteksi radar
ini mencapai radius 510 Km, dapat menjangkau Singapura. Jika memandang ke arah
luar pagar, terhampar pemandangan indah lautan bebas berwarna biru.
Foto Pintu Gerbang Komplek Satuan Radar
233 Sabang
(Sumber:
Google)
Spesifikasi Teknis Satuan Radar 233 Sabang
Radar adalah singkatan kata dalam
bahasa Inggris ( Radio Detection And
Ranging ) yang artinya dalam bahasa Indonesia deteksi dan penjarakan radio.
Radar adalah suatu gelombang elektromagnetik yang berguna untuk mendeteksi, mengukur
jarak dan membuat map ( peta ), benda benda bergerak seperti pesawat terbang
dan benda tidak bergerak seperti bangunan dan informasi. Ada berbagai tipe
radar yang dikembangkan. Radar yang ditempatkan di Sabang adalah tipe Thomson
TRS 2215 D. Radar yipe ini tergolong canggih, hanya selapis di bawah radar
tercanggih yang dimiliki TNI A U yaitu tipe Master- T, yang ditempatkan di Tanjung Pinang, Riau dan Timika ,
Papua. Spesifikasi teknis radar tipe Thomson TRS 2215 D :
- Jangkauan deteksi maksimum 510 Km.
- Ketinggian deteksi maksimum 30.500 meter.
- Data renewal rate 10 detik
- Elevation coverage 3 - > 30°.
- Antena TRS - 2215
- Dimensi 5m span x 5,5 m high
- Aperture 1.5 azimuth; 1.3 - 3.6° elevation
- Gain : 38.5 dB
- Beamwidths ( 3 dB ): 1.5° ( azimuth ); 1.3 - 3.6° ( elevation )
- Polarisation : circular, fixed
- Rotation speed : 6 rpm
Dari spesifikasi di atas, Radar Thomson
TRS 2215 D, memiliki kemampuan mumpuni, berteknologi tinggi, dapat mengukur
jarak dan ketinggian sasaran dan sudah menggunakan teknologi phase shifter. Radar ini mempunyai 1
antena reflektor. Keistimewaan lain radar ini adalah:
- Mampu mendeteksi sasaran pada jarak tertentu dengan tracking up sampai 32° sudut elevasi.
- Menggunakan phase electronic scanning.
- Mempunyai frekuensi acicery yang beroperasii secara secara random sesuai dengan keperluan yang diinginkan.
- Pengukuran ketinggian yang tepat dengan menggunakan teknik monopulse.
- Mempunyai kemampuan tinggi dalam pendeteksian terhadap pengaruh bumi, cuaca dan gerakan aktif.
- Memiliki range resolution yang tajam di dalam membedakan beberapa sasaran yang berdekatan.
- Pemancaran beam yang dapat diprogram sesuai dengan sektor yang dikehendaki.
Fungsi utama radar Thomson TRS 2215 D
adalah sebagai sistem pertahanan udara yang juga mobile dan Sistem
Pertahanan udara taktis. Radar ini dapat dipakai sebagai Gap Filler atau back up radar dslam jaringan radar 3 dimensi yang
tetap ( fixed ) fungsinya yang tergabung dalam station pertahanan udara.
Foto Instalasi Radar Thomson TRS 2215 D
(Sumber: Google)
Kedudukan Satuan Radar 233 Sabang di Dalam Konteks Organisasi TNI A U
Satuan Radar TNI A U, adalah kesatuan
yang berada di bawah Komando
Pertahanan Udara Nasional ( Kohanudnas ), yang dipimpin oleh seorang
Panglima berpangkat Marsekal Muda. Tugas dan fungsi utama satuan radar adalah
untuk mengawasi dan memantau segala pergerakan dalam wilayah udara
Indonesia. Kohanudnas terdiri dari 4 Komando
Sektor Pertahanan Udara ( Kosekhanudnas ) dan satu Pusdiklat. Kosekhanudnas dipimpin oleh seorang Panglima
berpangkat marsekal pertama. Adapun Kosekhanudnas tersebut adalah :
1. Kosekhanudnas I, ( Jakarta ).
2. Kosekhanudnas II, ( Makasar )
3. Kosekhanudnas III, ( Medan ).
4. Kosekhanudnas IV ( Biak ).
5 Pusdiklat Hanudnas ( Surabaya ).
Satuan Radar di bawah Kosekhanudnas III,
adalah :
1. Satuan Radar 231, Lhok Seumawe.
2. Satuan Radar 232, Dumai.
3 Satuan Radar 233, Sabang.
4. Satuan Radar 234, Sibolga.
Kedudukan Satuan Radar 233 Sabang di Dalam Alutsista TNI.
Satuan Radar 233
Sabang berperan sebagai mata dan telinga
dari sistem pertahanan perisai dan payung udara di ruang udara bagian barat
Indonesia. Satuan Radar 233 Sabang tidak
punya kekuatan pemukul. Kekuatan pemukul dalam Alutsista ( Alat Utama
Sistem Senjata ) TNI A U ada pada Kesatuan Detasemen
Rudal - 001 atau Detasemen Artileri Pertahanan Udara ( Denarhanud )
Rudal - 001. Detasemen Rudal 001 bermarkas di Jalan Kertas Kraft Aceh Km 16,
Pulo Rungkom, Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara. Detasemen Rudal - 001
adalah satuan bantuan tempur artileri. Detasemen ini milik TNI Angkatan Darat,
di bawah kendali Kodam Iskandar Muda. Kekuatan pemukul ke dua ada di Pangkalan
Udara Suwondo, Polonia, Medan. Di pangkalan udara ini ada senjata pamungkas
berupa Skuadron pesawat tempur
canggih F5 E Tiger dan F 16 Fighting Falcon. Jika ada pesawat asing yang
terpantau oleh satuan radar 233 Sabang yang mengarah ke ruang udara teritorial
Indonesia, tim analis segera melakukan analisis cepat tentang pesawat
tersebut, apakah jenis dan kecepatan serta ketinggiannya.
Hasil analisis akan
sangat menentukan tindakan yang akan diambil. Hasil analisis segera dikirim ke
pangkalan rudal di Lhok Seumawe dan pangkalan udara Suwondo. Dalam waktu 4
menit sejak hasil analisis diterima, pesawat tempur sudah tinggal landas dari
landasan pacu. Jika pesawat pengangkut atau penumpang yang masuk tanpa melalui
prosedur yang benar, pesawat itu dihalau ke luar teritorial Indonesia. Jika
pesawat yang datang itu adalah pesawat pengintai, akan dipaksa mendarat di
pangkalan. Jika yang masuk pesawat tempur, langsung diperingati untuk keluar dari
wilayah Indonesia, dan jika peringatan tetap diabaikan, maka segera ditembakkan
rudal dari udara ke udara untuk menjatuhkan pesawat itu. Sementara itu silo
rudal di pangkalan den rudal Lhok Seumawe terbuka dan mengarahkan rudal dari
permukaan ke udara diarahkan ke pesawat itu. Demikianlah prosedur dan cara
bekerjanya sistem pertahanan perisai / payung udara di ruang udara Indonesia
Barat.
Pelajaran Penting Dari Stasiun Satuan Radar 233 Sabang.
Penulis beruntung berkesempatan
berkunjung ke kompleks Satuan Radar 233 Sabang, karena dapat menyerap nilai
nilai penting dalam kehidupan dari sana. Nilai nilai itu didapat dari observasi
cermat, wawancara mendalam, dan merenung di keheningan Puncak Kasmaran, Ujung
Ba U. Dalam hal ini, penulis sangat berterima kasih kepada jajaran pimpinan
TNI, yang memberi kesempatan untuk mendidik diri sendiri di tempat luar biasa
ini. Adapun nilai nilai yang didapatkan dari tempat itu antara lain :
- Kesetiaan pada sumpah prajurit Sapta Marga dalam menjaga keutuhan dan kehormatan, kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seluruh personil bekerja dengan dedikasi dan disiplin tinggi 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun non stop. Layar monitor perangkat elektronik tidak luput dari tatapan mata walau sedetik pun walau dalam situasi dan kondisi apapun. Pergantian shift dinas berjalan mulus tanpa ada jeda waktu yang luput dari pantauan. Walaupun bekerja dengan tekanan dan tingkat kewaspadaan / kedisiplinan tinggi, tetapi mereka tidak kehilangan aspek humanis, humor dalam berinteraksi dengan sesama personil ataupun dengan tamu yang sedang berkunjung. Mereka menyambut dan menyapa dengan ramah dan hangat.
- Profesionalisme yang ditunjukkan oleh semua personil luar biasa. Mereka semua tahu apa dan bagaimana menjalankan tugasnya secara individu dan tim. Dapat dibayangkan bagaimana dedikasi mereka dalam bertugas. Disaat sebagian besar warga negara dapat menikmati tidur lelap, mereka bertugas di puncak perbukitan sepi di ujung perbatasan negeri, diterpa angin dingin Ujung Ba U. Mereka tidak pernah mengeluh apalagi sampai unjuk rasa dan demonstrasi menuntut kenaikan gaji / tunjangan dan berbagai fasilitas. Sementara gaji yang mereka terima sangat tidak sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawabnya. Mereka sudah cukup senang dengan segelas teh manis atau kopi dan jajanan pasar untuk snack selama bertugas. Mereka sering makan siang atau malam dengan menu nasi bungkus atau nasi kotak.
(Sumber:Google)
Dedikasi dan profesionalisme yang sama
ditunjukkan oleh para rekannya di kesatuan Den Rudal - 001 Lhok Seumawe dan
para pilot pesawat tempur di Pangkalan A U Suwondo, Medan. Dapat
dibayangkan, sepanjang hari para pilot itu dalam keadaan siaga, dengan
seragam dan perlengkapan sepanjang hari menunggu perintah tinggal landas untuk
tugas mencegat ( interception ) pesawat asing. Mereka hanya punya waktu kurang
dari lima menit sudah berada di ujung landasan pacu untuk tinggal landas. Mereka
mengorbankan segala kesenangan berkumpul bersama keluarga atau menghadiri
acara apapun, demi tugas negara. Sementara dengan status mentereng
sebagai penerbang pesawat tempur, mereka menerima gaji seperlima dari rekan
rekan nya yang berkarir sebagai pilot pesawat komersil. Walaupun demikian
mereka juga tidak pernah mengeluhkan hal itu. Mereka memilih jalur karir dengan
penuh kesadaran.
Foto jajaran pesawat tempur F5E Tiger sebagai kekuatan pemukul
(Sumber:Google)
Para punggawa militer itu walaupun hidup
dengan penuh kesederhanaan tetap punya keinginan yang sangat manusiawi. Mereka
bukan robot , tetapi manusia yang juga butuh sapaan dan sentuhan dari orang
yang dihormatinya. Mereka sangat senang dan tersanjung kalau didatangi oleh
atasan. Kunjungan seorang Pangkosekhanudnas,( Panglima Komando Sektor
Pertahanan Udara Nasional ) Marsekal Pertama sudah seperti karunia besar
dalam hidupnya, apalagi kunjungan seorang Kasau ( Kepala Staf Angkatan
Udara ) berpangkat Marsekal ), atau bahkan Panglima TNI. Setiap petinggi
yang datang berkunjung selalu memberikan amplop sebagai tanda perhatian dari
pimpinan yang jumlah nominalnya tidak besar. Banyak di antara mereka yang tidak
pernah membuka amplop itu walaupun dalam keadaan susah sekalipun. Mereka
menyimpan amplop itu seumur hidup sebagai benda kenangan. Begitulah
mereka sangat mencintai pimpinannya.
Dalam momen kesendirian di pojok
kompleks, penulis merenungkan semua pelajaran tentang nilai kehidupan yang tidak
diucapkan dengan kata kata indah oleh seorang guru di depan kelas, tetapi
ditunjukkan dengan sikap dan perilaku oleh para prajurit sederhana. Menurut
penulis apa yang diperlihatkan oleh personil militer itu adalah buah dari
pembinaan yang tekun dan terus menerus dari jajaran pimpinan TNI. Apa yang
ditunjukkan membuat kita bangga memiliki TNI.
Penutup
Sepertinya di kalangan
TNI sudah ada perubahan pada kebijakan komunikasi dengan pihak eksternal.
Komunikasi yang dikembangkan lebih terbuka dan fleksibel. Hal ini membawa
angin segar untuk kebaikan semua pihak. Sudah ada beberapa individu dan
kelompok yang datang berkunjung ke pangkalan militer dan diterima dengan baik.
Di masa lalu hal seperti itu sangat sulit dilakukan. Pangkalan militer berkesan
angker dan tidak ramah kepada pihak sipil. Komunikasi yang baik akan
menimbulkan rasa saling pengertian dan saling memahami. Kemudian berkembang
tumbuhnya rasa empati. Rasa empati mendorong tumbuhnya rasa simpati dan kasih
sayang serta rasa saling membutuhkan. Pada tahap inilah terwujudnya konsep
kemanunggalan TNI dengan rakyat, seperti yang dicita citakan oleh Jenderal TNI
M Yusuf. Beliau salah satu jenderal terbaik yang dimiliki TNI. Ketika hendak
meninggalkan kompleks Satuan Radar 233 Sabang, penulis menatap instalasi radar
dan para personil di sana sambil membayangkan para sosok figur Perintis TNI
A U yang sudah mendahului kita, Laksamana Muda Udara A Adi Sucipto,
Iswahyudi, Halim Perdana Kusuma, Laksamana Madya Suryadarma, Laksamana Madya
Omar Dhani, Komodor Udara Leo Wattimena dan lain lain. Apa yang disaksikan dan
dirasakan hari ini adalah kelanjutan dari apa yang telah digagas dan dilakukan
oleh para pendahulu tersebut. Akhirnya disampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada seluruh jajaran Satuan Radar 233 Sabang atas kesempatan berkunjung,
perkenalan yang sangat berkesan dan pelajaran yang berharga. Viva dan
Salute untuk TNI.
Comments
Post a Comment