KONSEP AIR MAYA DAN JEJAK AIR SERTA BERBAGAI IMPLIKASINYA
Latar Belakang Pemikiran
Air adalah adalah salah satu unsur
penting dan vital bagi kehidupan. Sejak
dekade terakhir abad ke XX, bumi dilanda
krisis air. Sebenarnya bumi memiliki air
yang masih cukup besar dan volumenya tidak pernah berkurang. Masalah kelangkaan air lebih disebabkan karena
:
1. Distribusi air secara keruangan tidak merata. Ada wilayah yang memiliki air melimpah dan ada
yang memiliki air terbatas, bahkan
kurang. Sebagian besar massa air
terdapat di samudera dan lautan, sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan, harus melalui treatment tertentu ( desalinisasi ) yang biayanya cukup
mahal. Sebagian besar massa air tawar di
bumi ( 95 - 96 % ) berwujud lapisan salju abadi yang tebal di benua Artik (
Kutub Utara ) dan Antartika ( Kutub Selatan ) dan di puncak puncak
gunung tinggi. Sisanya tersebar di 5
Benua terutama di danau danau raksasa dan sungai sungai besar di Asia, Afrika dan Amerika dalam bentuk air permukaan.
Selain itu juga berwujud air tanah
dangkal dan air tanah dalam ( ground
water ). Air tanah dalam terdapat di
bawah lapisan formasi batuan keras, bermutu tinggi, di sarankan tidak dimanfaatkan kecuali dalam
keadaan terpaksa, karena merupakan
cadangan untuk masa depan bagi generasi mendatang. Pada kenyataannya air tanah dalam sudah banyak
dieksploitasi dan hal itu memperburuk krisis air.
2. Dari aspek waktu, distribusi air juga tidak merata. Pada musim hujan, di suatu tempat ketersediaan air melimpah, bahkan menimbulkan bencana banjir. Sementara pada musim kemarau, ketersediaanya sangat kecil, sehingga menimbulkan bencana kekeringan di
banyak wilayah.
3. Distribusi air dari aspek kualitas, juga tidak merata. Ada daerah yang memiliki air berkualitas prima
dan banyak pula daerah yang memiliki air berkualitas buruk, karena tercemar oleh berbagai bahan pollutant
( pencemar ). Dengan kondisi keairan
demikian, diperlukan upaya pengelolan
yang baik. Dalam situasi demikian, maka dicetuskan konsep air maya ( virtual water ) dan jejak air ( water footprint ). Tulisan ini dimaksudkan untuk menjangkau
pembaca secara luas, oleh karena itu
diupayakan pemaparan secara verbal, menghindari berbagai model yang menggunakan
persamaan matematika yang rumit. Model
matematis terpaksa digunakan jika pembaca ingin menerapkan konsep ini di dalam
penelitian empirik.
Konsep Air Maya
Air maya diartikan sebagai jumlah air yang digunakan dalam proses
produksi dari suatu komoditi hasil pertanian ataupun industri. Konsep air maya pertama kali dirumuskan oleh Tonny
Allan, pakar geografi dari University of
London pada tahun 1990. Setelah
diterapkan dan dinilai memiliki kontribusi besar di dalam pengembangan ilmu, pada tahun 2008, Tonny Allan dianugerahi hadiah Nobel. Penggunaan air untuk memproduksi pangan jauh
lebih besar dibanding untuk kebutuhan
hidup lainnya. Untuk memproduksi 1 kg
daging segar, dibutuhkan air sebanyak 16.
000 liter. Kalau suatu negara
mengeksport 1 ton daging sapi, selain
daging, negara tersebut juga mengeksport
air dalam bentuk virtual sebesar 16. 000 m3. Kebutuhan air sebesar itu dialokasikan
sebagian besar untuk menumbuhkan rumput yang menjadi makanan sapi. Kebutuhan air untuk pertanian lebih dari 1000
kali kebutuhan untuk minum. Konsep air
maya dari sisi produksi, berperan
sebagai air yang nyata yang digunakan
sebagai komoditi yang sangat bergantung pada kondisi produksi, termasuk lokasi dan waktu serta efisiensi
penggunaan air. Dari sisi konsumsi, kandungan air maya didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan untuk
memproduksi produk di tempat, dimana produk digunakan. Konsep air maya digunakan untuk
mendeskripsikan cara suatu negara yang kekurangan air, dapat mencapai ketahanan pangan dengan cara
mengimport hasil pertanian dan peternakan dari negara dengan sumber air
melimpah. Jumlah air yang dibutuhkan
untuk memproduksi komoditi tertentu tidak sama untuk semua wilayah. Daerah yang memiliki iklim kering, temperatur tinggi, membutuhkan jumlah air yang jauh lebih besar
dari daerah beriklim sejuk. Konsep air maya memiliki batasan pengukuran,
karena di bangun di atas asumsi bahwa semua sumber air baik yang berasal dari air
hujan maupun dari sistem irigasi memiliki nilai yang sama. Untuk dapat menerapkan konsep air maya secara
empirik, masih dibutuhkan sebuah konsep
lain yang disebut konsep jejak air.
Konsep Jejak Air
Konsep jejak air dicetuskan oleh
pakar dari University of Twente, Holland,
bernama Arjen Y Hoekstra pada tahun 2002. Jejak air didefinisikan sebagai total volume air tawar ( fresh water ) yang
digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh individu, kelompok masyarakat dan dunia usaha. Jejak air suatu negara sama dengan penggunaan sumber air domestik dikurangi
aliran eksport air maya, ditambah aliran
import air maya. Jejak air merupakan
indikator yang dapat menggambarkan jumlah air tawar yang digunakan dalam proses
produksi suatu produk baik secara langsung, maupun tidak langsung. Mengimport air maya dapat dijadikan alternatif
sumber air untuk mengurangi beban sumber air pada negara pengimport. Jejak air dikelompokkan dalam 2 jenis
yaitu:
- Jejak Air Internal, adalah volume air yang digunakan dari sumber domestik untuk menghasilkan barang dan jasa yang digunakan oleh penduduk di suatu negara.
- Jejak Air Eksternal adalah volume air yang digunakan di negara lain untuk menghasilkan barang dan jasa import
Di dalam konsep jejak air, ada 3 komposisi sumberdaya air, yaitu :
- Jejak Air hijau ( Green Water Footprint ), diartikan sebagai jumlah volume air hujan yang digunakan, terkait dengan produksi pangan.
- Jejak Air Biru ( Blue Water Footprint ), diartikan sebagai jumlah volume air yang berasal dari air sungai, danau atau sumur yang digunakan untuk irigasi di areal pertanian.
- Jejak Air Abu - abu ( Grey Water Footprint ) adalah jumlah volume air yang digunakan untuk mengolah limbah ( waste ) dan bahan pencemar ( pollutant ) untuk memperbaiki kualitas air limbah agar memenuhi standard baku mutu limbah ( effluent standard ).
Perhitungan jejak air digunakan
untuk mengukur secara eksplisit dan kuantitatif air yang digunakan untuk
kegiatan produksi dan perdagangan suatu negara.
Berbagai Implikasi
Penerapan konsep air maya dan jejak
air menimbulkan implikasi di berbagai aspek, antara lain :
1. Produksi.
Setiap produk yang dihasilkan pasti
menggunakan air dalam proses produksinya, baik air nyata , maupun air maya. Produk pertanian dan peternakan menggunakan
air yang sangat besar. Untuk memproduksi
1 kg beras dibutuhkan air sebanyak 3. 473 liter, dan 2. 750 liter untuk kedelai, dan 4. 100 liter untuk daging unggas. Kenyataan ini membuat banyak kebijakan
produksi pangan harus dikoreksi. Untuk
daerah daerah yang memiliki sumberdaya air terbatas, sebaiknya melakukan import pangan untuk
mengurangi tekanan terhadap cadangan sumberdaya air. Tanaman kopi adalah salah satu tanaman yang
banyak menyedot air. Kandungan jejak air
setiap 1 ton kopi adalah 22. 907 m3. Angka ini berarti bahwa di dalam setiap
cangkir kopi dengan volume 150 cc, sebenarnya
terkandung 140 liter air dalam bentuk virtual. Pulau Flores yang merupakan salah satu sentra
penghasil kopi, harus meninjau ulang
lagi kebijakan pengembangan komoditi kopi, karena potensi sumberdaya air di sana terbatas.
Kebutuhan air yang besar untuk tanaman
kopi dialokasikan mulai dari pembibitan , penyemaian, penanaman, pemeliharaan hingga pemanenan.
2. Konsumsi.
Jejak air yang terdapat pada beras
tergolong tinggi. Kondisi ini
harusnya mendorong percepatan pelaksanaan program diversifikasi pangan. Akan lebih baik jika singkong lebih diutamakan
untuk pengganti sebagian kebutuhan beras, karena jejak air nya hanya 514 liter untuk
setiap 1 kg atau hanya 1/7 dari jejak air pada beras. Di samping mengurangi konsumsi kopi, juga daging, dan coklat yang memiliki jejak air 24 m3 air
tiap 1 kg, harus dikurangi.
3. Perdagangan. Negara negara
dengan potensi sumberdaya air terbatas, disarankan untuk lebih mengutamakan import
pangan dari pada memproduksi sendiri. Pada tahun 2000, Mesir mengimpor 5, 2 juta ton jagung, dengan estimasi nilai jejak airnya 1, 12
m3/kg. Penghematan air yang
dilakukan Mesir adalah 5, 8 miliar m3. Pada umumnya perdagangan air maya menghasilkan
efisiensi dan penghematan pemakaian air di suatu negara.
4. Tata
Kelola Sumberdaya Air. Konsep air
maya dan jejak air telah mendorong Badan Dunia yang mengurusi pangan FAO ( Food Agriculture Organization)
mengembangkan upaya perbaikan teknologi irigasi yang lebih efisien dalam
penggunaan air, seperti rain water harvesting dan irrigation suplementer.
Di samping itu upaya memperbaiki
neraca hidrologis terus digalakkan dengan menerapkan model pembangunan
berbasiskan bentang alam, seperti SWS ( Satuan Wilayah Sungai ), rehabilitasi lahan kritis. Upaya mempertahankan keberadaan air tawar selama
mungkin berada di darat dilakukan melalui program sumur bio - pori, sumur resapan, pembangunan waduk, embung, normalisasi sungai.
5. Dampak
Lingkungan.
Penerapan konsep air maya dan jejak
air ternyata juga menimbulkan dampak lingkungan. Negara Thailand dikenal sebagai negara
pengeksport beras yang utama. Dengan
mengeksport beras, artinya sama dengan
melakukan eksport air maya dalam jumlah besar. Beberapa pengusaha mulai melakukan konversi
lahan sawahnya, digunakan untuk
keperluan lain, diantaranya pembangunan
industri. Mereka menganggap, sumber air nya lebih baik digunakan untuk
sektor yang lebih produktif seperti jasa pariwisata dan industri. Pada negara beriklim tropis, dengan curah hujan dan kelembaban yang
tinggi, beras diproduksi pada
musim hujan. Pengurangan areal sawah
telah menyebabkan berkurangnya daerah resapan air. Akibatnya timbul bencana banjir yang meluas.
Penutup
Konsep air maya dan jejak air telah
membuka area kajian baru, perluasan
cakrawala dan memperkaya sudut pandang tentang bidang kajian sumberdaya air
yang terkait dengan aspek ekonomi, biologi, teknologi rekayasa dan budaya. Perdagangan air maya telah merubah
secara stuktural pola aliran materi, energi dan informasi dalam tata perdagangan
global. Perdagangan air maya telah
meningkatkan efisiensi penggunaan air di negara negara yang sumberdaya airnya
terbatas. Secara keseluruhan, konsep air
maya dan jejak air telah memberikan kesadaran dan perspektif baru
terhadap produksi, konsumsi, perdagangan barang dan jasa untuk menjadi
dasar keputusan dalam pemanfaatan air dalam suatu negara serta kebijakan
perdagangan komoditas.
Comments
Post a Comment