KONSEP JEJAK EKOLOGI SEBAGAI ALAT REVIEW GAYA HIDUP
Latar Belakang Pemikiran
Sudah lama para pakar mencemaskan
tentang nasib kehidupan manusia dan bumi di masa depan. Tidak terhitung banyaknya seminar, konferensi, simposium, lokakarya dan diskusi yang digelar untuk
membahas hal tersebut. Tidak terhitung
hasil riset dan buku yang dihasilkan membahas masalah kelangsungan hidup
manusia di planet ini. Semua itu
sepertinya tidak membawa perubahan signifikan terhadap kondisi kehidupan
manusia. Perusakan lingkungan, eksploitasi dan ekstraksi sumberdaya alam, pencemaran lingkungan terus terjadi dalam
skala yang tidak terbayangkan dilakukan oleh masyarakat beradab. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, mengapa
manusia begitu sulit disadarkan?. Dari berbagai literatur, diskusi di kalangan terbatas, kondisi ini diduga disebabkan karena manusia
sulit menerima semua yang bersifat abstrak, tidak menyentuh kepentingannya secara
langsung dan konkrit. Jika semua konsep
dan teori yang bersifat abstrak dapat dibawa ke level empirik mungkin akan
dapat menggugah manusia untuk mulai merubah perilakunya. Penulis menggunakan asumsi bahwa pengetahuan tertinggi adalah mengenal diri
sendiri. Hanya dengan mengenal diri
sendiri, seseorang dapat menilai dirinya
dan mendorong kesadaran untuk melakukan tindakan perbaikan. Kondisi kehidupan di bumi yang semakin
mencemaskan berhubungan sangat erat dengan gaya hidup yang serba boros dan hedonis.
Jika semua orang diberi akses dan
kemampuan untuk menilai sendiri tingkat konsumsi sumberdaya alamnya, mungkin dapat diharapkan adanya perubahan
perilaku dan gaya hidup. Konsep Jejak Ekologi memberi kemampuan pada tiap orang untuk
menilai perilaku dan gaya hidupnya sendiri. Dengan demikian
diharapkan ada perbaikan terhadap tata kelola sumberdaya alam dan lingkungan.
Konsep Jejak Ekologi ( ecological footprint )
Konsep Jejak Ekologi diciptakan oleh
pakar dari University of British Columbia di Kanada bernama William Rees pada tahun 1992. Konsep ini kemudian disempurnakan oleh Mathis
Wackernagel pada tahun 1994. Pada tahun
1996 Rees dan Wackernagel menerbitkan buku yang membahas konsep jejak ekologi
secara rinci dan mendalam. Konsep jejak
ekologi didefinisikan sebagai sejumlah
area yang terdiri dari lahan air yang produktif secara biologi yang dibutuhkan
oleh individu, populasi atau aktivitas
tertentu untuk memproduksi bahan konsumsi dan untuk mengolah limbahnya dengan
teknologi dan manajemen. Jejak
Ekologi dinyatakan dalam satuan global
hektar ( gHa ), karena yang menjadi
ruang lingkup dalam jejak ekologi individu mencakup tanah, air dan udara di seluruh dunia.
Jika dikaji lebih dalam, sebenarnya konsep jejak ekologi merupakan
turunan dari dua konsep yang sudah ada sebelumnya yaitu konsep daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Daya dukung lingkungan diartikan sebagai kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung
kehidupan manusia dan mahluk lain di satuan luas daerah tertentu pada waktu
tertentu. Daya tampung lingkungan
diartikan sebagai kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi
dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Dengan kata lain daya tampung lingkungan
menyangkut kemampuan alam melakukan upaya pembersihan/ pemurnian diri secara
mandiri dari bahan pencemar ( self
purification ).
Rees dan Wackernagel membuat ke dua
konsep tersebut jadi lebih operasional, lengkap dengan formula matematis untuk
perhitungan kuantitatif.
Asumsi Dasar Konsep Jejak Ekologi
Konsep jejak ekologi dibangun di
atas asumsi - asumsi sebagai berikut :
- Semua sumberdaya yang dikonsumsi dan limbah ( termasuk emisi ) yang dihasilkan dapat ditelusuri asal usulnya ( tracked ).
- Sebagian besar aliran sumberdaya dan buangan dapat diukur dengan menggunakan luasan bioproduktif untuk menjaga pasokan sumberdaya dan absorbsi buangan.
- Luasan bioproduktif yang berbeda dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global. Setiap hektar global pada satu tahun mencerminkan bioproduktif yang sama dan semua dapat dijumlahkan.
- Permintaan terhadap sumberdaya alam disebut jejak ekologi ( ecological footprint demand) dan dapat dibandingkan dengan biokapasitas ( biocapacity / supply ) dalam satuan hektar global (gHa).
Konsep Jejak Ekologi dan Perilaku
Ada 4 faktor yang mempengaruhi
perilaku manusia baik secara individu maupun kelompok, yaitu :
- Nilai nilai moral, budaya dan agama yang mengkristal.
- Pendidikan, dapat meningkatkan kapasitas kemampuan individu dan kelompok untuk melakukan perubahan.
- Peraturan perundang undangan, dapat berfungsi sebagai mekanisme homeostatis untuk mengontrol perilaku individu dan kelompok.
- Harga pasar komoditi dapat mempengaruhi individu dan kelompok untuk mengeksploitasi sumberdaya alam.
Metode
Metode yang digunakan untuk
menghitung jejak ekologi adalah metode yang dikembangkan oleh Global Footprint Network ( GFN - USA ).
Untuk menghitung jejak ekologi ada 2
faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1. Faktor
Ekuivalensi, merupakan faktor yang
digunakan untuk mengkombinasikan, maka
dibutuhkan koefisien untuk menyamakan. Nilai faktor penyamaan telah ditentukan oleh
GFN untuk 6 kategori lahan yaitu lahan pertanian 2, 64, perikanan 0, 40, peternakan 0, 50, kehutanan
1, 33. lahan terbangun 2, 64, lahan yang berfungsi untuk menyerap karbon ( rosot karbon ) 1, 33.
2. Faktor
Panen , menggambarkan perbandingan
antara luasan bioproduksi di suatu wilayah dengan luasan bioproduktif yang sama
di wilayah lain untuk tiap komoditas yang sama. Faktor ini juga menggambarkan kemampuan suatu
populasi untuk menyertakan penguasaan teknologi dan manajemen dalam
pengelolaan lahan. Setiap wilayah
memiliki faktor panen masing masing dan dihitung per tahun. Jejak Ekologi menggambarkan kebutuhan barang
dan jasa yang diperlukan manusia dari alam yang ditunjukkan dalam konsumsi bersih ( net consumption )
dari produk produk pada 6 kategori lahan di atas. Konsumsi bersih merupakan konsumsi aktual yang
dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan ( eksport - import ).
Formula perhitungan
Perhitungan konsumsi aktual akan
menambahkan barang yang diimport dan mengurangi barang yang diekspor, yang dinyatakan dengan persamaan :
EF = ( P x YF x EQF ) / YN
Notasi :
EF : Ecological Footprint
P : Jumlah Produk yang
dipanen atau limbah yang terbentuk
YN : Produktivitas Nasional ( Yield
National ) rata - rata untuk P.
YF : Faktor Panen ( Yield Factor ).
EQF: Faktor Equivalent untuk
kategori lahan ( Equivalent Factor ).
Contoh Aplikasi
Seorang individu bernama Alex
memiliki kebutuhan hidup sebagai berikut , yang jejak ekologinya telah dihitung
berdasarkan formula di atas :
1. penggunaan air 200
2. makanan
220
3. tempat tinggal 260
4. transportasi 220
5. energi
300
6. pakaian
150
7. barang lain lain 200
Total :
1550
Nilai total dibagi 100 dalam satuan
hektar = 15, 5 hektar. Jejak Ekologi Alex 15, 5 hektar, kemudian dibagi dengan 2, 5, karena 1 hektar ekuivalen dengan 2, 5 acre (ekar), didapat angka 6, 2. Angka masih harus dikurangi dengan 1, 72, yang merupakan konstanta biological productive per acres per person. Hasil akhirnya adalah 4, 98, dibulatkan jadi 5. Angka hasil perhitungan ini bermakna
bahwa Jika semua individu yang hidup di
bumi yang berjumlah hampir 7 milyar jiwa saat ini memiliki tingkat jejak
ekologi sama dengan Alex, maka
diperlukan 5 buah bumi, agar kehidupan
di bumi dapat berlanjut, tanpa
menghabiskan modal alam ( cadangan sumberdaya alam ). Angka ideal jejak ekologis tiap individu atau
kelompok adalah lebih kecil dari 1 ( < 1 ) dan maksimal 1. Dalam contoh kasus Alex, dia memiliki nilai defisit 3, 98, dibulatkan jadi 4 ( -4 ). Gaya hidup Alex setara dengan rata rata
penduduk negara Swiss. Nilai jejak
ekologi tertinggi di dunia dimiliki oleh penduduk negara Amerika Serikat
9, 5 ( defisit 8, 5 ), dan untuk
penduduk Indonesia rata rata 1, 2 ( defisit 0, 2 ). Negara yang memiliki nilai surplus jejak
ekologinya adalah Bangladesh, 0, 5 (
surplus 0, 5 ) dan India 0, 8 ( surplus 0, 2 ). Sekarang tiap orang dapat menghitung jejak
ekologinya dan mulai berpikir bagaimana melakukan langkah perubahan gaya
hidupnya agar dapat menurunkan nilai jejak ekologinya.
Upaya Perbaikan
Setelah melakukan evaluasi diri
secara mandiri ( self assessment ), langkah berikutnya adalah melakukan
perbaikan ( improvement ). Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun
menjalani karir sebagai konsultan bidang eco
- technomic, gabungan ilmu
lingkungan, teknik dan ekonomi, saya
merekomendasikan pendekatan produksi bersih ( cleaner production ), yang berbasiskan eco - efficiency.
Adapun langkah langkah konkrit yang
harus dilakukan adalah :
- Melakukan perubahan pola pikir ( mind set), tiap individu dan kelompok bahwa upaya perbaikan kualitas lingkungan adalah faktor positif, bukan faktor negatif di dalam struktur biaya produksi pada setiap proses produksi. Implikasi dari langkah ini adalah melakukan upaya internalisasi biaya eksternal.
- Mendesain proses perbaikan dengan melakukan perubahan struktur diagram alir (flow chart), proses produksi, agar sesuai dengan model eko efisiensi. Menerapkan cara cara antara lain :
- Mengurangi penggunaan material tanpa mengurangi mutu ( reduction ).
- Mendesain ulang tata letak ( lay out ) prasarana dan sarana produksi, agar lebih efisien dalam penggunaan materi dan energi.
- Melakukan upaya daur ulang ( recycle ), guna ulang ( reuse ), isi ulang ( replenish ), penarikan kembali energi ( retrieve energy ).
- Melakukan audit materi - energi, dan perbaikan berkelanjutan ( continued improvement ).
Di samping itu setiap individu dan
kelompok melakukan tindakan nyata dalam skala yang kecil dan mudah dilakukan, misalnya :
- Mematikan lampu dan dan menutup keran air jika tidak diperlukan. Mematikan perangkat AC , 30 menit sebelum kegiatan berakhir.
- Mengurangi penggunaan lift, dengan menggunakan tangga manual jika mau naik 2 lantai ke atas dan turun 3 lantai ke bawah.
Penutup
Konsep jejak ekologi telah membuka
kesadaran baru tentang cara produksi, konsumsi materi dan energi yang lebih
bertanggung jawab. Konsep ini dapat
memberi akses, kemampuan evaluasi diri
secara mandiri terhadap gaya hidup individu dan kelompok.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan pesan para bijak
bestari : Keuntungan besar diperoleh
karena adanya akumulasi penghematan / efisiensi yang kecil - kecil, dan kerugian besar terjadi karena adanya
akumulasi pemborosan ( losses ) yang kecil - kecil.
Comments
Post a Comment