RENUNGAN DARI THE HOMELAND OF JAVA MAN








Prolog

Setiap orang yang berkunjung ke Museum Manusia Purba  di Sangiran,  Jawa Tengah niscaya dibuat kagum dengan adikarya anak bangsa Indonesia.  Museum itu memadukan keunikan lanskap,  perbukitan,  lembah,  aliran sungai Cemoro yang berjasa mengikis lapis demi lapis stratrigrafi dome sangiran sehingga tersingkap aneka fosil flora,  fauna dan manusia serta berbagai peralatan dari batu.  Tidak cukup sampai di situ,  museum itu juga menyuguhkan kecanggihan desain arsitektural,  teknologi material dan rekayasa rekonstruksi replika koleksi,  teknologi digital,  teknologi audio visual,  tata lampu dan pencahayaan.  Tidak kalah penting adalah kemampuan meramu informasi dari hasil riset lintas abad dari puluhan pakar mumpuni dalam bentuk narasi padat,  singkat berkualitas premium yang menyertai tiap koleksi,  replika,  diorama yang tersusun rapi,  sistematis  dan harmoni.  Semua itu masih dilengkapi lagi dengan keramahan dan senyuman dari para pemandu pengunjung museum yang tetap profesional  dalam bekerja walaupun dilanda kelelahan.
Salah satu keistimewaan museum Sangiran adalah memadukan suasana in door dan out door dalam satu kesatuan dengan membangun museum yang terdiri beberapa cluster di areal ratusan hektar,  diantaranya cluster Krikilan,  Dayu,  Ngebung.  Tiap cluster punya ciri khas yang saling melengkapi.  Semua keunikan itu mampu melemparkan diri dan imajinasi kita secara total ke dalam lorong waktu hingga 2 juta tahun lalu,  ketika bumi sangiran masih berupa lembah berawa dangkal,  berlumpur dan menjadi hunian ideal bagi berbagai biota.  Pengembaraan imajiner itu menghasilkan berbagai pertanyaan,  diantaranya : Seberapa banyak persamaan atau perbedaan antara kita sebagai penghuni bumi terkini dengan para pendahulu kita?.  Pertanyaan itu melontarkan kita lebih jauh lagi menyusuri  lorong waktu hingga 4 juta tahun lalu di padang sabana Afrika Timur.  Di tempat itulah jawaban pertanyaan di atas dapat ditemukan.  Di sana para pendahulu kita mulai belajar dan membiasakan berjalan tegak,  turun dari pepohonan,  memulai karir sebagai pelanja sejati.  Berjalan tegak adalah salah satu titik terpenting dalam perjalanan evolusi manusia.  Dari sanalah mulai disemai benih benih sifat sifat dasar kemanusiaan kita.  Sifat sifat dasar kemanusian itu adalah membuat dan  menggunakan peralatan,  kesadaran diri,  akal budi,  sistem sosial,  bahasa lisan.  Ironisnya,  sifat sifat itu justru dijadikan TEMBOK PEMISAH antara  kita dengan para pendahulu kita.  Tembok  itu dibangun para pakar dari abad lalu yang akibatnya masih terasa hingga kini,  yang membuat kita seolah olah terpisah sangat jauh dengan para pendahulu kita,  menempatkan kita seolah olah sebagai mahluk VVIP di alam ini.  Penyekat itu telah mengaburkan pandangan kita,  sehingga sulit menerima fakta alam yang sudah begitu terang benderang.  Beberapa pakar terbaik tanpa kenal lelah membongkar tembok pemisah itu sehingga kita kembali dapat mengenali jati diri manusia dan hasilnya . . . . . . . . . . . . ternyata kita sangat sangat dekat dengan para pendahulu kita dan dengan para sepupu kita.  Para pakar tersebut juga menyadari bahwa temuan hasil kerja keras mereka akan diterima dengan skeptis,  cibiran,  cemoohan bahkan kemarahan dari mayoritas penghuni planet bumi yang sudah terlajur merasa nyaman dengan status VVIP nya di alam ini.  Sebagai insan berfikir,  marilah sejenak kita kesampingkan  perasaan VVIP itu untuk dengan pikiran terbuka tanpa prasangka,  menyimak argumentasi yang disertai bukti fisik,  otentik yang diajukan para pakar tersebut.  Setelah itu silahkan pembaca menentukan sikap dan pilihan.

Runtuhnya Mitos Tembok Pemisah

Para pakar dari abad abad lalu yakin bahwa manusia  adalah sosok penghuni bumi yang istimewa,  memiliki  kemampuan yang tidak dimiliki mahluk lain.  Jika berbicara tentang alam,  maka otomatis terpikirkan di benak kita,   bahwa manusia tidak termasuk di dalamnya.  Berkat  kemampuannya yang jauh  di atas mahluk,  manusia memiliki status khusus sebagai mahluk serba paling dalam multi aspek kehidupan,  merasa  VVIP.  Sebagai mahluk pendatang relatif baru di bumi ( 4 juta tahun lalu ),  manusia dengan lantang berkata " Keberadaan alam ini ditentukan oleh keberadaan kami.  Jika kami sudah tidak ada,  maka alam ini juga akan hancur ( kiamat )".  Manusia tidak tahu bahwa sebelum kemunculannya di bumi,  sudah ada ribuan spesies datang dan pergi,  dan setelah kepunahan manusia spesies Homo Sapien kelak,  akan disusul dengan kemunculan spesies spesies lain.  Semua mahluk termasuk manusia boleh saja datang dan pergi ( punah ),  tetapi kehidupan  
jalan terus.  Begitulah yang sudah diperlihatkan oleh alam selama 13 milyar tahun keberadaannya.  Ada beberapa kemampuan manusia  yang selama ini diyakini kebenarannya telah menjadi faktor pembeda dan dijadikan tembok pemisah abadi antara manusia  dengan mahluk lain.  Selama ribuan tahun,  tidak ada orang yang mempertanyakan kebenaran anggapan yang sudah menjadi mitos.  Sejak 5 dekade terakhir beberapa pakar terkemuka dari berbagai bidang keilmuan mulai menggugat keabsahan mitos tersebut.  Secara perlahan tapi pasti,  satu demi satu tembok itu rontok,  oleh berbagai riset  empirik yang dilakukan para pakar dengan ketekunan dan ketelitian luar biasa dan hasilnya dapat dikonfirmasi oleh siapapun.

1.  Membuat dan menggunakan peralatan.

Sampai beberapa dekade lalu,  kemampuan membuat dan menggunakan peralatan dianggap  khas milik manusia.  Fisik manusia memiliki keterbatasan.  Untuk mengatasi keterbatasan itu,  manusia menciptakan berbagai jenis peralatan untuk memudahkan hidupnya.  Peralatan adalah perpanjangan dari fisik manusia.  Penciptaan peralatan dimulai dari yang paling sederhana dari aspek bentuk,  bahan,  teknik pembuatan,  fungsi hingga yang paling rumit dan canggih.  Proses itu berlangsung selama jutaan tahun.  Semakin canggih peralatan yang diciptakan,  semakin menjauhkan manusia dari alam.  Sejak dekade 60 an abad XX,  para ahli melakukan pengamatan cermat terhadap perilaku beberapa jenis primat,  seperti kera besar,  orang utan,  simpanse.  Ternyata beberapa jenis primat itu juga mampu membuat dan menggunakan peralatan,  walaupun masih dalam bentuk yang paling sederhana.  Peralatan itu dibuat tanpa menggunakan pola yang sistematis.  Ketika mereka membuat alat yang sama pada kesempatan berbeda,  tidak menghasilkan bentuk yang sama persis  seperti alat yang dibuat sebelumnya.  Penelitian eksperimen yang sangat cermat  dilakukan oleh Nicholas Toth dalam proses pembuatan alat alat batu yang ditemukan dalam ekskavasi arkeologi yang telah dipastikan berusia jutaan tahun.  Toth melakukan serangkaian percobaan untuk membuat alat  batu dari jaman paleolitik.  Setelah melakukan percobaan sebanyak ribuan kali dan melakukan pengamatan,  pencatatan dan penggambaran yang sangat teliti,  diperoleh kesimpulan yang luar biasa.  Untuk menghasilkan bentuk alat batu yang sama seperti yang ditemukan ahli arkeologi dari masa 2 juta tahun lalu,  hanya dapat dilakukan oleh mahluk yang sudah cenderung menggunakan tangan kanan,  bukan kidal.  Kesimpulan ini didapat dari kajian kekuatan daya pukul,  sudut arah datangnya pukulan,  bentuk dan ukuran serpihan yang dihasilkan.  Dua bongkah batu dipegang oleh masing masing tangan,  tangan kiri relatif diam,  menahan benturan batu di tangan kanan yang aktif bergerak dengan sudut arah pukulan 30 - 45°.  Efek pukulan seperti itu menghasilkan bentuk perkakas dan alat serpih yang banyak ditemukan arkeolog di situs situs jaman prasejarah.  Berarti sejak kemunculan Homo Erectus awal,  sudah ada kecenderungan menggunakan tangan  kanan.  Sekarang,  90% manusia modern cenderung menggunakan tangan kanan.  Kesimpulan ini memiliki implikasi penting dalam bidang lain yang akan diuraikan lebih jauh.  Penelitian Toth menunjukkan ada kesinambungan level kemampuan membuat alat  dari primat ( orang utan,  simpanse ) yang tidak berpola sistematis,  ke arah yang lebih berpola sistematis pada Homo Erectus.  Artinya kemampuan membuat dan menggunakan alat tidak muncul tiba tiba,  mendadak pada manusia jenis Homo Sapien,  tapi sudah dirintis sejak dari primat yang lain dan disempurnakan oleh Homo Erectus dan Homo Sapien.

2. Kesadaran Diri

Selama ribuan tahun kesadaran diri dianggap monopoli milik manusia.  Baru pada akhir dekade 60 an abad XX,  pandangan ini berubah berkat riset brilian yang dilakukan Gordon Gallup,  psikolog ternama dari State University of New York,  Albany.  Gagasan dasar Gallup adalah,  jika seseorang atau mahluk lain memiliki kemampuan mengenali dirinya sendiri,  maka ia memiliki kepedulian dengan dirinya.  Gallup merancang eksperimen yang melibatkan beberapa jenis primata seperti gorila,  orang utan,  monyet,  simpanse dan beberapa jenis mamalia seperti anjing dan kucing.  Semua hewan itu dihadapkan dengan sebuah cermin secara bergantian.  Secara terpisah dan waktu yang berlainan semua hewan itu diberi noktah merah di keningnya,  kemudian dihadapkan di depan cermin.  Gallup mengamati dan mencatat reaksi tiap hewan.  Semua hewan itu awalnya terheran heran melihat bayangan di cermin,  tetapi mereka memberikan reaksi berbeda beda.  Simpanse dan orang utan melihat bayangan dirinya di cermin sambil memegang noktah merah di keningnya sendiri tanpa menyentuh cermin.  Gorila dan monyet  memegang cermin tanpa memegang keningnya sendiri.  Anjing dan kucing memberikan reaksi tingkah laku sembarang dan membosankan.  Penelitian ini menunjukkan bahwa simpanse dan orang utan jelas mengenali bayangan diri di cermin adalah dirinya sendiri sedang hewan lain termasuk gorila dan monyet tidak mengenali dirinya di cermin itu.  Gallup membuktikan bahwa kesadaran diri  juga dimiliki mahluk lain,  bukan monopoli manusia.

3. Akal Budi

Sangat sulit menggusur pandangan bahwa manusia adalah pemilik tunggal akal budi di alam ini.  Butuh ketekunan tingkat tinggi dalam melakukan riset panjang selama bertahun tahun untuk meyakinkan komunitas ilmuwan bahwa manusia bukan penyandang status tunggal mahluk berakal.  Posisi mahluk berakal sangat berkaitan dengan kesadaran diri.  Richard Byrne dan Andrew Whiten,  dua orang pakar perilaku primat dari University St Andrew,  Skotlandia,  melakukan riset penting pada tahun 1989.  Riset itu bertujuan untuk mengoperasionalkan konsep akal budi pada hewan,  terutama   yang tergolong Ordo Primat.  Salah satu konsep penting yang dihasilkan dari riset mereka  adalah konsep Tactical Deception ( Penipuan Sejati ).  Riset Byrne dan Andrew dilakukan di pegunungan Darkensberg di Aftika Selatan pada berbagai kumpulan Orang Utan,  Babon,  Kera,  Monyet,  Gorila dan beberapa kelompok satwa liar jenis mamalia.  Salah satu contoh kasus yang dilaporkan adalah penipuan yang dilakukan oleh seekor babon remaja yang diberi nama Paul.  Paul melihat seekor babon wanita dewasa yang diberi nama Mel sedang menyantap ubi jalar dan tertarik untuk ikut menikmati ubi itu,  tetapi tidak berani melakukannya.  Paul merancang siasat,  berteriak minta tolong kepada induknya,  seolah olah dirinya diserang oleh Mel.  Ibu Paul segera menyerang Mel,  yang kemudian lari tergesa gesa meninggalkan ubi jalarnya.  Ketika Mel lari,  maka Paul lantas menyambar ubi jalar dan langsung memakannya.  Masih dapat diperdebatkan apakah tindakan Paul adalah penipuan sejati atau sesuatu yang mudah dicontoh dari peristiwa serupa pada waktu berlainan dan lalu ditiru oleh Paul.  Artinya Paul tidak punya daya imajinasi untuk merancang tindakan penipuan sejati.  Kemudian Byrne dan Andrew minta bantuan para rekan sesama ahli perilaku primat untuk menginventarisasi berbagai kasus mirip yang pernah diamati.  Ada 253 kasus yang masuk dan setelah melalui penyaringan ketat,  didapatkan 16 kasus yang dianggap benar benar memenuhi persyaratan penipuan sejati.  Salah  satu kasus paling fenomenal adalah yang dilaporkan oleh ahli primatologi asal Belanda bernama Frans Plooij yang daerah penelitiannya di Gombe Stream Reserve,  Tanzania.
Di sebuah pelataran terbuka yang dikelilingi pepohonan,  terdapat sekawanan simpanse yang direkam oleh kamera tersembunyi.  Oleh peneliti diletakkan sebuah peti yang dapat ditutup dan dibuka secara mekanis.  Di dalam peti diletakkan beberapa buah pisang segar.  Seekor simpanse mendekati peti dan membukanya.  Sebelum pisang itu sempat diambilnya,  datang simpanse lain mendekatinya.  Segera simpanse pertama menutup peti dan dengan santai meninggalkan peti dan  simpanse ke dua,  seolah olah ingin mengatakan  bahwa tidak ada yang menarik dengan isi peti itu.  Simpanse ke dua melihat rekannya pergi menghilang di balik rimbunan pepohonan. Simpanse ke dua lalu berjalan pergi ke arah berlawanan.  Setelah beberapa waktu Kemudian,  simpanse pertama kembali mendekati peti sambil celingukan ke segala arah ,  memastikan tidak ada rekan yang memantau tindakannya.  Ketika merasa aman,  simpanse pertama segera mengambil pisang di dalam peti.  Pada waktu bersamaan,  bermunculan kawanan simpanse mengerubuti simpanse pertama.  Tidak diragukan lagi ini adalah sangat jelas merupakan tindakan penipuan sejati.  Sebuah bukti lagi dengan telak telah merontokkan sebuah mitos besar yang selama ini dipelihara terus demi status istimewa manusia.

4. Sistem Sosial

Bagi pengamat awam sekalipun,  jika beberapa jam berada di tengah kumpulan primat,  dapat memahami pentingnya interaksi sosial di antara kawanan itu bagi anggotanya.  Pakar primatologi Dorothy Cheney dan Robert Seyfarth dari University of Pennsylvania telah melakukan riset jangka panjang di bebeŕapa kawanan monyet di Amboseli National Park,  Kenya.  Seekor betina bernama Newton melompat ke arah monyet lain bernama Tycho ,  sambil berebut buah.  Saudara Newton bernama Charing  Cross datang membantu.  Pada saat yang sama saudara Tycho bernama Holborn yang sedang makan pada posisi 18 meter dari tempat kejadian,  juga ikut diserang oleh saudara Newton yang lain.  Kejadian yang bermula dari konflik antara dua individu,  dengan cepat melebar melibatkan kawan dan kerabat.  
Cheney dan Seyfarth menjelaskan bahwa monyet monyet itu tidak hanya harus memperkirakan perilaku monyet lain,  tetapi juga harus memperhitungkan hubungan  satu sama lain.  Seekor monyet yang dihadapkan pada kerusuhan terpola ini tidak dapat berpuas diri hanya dengan sekadar mengetahui siapa yang lebih kuat atau lebih lemah darinya,  dia juga harus tahu siapa bersekutu dengan siapa dan siapa yang mungkin membantu lawannya.  Sekarang para pakar primatologi tahu bahwa jaringan persekutuan dalam kawanan primat luar biasa kompleks.  Mengenali kerumitan semacan ini cukup sulit dikuasai oleh individu agar sukses.  Pekerjaan ini jadi lebih sulit lagi dengan adanya perubahan persekutuan yang terus menerus,  manakala individu individu terus menerus berupaya meningkatkan pengaruh politisnya.  Mereka selalu berbuat yang terbaik demi kepentingannya dan kepentingan kerabatnya.  Individu individu kadang kala menyadari bahwa lebih menguntungkan memutuskan hubungan persekutuan yang sedang berjalan dan  membentuk persekutuan baru,  sekalipun barangkali dengan seteru sebelumnya.  Oleh karena itu anggota anggota kawanan mendapati diri mereka di tengah tengah pola persekutuan yang sifatnya cair dan berubah ubah.  Suatu  kecerdasan yang tajam diperlukan untuk melakukan permainan yang terus berubah ubah ini yang oleh pakar psikologi dari Cambridge University bernama Nicholas Humphrey dirujuk sebagai Social Chess ( catur sosial ).  Para pemain catur wajib memiliki kecerdasan,  karena bukan saja buah catur berganti identitas tanpa terduga,  kuda menjadi menteri dan pion menjadi benteng,  tetapi terkadang sekutu juga menyeberang menjadi musuh.  Pemain catur sosial harus siaģa terus menerus,  mengincar keuntungan potensial,  waspada terhadap kerugian tak terduga.  Bagaimana cara mereka melakukannya?.  Tantangan individu dalam masyarakat primat adalah mampu meramalkan perilaku individu lain,  dengan memiliki  satu bank mental raksasa  di dalam otak mereka,  yang menyimpan semua tindakan yang mungkin dilakukan sesama anggota kawanan mereka dan tindakan tindakan mereka sendiri.  Jika individu mampu mengontrol perilakunya  sendiri,  dengan ekstrapolasi,  maka mungkin mereka akan mampu meramalkan perilaku individu lain dalam keadaan yang sama.  Runtuhnya tembok ke empat ini sungguh membuat banyak orang merasa galau,  gelisah,  cemas.  Agaknya keruntuhan tembok terakhir ( bahasa lisan ) hanya tinggal menunggu waktu saja.

5. Bahasa Lisan

Evolusi bahasa lisan adalah titik penting dalam  jaman prasejarah.  Dengan bahasa,  manusia dapat menciptakan berbagai dunia jenis baru di alam kesadaran dan dunia yang kita ciptakan serta nikmati bersama orang lain yang kita sebut budaya.  Para filsuf  telah lama memikirkan dunia bahasa secara mendalam,  tetapi sebagian besar pengetahuan kita tentang bahasa baru muncul dalam waktu 4 dekade terakhir.  Ada dua golongan pendapat tentang sumber evolusi bahasa.  Yang pertama menganggap bahasa adalah ciri unik manusia yang timbul sebagai efek langsung dari ukuran otak yang makin membesar.  Bahasa dianggap baru muncul dalam waktu 35. 000 tahun lalu,  ketika ambang kognitif terlampaui.  Kelompok ini dimotori oleh Noam Chomsky,  pakar linguistik dari Masachussetes Institute of Technology,   Boston.  Pandangan ke dua beranggapan bahwa kemampuan manusia berbahasa tidak muncul mendadak pada masa yang belum lama berlangsung ,  tetapi   sudah berlangsung lama sekali melalui proses yang panjang.  Pandangan ini disokong penuh oleh Steven Pinker,  juga ahli linguistik dari tempat yang sama dengan Chomsky.  Perdebatan seru ke dua kelompok itu berlangsung sengit.  Salah satu pokok pangkal perdebatan itu adalah kapan dan bagaimana mekanisme proses munculnya bahasa lisan.  Untuk menjawab pertanyaan itu kita harus meninjau bukti fisik anatomis yang berhubungan dengan munculnya kemampuan berbahasa.  

 Komponen anatomi yang berhubungan dengan bahasa adalah:  

  • Volume Otak.   
Tidak diragukan lagi,  ukuran volume otak berpengaruh penting terhadap kemampuan berbahasa.  Volume otak Homo Sapien 1350 cc.  Sebenarnya bukan hanya volume otak yang menentukan kemampuan berbahasa.  Struktur organisasi otak juga berperan penting.  Otak manusia  tidak simetris,  otak kiri lebih besar dari otak kanan.  Otak kiri adalah bagian yang berhubungan dengan kemampuan bahasa.  Otak Homo Erectus yang hidup sejak 2 juta tahun silam dengan ukuran volume otak 900 cc - 1100 cc sudah menunjukkan perbedaan ukuran otak kiri dengan otak kanan.  Hal ini diketahui dari cetakan  tengkorak bagian dalam yang meninggalkan bekas permukaan otak Homo Erectus.  Kenyataan ini sesuai  dengan hasil eksperimen Nicolas Toth yang sudah di singgung di atas bahwa pembuat alat batu yang sejaman dengan Homo Erectus  adalah sosok mahluk yang tidak kidal.  Orang yang cenderung menggunakan tangan kanan memiliki otak kiri yang lebih besar dan itu berarti lebih berpeluang  mengembangkan bahasa lisan.  Dari aspek ukuran volume otak dan pengorganisasian otak,  Homo Erectus sejak 2 juta tahun lalu telah  mulai mengembangkan bahasa lisan
 
  • Posisi laring  pada leher 
Pada semua mamalia kecuali manusia letak laringnya di bagian atas leher.  Jika posisi laring di atas,  membentuk rongga suara yang sempit,  sehingga hanya dapat menghasilkan sedikit variasi bunyi.  Sebaliknya letak laring pada manusia di bawah,  sehingga menghasilkan rongga suara yang lebar dan menghasilkan variasi bunyi yang lebih banyak.  Kondisi ini mendukung munculnya kemampuan berbahasa pada manusia.  Apakah Homo Erectus juga memiliki laring yang rendah?. Semua tulang yang berhubungan dengan suara adalah tulang rawan yang rapuh sehingga tidak meninggalkan jejaknya pada fosil.  Kita masih beruntung,  walaupun bukti fosil letak laring tidak ada,  tetapi ada tulang yang berhubungan dengan rongga suara  yang meninggalkan bekasnya pada fosil,  yaitu tulang basikranium,  yaitu tulang atap tengkorak bagian dalam.  Jika tulang basikranium bentuknya melengkung,  berarti pemiliknya memiliki rongga suara yang besar.  Hasil penelitian tulang basikranium  Homo Erectus ternyata melengkung,  sama seperti manusia modern.  

  • Area Broca 
Broca adalah tonjolan yang terdapat pada pelipis kiri manusia.  Area Broca adalah bagian jaringan saraf yang mengendalikan kemampuan bicara.  Semua manusia  memiliki  tonjolan area Broca.  Jika fosil Homo Erectus juga memiliki  area Broca,  maka dapat dipastikan mahluk itu juga punya kemampuan bertutur.  Dalam fosil Homo Erectus terdapat bekas cetakan adanya tonjolan pada area Broca,  sehingga tidak diragukan lagi kalau Homo Erectus juga sudah mampu berbahasa lisan.  Uraian di atas telah menghancurkan tembok pembatas antara kita dengan para pendahulu kita.  Ternyata kita bukan satu satunya mahluk  yang memiliki kemampuan istimewa,  kita tidak sendiri menikmati posisi VVIP.  Pukulan telak berikutnya datang dari ilmu genetika.  Berdasarkan riset riset di bidang genetika,  tingkat persamaan kita secara genetik dengan simpanse mencapai 98, 5%,   99% dengan Homo Erectus dan  99, 5% dengan Homo Neanderthal.

EPILOG

Pengembaraan imajiner di Museum Manusia Purba di Sangiran telah membawa pencerahan yang mendekatkan kembali kita dengan para pendahulu kita.  Kita pernah dipisahkan dengan mereka hanya oleh sebuah mitos yang kebenarannya tidak dapat dikonfirmasi secara empirik.  Pemisahan itu telah membuat kita berjarak sangat jauh dengan para pendahulu kita,  sehingga kita merasa terasing sendiri di alam ini.  Berkat upaya keras tidak kenal lelah dari para pakar yang berasal dari berbagai latar belakang keilmuan,  posisi kita sudah didekatkan kembali dengan para pendahulu kita.  Di sini secara khusus disampaikan ucapan terima kasih dan salute untuk menghormati mereka  dan terima kasih juga disampaikan kepada para pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini





Comments

  1. Masih saja ada skeptis di pemikiran saya untuk pemahaman seperti ini, karena teori evolusi tidak jelas secara fundamental untuk memahami asal usul manusia ini dan asal usul dunia ini. Ini hanya mengasumsi kan bahwasanya manusia itu memiliki hubungan"genetik yang sangat erat dengan simpanse orang utan dsb. Saya sendiri ber paradigma emang kalau dari segi fisik mahluk terdekat dengan kita (manusia) adalah primata seperti org utan tetapi dari segi bernalar seperti filsafat dia belum bisa seperti kita apalagi memahami tentang teologi. Tetapi saya sangat mengapresisasi tulisan bapak ini karena telah menjadi refrensi saya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts