JEBAKAN TRAGEDI TANPA AKHIR HOMO SAPIENS

 

Apa masalah terbesar yang membelit homo sapiens masa kini?. Setelah direnungkan secara mendalam, masalah  terbesar yang dialami homo sapiens adalah buah dari ciptaannya yang paling spektakuler, yaitu ilmu fisika kuantum. Salah satu turunan dan aplikasi ilmu itu adalah teknologi komunikasi dan informasi berbasiskan teknologi digital. Teknologi informasi dan komunikasi tersebut telah mengubah secara drastis tatanan dunia yang dibangun selama ribuan tahun. Tatanan baru yang dihasilkan dalam waktu sekejap dikenal sebagai globalisasi. Tatanan globalisasi telah membuat manusia seperti kebingungan, gamang, tidak siap menghadapi perubahan mendadak. Globalisasi telah menghancurkan tembok / sekat pembatas ruang - waktu yang diciptakan oleh bentang alam ( pegunungan, samudera, sungai besar ) dan bentang budaya ( nasionalisme, ideologi, perbedaan etnis, budaya benda dan tak benda ). Globalisasi telah membuat aliran materi, energi, informasi / data bebas melintas di seluruh pembatas itu. Aliran data / informasi yang kencang telah membuat proses pertukaran di antara kelompok kelompok manusia berlangsung sangat cepat dan hal itu telah memacu laju perubahan berlangsung sangat cepat. Mayoritas manusia tidak siap menghadapi perubahan cepat yang belum pernah dialami sepanjang sejarah evolusinya. 


Seluruh organ tubuhnya yang merupakan desain alam masa lalu dan dirancang untuk menghadapi perubahan secara lambat, belum siap beradaptasi dengan kondisi baru. Sebagai contoh, dalam kebiasaan minum susu yang sudah berlangsung selama 10.000 tahun, belum semua manusia mampu mengembangkan gen yang dapat menerima / mencerna  laktosa ( susu ), sehingga masih  banyak orang yang alergi minum susu. Contoh lain, desain usus manusia masih sama dengan mahluk mamalia besar lain, desain dari jaman batu, jutaan tahun lalu. Sementara jenis. tekstur makanan manusia modern yang serba halus dalam bentuk padat, pasta, cair, bersifat lunak, sudah tidak sesuai dengan bentuk ususnya. Manusia modern sebenarnya hanya membutuhkan panjang usus 2 atau 3 meter dari yang sekarang mencapai 9 - 10 meter. 


Proses pertukaran materi, energi dan informasi yang berlangsung cepat telah menyebabkan perkembangan ilmu dan teknologi berlangsung cepat. Teknologi peralatan menghasilkan perkakas mekanis, elektrik, nanotech, dapat bekerja lebih kuat, lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan dengan manusia sebagai penciptanya. Para pengusaha lebih suka mempekerjakan mesin yang lebih patuh, tanpa rasa lelah, lebih cepat, tanpa upah dibanding tenaga manusia. Tenaga kerja manusia hanya dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang belum dapat dikerjakan oleh mesin. Semakin lama semakin banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dengan mesin, sementara jumlah penduduk semakin lama semakin banyak.  Akibatnya sudah dapat dipastikan , terjadi ledakan jumlah pengangguran. Orang semakin sulit mendapatkan pekerjaan. Hanya orang yang sangat terampil yang masih dibutuhkan. Kemajuan teknologi, selain mengurangi kesempatan manusia untuk mendapat pekerjaan, juga membuka lapangan kerja baru yang dahulunya tidak ada, tetapi tetap tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang hilang Untuk dapat mengisi lowongan pekerjaan / profesi baru, untuk melakukan migrasi profesi dibutuhkan keahlian baru. Migrasi yang dilakukan bukan ke arah hilir, melainkan ke hulu, daerah yang bagi sebagian besar manusia belum dikenal dan belum dipetakan. Dibutuhkan orang berjiwa pionir dan suka mengeksplorasi hal hal baru untuk dapat mengisi lowongan baru. Pekerja industri hari ini adalah para petani di hari kemarin. Pekerja di sektor jasa hari ini adalah para pekerja di sektor industri di hari kemarin. 


Untuk dapat tetap eksis di era globalisasi, dibutuhkan kerjasama global. Untuk terbangunnya kerjasama global dibutuhkan prasyarat mutlak, yaitu kerendahan hati dan mengurangi rasa serba ego. Di sinilah letak masalah mendasar bagi homo sapiens untuk dapat membangun kerjasama global. Sudah ribuan tahun manusia hidup terfragmentasi dalam berbagai tatanan khayal ( realitas intersubjektif ) seperti ideologi, negara, etnik, budaya. Segregasi yang diperlihara telah menumbuhkan sikap serba ego, fanatik, merasa diri dan kelompoknya paling benar dan yang lain salah serta semua orang  harus mengikuti tatanan kelompoknya. Jargon jargon, semboyan yang berbau fanatik, chauvinisme terus dikumandangkan. Sebaliknya rasa toleran terus dibonsai dan dimarjinalkan. Nilai universal yang diajarkan oleh semua agama, seperti nilai kemanusiaan justru dilupakan. Sementara nilai kemanusiaan merupakan sarana untuk membangun kerjasama global. Nilai kebenaran jangan dimonopoli oleh kelompok tertentu dan dijadikan bersifat absolut. Fisika kuantum sudah memberi pemahaman bahwa di alam ini tidak ada yang absolut, melainkan relatif. 


Syarat Hidup Di Era Globalisasi

Beberapa rekan dan sahabat bertanya kepada penulis, bagaimana mengatasi masalah masa kini dan masa depan?. Ada empat cara jitu untuk keluar dari belitan masalah globalisasi. Globalisasi muncul akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang dipicu oleh perkembangan teknologi digital yang dilahirkan oleh oleh fisika kuantum. Sementara fisika kuantum diciptakan untuk mengatasi anomali yang tidak dapat dijelaskan  oleh fisika klasik. Anomali yang dimaksud diantaranya adalah radiasi benda hitam dan efek foto listrik. Satu pelajaran penting dapat diperoleh, yaitu satu teknologi diciptakan untuk mengatasi masalah, tetapi pemecahan masalah itu melahirkan masalah baru dan itu terus berlangsung sejak ratusan ribu tahun lalu. Sepertinya sebuah solusi juga merangkap sebagai pemicu masalah baru lagi, begitu seterusnya. Itulah yang disebut sebagai jebakan tanpa akhir. 


Adapun empat cara untuk dapat terus eksis di era globalisasi : 

1. Berpikir kritis. Dunia pendidikan masa kini semakin mempersempit ruang untuk berpikir kritis. Kurikulum pendidikan yang diterapkan semakin bersifat teknis, detail, mekanis, terukur secara kuantifikasi, terstruktur, uniformitas ( seragam ). Kurikulum ini semakin mempersempit ruang untuk improvisasi, memperkecil kemungkinan untuk mengembangkan kemampuan berpikir ktitis dan berpikir alternatif. Kondisi ini diperburuk oleh sikap arogansi dan memonopoli nilai kebenaran menurut satu acuan, satu tolok ukur, satu mazhab, satu paradigma dan satu otoritas keilmuan yang disimbolkan dengan sederet panjang gelar akademis serta jabatan akademik tertinggi ( profesor ). Banyak akademisi termasuk profesor tidak mampu berpikir kritis, berpikir alternatif, atau berpikir lateral


2. Kerjasama global. Kerjasama model ini hanya dapat terbangun jika para pihak pemangku kepentingan dapat menekan rasa ego, fanatisme terhadap apa saja. Kenyataan empirik menunjukkan faktor pembentukan segregasi di masyarakat bukan saja oleh faktor bentang alam dan bentang budaya yang lebih mendasar, tetapi juga oleh sesuatu yang lebih cair, seperti pandangan politik,  pilihan partai politik dan  pemilihan pemimpin nasional. Hal ini juga terjadi di kalangan terpelajar, tidak terkecuali para profesor di universitas.


3. Komunikasi. Tidak mungkin ada kerjasama global yang dapat dibangun tanpa didahului oleh proses komunikasi yang baik. Komunikasi yang sehat hanya dapat terjadi jika para pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat mengembangkan sifat keterbukaan terhadap gagasan / pikiran yang berbeda. Pengalaman empirik menunjukkan bahwa semakin banyak orang dinilai, diadili, divonis, dihukum karena pikirannya yang berbeda, bukan karena perbuatannya. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya kemampuan literasi masyarakat, termasuk di kalangan akademisi. Berbagai berita hoax, tanpa pikir panjang dengan cepat disebarkan. Banyak orang menjadi sukarelawan tercepat menyebarkan setiap berita tanpa dipikir, ditelusuri. Hal ini semakin menyulitkan proses komunikasi. 

4. Berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif hanya dapat dikembangkan jika kita dapat membebaskan diri dari  kungkungan dogma dan mengembangkan pola berpikir lateral. Kenyataan empirik di dunia pendidikan, kemampuan berpikir kreatif, berpikir lateral, berpikir out of the box, yang menyimpang dari mainstream tidak mendapat tempat yang tinggi. Semua jawaban soal ujian harus sesuai dengan mazhab yang dianut dosen,   buku teks, bahan ajar, modul. 

Semua kondisi persyaratan yang dituntut oleh dunia global sulit dipenuhi oleh sebagian besar manusia. 


Implikasi

Implikasi dari kondisi di atas adalah peradaban globalisasi menutup pintu bagi yang tidak memenuhi syarat untuk menjadi penumpang kereta peradaban global. Sementara kereta globalisasi melaju kencang menuju stasiun berikutnya, dan wajib berhenti, karena penumpangnya harus berganti kereta dengan kereta yang lebih modern, lebih canggih, lebih baru, yaitu kereta khusus homo deus / homo technium. Penumpang kereta globalisasi yang ingin pindah kereta harus menjalani seleksi, karena daya tampung penumpang di kereta homo deus lebih sedikit. Persyaratan untuk menjadi penumpang kereta homo deus,  tiap orang harus memiliki kemandirian tingkat dewa. Tiap orang haru mampu mengatur, menata, memimpin dirinya sendiri. Tiap orang harus mampu mendidik dirinya sendiri, merawat kesehatannya sendiri, mengatasi masalahnya sendiri, melayani dirinya sendiri. Kata kuncinya adalah kemandirian. Kemandirian adalah langkah awal untuk memenuhi persyaratan lain yaitu  sangat kaya, atau sangat pandai atau gabungan keduanya


Lalu bagaimana dengan nasib sebagian besar homo sapiens yang tidak terangkut oleh kereta homo deus?. Homo sapiens masih tetap digelontorkan dengan makanan, minuman dan obat obatan dalam jumlah kelimpahan, tetapi dengan peran sangat kecil dan tak berarti, sambil melewati sisa hidup sebagai spesies manusia purba, menunggu kepunahan. Selama masa hidup, homo sapiens harus tahu diri untuk tidak membuat gaduh apalagi mengganggu kenyamanan hidup homo deus. Jika homo sepiens jadi mahluk liar, maka homo deus tidak segan segan melenyapkannya. 


Lalu homo sapiens merasa sudah diterlantarkan oleh anak durhaka, yang sudah diajarkan beragam ilmu pengetahuan. Alam ini sungguh tidak adil kepada homo sapiens. Manusia lupa bahwa sejak kapan alam berlaku adil?. Keadilan tidak lain dari ilusi dan khayalan yang didengung dengungkan oleh ajaran palsu selama ribuan tahun. Alam tidak pernah memberi tempat pada yang namanya keadilan  dan kesetaraan. Alam hanya memberi tempat pada perubahan, perbedaan, mekanisme determinisme, mekanisme acak dan gabungan keduanya


Homo sapiens sudah lupa dengan kejadian ratusan ribu tahun lalu. Waktu itu homo sapiens mendapat pelajaran menciptakan dan menggunakan api dari pendahulunya yaitu homo erectus dan homo neanderthal. Kemudian homo sapiens membantai para pendahulunya yang tidak lain dari sepupunya sendiri?. Bukankah homo sapiens yang mengajarkan homo deus untuk menjadi  anak durhaka? . Jadi homo sapiens jangan menjadi spesies cengeng. Manusia harus sadar bahwa tiap spesies ada masa / eranya masing masing. Sekarang hari sudah senja, sudah waktunya homo sapiens bersiap turun panggung untuk memberi tempat pada munculnya homo deus. Homo sapiens pernah menyatakan bahwa salah satu sebab kepunahan homo neanderthal, karena sifat keras kepala, terlalu fanatik dengan ajaran leluhur, tidak mau melanggar tradisi, tidak mau berubah. Bukankah sifat yang sama sekarang diperlihatkan oleh homo sapiens?.


Penutup

Bagaimana kisah tragedi nestapa homo sapiens selanjutnya?. Sangat tragis memaparkannya di sini, tetapi walaupun pahit, tetap harus diungkapkan, agar homo sapiens lebih siap menghadapi kenyataan pahit itu. Selama 10 ribu tahun terakhir, homo sapiens menciptakan tatanan masyarakat berupa stratifikasi sosial berdasarkan status sosial. Tatanan  itu masih berlaku di banyak tempat. Di masa depan, homo deus akan bertindak lebih "kejam", kepada homo sapiens, dibanding yang dilakukan homo sapiens kepada sesamanya. Di akhir abad ini atau paling lambat di awal abad XXII, manusia akan dibedakan berdasarkan biologi. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dalam imajinasi terliar sekalipun dari homo sapiens. Perbedaan itu bakal menjadi cadeau ( kado ) terpahit sepanjang karir homo sapiens selama 200.000 tahun dan tragisnya, hadiah itu diterima di penghujung karirnya sebagai mahluk VVIP di muka bumi.

Comments

Popular Posts