PADANG RUMPUT AFRIKA : LABORATORIUM ILMU PERILAKU


Prolog

Dalam pengertian konvensional,  ilmu perilaku manusia digolongkan ke dalam rumpun ilmu ilmu sosial. Jika dipelajari lebih dalam, riset riset dan publikasi publikasi ilmiah dari beberapa dekade terakhir, ada kecenderungan bahwa perilaku manusia tidak mungkin dapat dipahami secara komphrehensif hanya dengan penjelasan dari rumpun ilmu ilmu sosial. Perilaku manusia ditentukan / dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bentang alam ekosistem, termasuk flora, fauna, mikro organisme, genetika, mekanisme kerja jaringan saraf. Ilmu ilmu yang diperlukan untuk membantu memberi penjelasan tentang perilaku manusia juga lebih banyak dan bersifat lintas disiplin, seperti anatomi, neuro sains, mikro biologi, mikro elektronika, genetika, komputasi, cybernetic, di samping ilmu ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi, paleo antropologi, arkeologi.

Perilaku manusia merupakan fenomena yang menarik dipelajari dan diungkapkan. Masih banyak perilaku manusia yang masih berupa misteri, belum dapat dijelaskan secara memuaskan. Untuk memuaskan hasrat rasa ingin tahu, biasanya orang berpaling ke area teleologis, mitologi yang justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan kritis dari pada jawaban yang logis dan dapat diuji secara empirik. Misalnya pertanyaan  tentang sifat sifat dasar manusia,  diantaranya, mengapa manusia cenderung bersifat agresif, tetapi juga filantropi dan sejak kapan sifat sifat itu muncul pada manusia?. Pada momen tertentu manusia merasa sedih, sering diikuti dengan keluarnya air mata. Mengapa manusia dapat merasa sedih, sejak kapan manusia memiliki rasa sedih, iba melihat adegan orang yang sedang menderita. Sejak kapan dan bagaimana proses pembentukan sifat sifat yang sekarang disebut sifat dasar kemanusiaan. Bagaimana awal proses pembentukan struktur dan jaringan sosial, jaringan kerjasama dalam satu kelompok atau antar kelompok. Masih banyak lagi pertanyaan mendasar yang dapat diajukan.  Salah satu pertanyaan yang akan dibahas lebih mendalam pada tulisan ini adalah mengapa manusia cenderung paranoid, serba takut kehilangan atas apa saja yang dirasa sebagai miliknya. Pertanyaan lain akan dibahas pada kesempatan. berikutnya. Rasa takut itu mendorong manusia berusaha keras mempertahankan apa yang sudah diraih, tidak ingin melepaskan atau memberikan kesempatan pada orang lain untuk memilikinya. Untuk mempertahankan kepemilikannya, manusia membentuk kelompok / faksi, merancang intrik, konspirasi. 

Kuat dugaan bahwa sifat sifat itu tidak muncul seketika atau muncul bersamaan dengan terbentuknya peradaban pertanian dan perkotaan, tetapi jauh lebih awal, ketika manusia masih mengembangkan cara hidup berburu dan pengumpul makanan. Jika dugaan ini benar, maka konsekuensi logis berikutnya, pandangan / pengamatan sistematis dan detail harus difokuskan di padang rumput / savana, lembah,  jurang / ngarai Olduvai Gorge, lembah sungai Omo, tepian danau Tanganyika,  tepian danau Turkana, wilayah perbukitan yang membentang mulai dari wajah negara Ethiopia, Kenya, Tanzania di kawasan Afrika Timur. Kawasan itu dikenal sebagai rekahan besar ( great rift ) Afrika. Di tempat tempat itu terdapat bukti bukti fisik otentik ( fosil dan perkakas batu yang sudah dipastikan dibuat oleh tangan manusia purba ). Fosil dari berbagai jenis ordo primat, famili kera besar, genus homo dan spesies manusia ditemukan di berbagai endapan dan formasi batuan geologis. Jika ingin mempelajari sosok mahluk yang disebut manusia termasuk pembentukan sifat sifat dasarnya, maka wilayah rekahan besar Afrika adalah kandidat terbaik untuk  lokasi penelitian tersebut. Berhubung wilayah itu meliputi area yang sangat luas, mencakup beberapa tipe  biome dan ekosistem, maka setelah menentukan lokasi penelitian, maka langkah berikutnya adalah memilih satu tipe bentang alam ekosistem sebagai fokus daerah penelitian. Dari pemindaian secara cepat, dipilih ekosistem padang rumput / savana. Dasar pemilihan ekosistem padang rumput, disebabkan karena di sana terjadi interaksi intensif antara manusia dengan flora dan fauna, khususnya yang tergolong ke dalam kelas mamalia. Dari temuan fosil dan artefak, para ahli menyimpulkan bahwa padang rumput Afrika Timur adalah lokasi tempat berlangsungnya drama perjalanan evolusi manusia, tempat pembentukan sifat sifat dasar kemanusiaan. Dengan kata lain, padang rumput Afrika Timur adalah laboratorium alam berskala giga yang dapat mengungkapkan banyak kisah / misteri kehidupan leluhur kita. Berbagai fenomena perilaku manusia masa kini ternyata berakar di sana dan bukti rekaman jejaknya tersimpan rapi yang masih dapat ditelusuri dan " dibaca " sampai masa kini. 

Postulat Yang Digunakan

Postulat berfungsi sebagai landasan dalam membangun logika penalaran dan argumentasi. Tulisan ini menggunakan postulat sebagai berikut : 

1. Alam adalah penyimpan jejak terbaik. Setiap peristiwa / fenomena alam meninggalkan jejak yang dapat diamati oleh alat dria dan peralatan instrumentasi.
2. Jejak berbagai fenomena alam berupa artrfak, ekofak, feature merupakan bukti fisik otentik yang bersifat objektif. 
3. Sekalipun bersifat objektif, semua jejak itu bukan merupakan bukti langsung dan tidak dapat dianggap sebagai fosil perilaku, karena perilaku manusia masa lalu tidak dapat diamati.  Sebagai konsekuensi logis dari pernyataan di atas, maka bukti bukti tersebut masih harus ditafsirkan.
4. Kemampuan dan level keterampilan suatu perilaku tidak muncul tiba tiba, melainkan tumbuh melalui proses evolusi.
5. Proses perubahan yang terjadi di alam berlangsung melalui mekanisme determinisme, acak dan gabungan ke duanya.

Manusia Sebagai Pendatang Baru

Berdasarkan bukti bukti fosil tulang belulang, manusia sebagai mahluk berjalan tegak dengan dua kaki, mulai muncul di muka bumi antara 2 - 3 juta tahun lalu di padang rumput Afrika Timur. Mahluk yang berjalan tegak dengan dua kaki adalah definisi manusia yang berbasiskan anatomi dan merupakan definisi yang paling tangguh dalam memerikan sosok manusia. Selain itu manusia didefinisikan sebagai mahluk yang membuat dan menggunakan peralatan / perkakas ( definisi berbasiskan kultural ). Di dalam sistem taksonomi yang diciptakan oleh C Linaeus, manusia tergolong ke dalam kelas mamalia ( binatang menyusui ), ordo primat ( mahluk yang berjalan dengan 4 kaki dan mata menghadap ke depan ), famili kera besar dan genus homo ( hominid ). Semua mahluk homo sudah berjalan tegak dan memiliki kapasitas otak antara 900 - 1400 cc. Berdasarkan temuan fosil genus homo, ada 6 jenis spesies yang pernah jadi penghuni bumi yaitu homo neanderthal, homo luzonensis, homo denisova, homo floresiensis, homo erectus dan homo sapiens ( manusia modern ). Lima spesies telah punah sejak 50.000 - 30.000 tahun lalu dan yang tersisa hanya homo sapiens. Kepunahan lima spesies yang merupakan sepupu kita itu disebabkan karena perubahan iklim dan dibantai oleh homo sapiens. Tiga puluh ribu tahun hidup sebagai pemain tunggal dalam genus homo, membuat kita lupa akan keberadaan spesies lain yang pernah hidup berdampingan dengan kita. Homo sapiens merasa sebagai mahluk VVIP ( Very Very Importan Person ) di alam, memiliki posisi unik , istimewa, penguasa bumi. Eksistensinya di bumi dijadikan tolok ukur usia alam semesta. Kalau manusia punah, maka alam juga harus punah ( kiamat ). Manusia lupa bahwa dia hanya pendatang terbaru, jauh sebelum dirinya muncul di bumi sudah tidak terhitung spesies yang muncul dan punah. Bukti geologis, memberi petunjuk, bahwa sebelum kehadiran manusia, sudah terjadi 5 kepunahan masal mahluk hidup di bumi, tetapi kehidupan tetap berlangsung. Tidak ada peristiwa katastropis ( bencana geologis,  hidro klimat ) yang dapat nemusnahkan kehidupan di bumi. Kehidupan akan selalu menemukan jalannya untuk melanjutkan eksistensinya. Kalau di masa depan homo sapiens punah, kehidupan akan jalan terus. Posisi homo sapiens akan digantikan oleh mahluk baru yang sudah antri di belakang panggung, untuk mengambil alih posisi yang ditinggalkannya 

Manusia Sebagai Pecundang Di Padang Rumput Arena Perburuan 

Berdasarkan bukti temuan artefak kapak batu, manusia sudah melengkapi dirinya dengan perkakas sejak 2 juta tahun lalu. Walaupun sudah berjalan tegak dengan dua kaki, memiliki volume otak 900 - 1400 cc  dan mampu membuat peralatan, selama 1,9 juta tahun lalu, manusia adalah sosok lemah. Sampai 100.000 tahun lalu, kehadirannya di padang rumput Afrika tidak dianggap oleh hewan lain, statusnya tidak lebih dari pecundang, hanya mampu jadi penonton di arena perburuan. Posisimya dalam.piramida mata rantai makanan berada 3 atau 4 level di bawah sang raja ( pemuncak ) yaitu singa. Manusia menyaksikan keperkasaan singa selaku predator dalam mengejar hewan buruan ( kancil, kijang, antelop, zebra ). Setelah berada dalam jarak jangkau, dalam satu kali lompatan panjang, singa menerkam buruannya dan segera dengan kukunya yang kuat, tajam, mencabik tubuh hewan malang itu. Setelah puas menyantap korbannya, singa meninggalkan sisa bangkai yang masih cukup banyak. 

Manusia mengendap endap mendekati bangkai kijang. Tiba tiba gerakannya terhenti karena sekelompok hyena segera muncul dan segera menyantap bangkai yang ditinggalkan singa. Manusia tidak memiliki keberanian menghadapi hyena. Manusia jerih membayangkan hyena memiliki formasi menyerang lawan yang mematikan. Hasil penelitian yang tekun, cermat selama bertahun tahun tentang kehidupan hyena oleh Sarah Benson telah memberi tahu kita tentang hal itu. Sarah Benson telah berhasil membangun reputasi sebagai pakar hyena terbaik. Hasil penelitiannya telah menginspirasi pakar software komputer mendesain program canggih berdasarkan aneka ragam formasi menyerang ala hyena. Setelah kawanan hyena pergi meninggalkan sisa yang tinggal sedikit, manusia dengan berhati hati melanjutkan aksinya mendekati bangkai itu. Geraknya terhenti untuk ke dua kalinya, karena muncul kawanan serigala yang segera menyantap sisa bangkai. Manusia tidak punya nyali menghadapi gerombolan serigala dan hanya mampu menyaksikan pesta yang mendekati babak akhir. Setelah kawanan serigala menyelesaikan acara santapannya, manusia masih berharap dapat mengkais kais sisa yang masih tertinggal. Sungguh mengenaskan melihat kondisi manusia saat itu. Urutan keempat pun masih tidak mampu dicapainya, karena masih kalah bersaing dengan burung burung besar pemakan bangkai. Rentang sayap sepanjang 2 meter lebih ditambah cakar tajam dan kuat membuat manusia kembali mengalah untuk kesekian kali. Akhirnya manusia hanya mendapat kumpulan tulang dengan sisa daging yang tidak berarti. Dari pada pulang tanpa hasil sama sekali, dengan perasaankecewa dan  tertekan, manusia memungut kumpulan tulang dan membawanya ke gua huniannya. 

Makanan Yang Mengubah Nasib Manusia

Beberapa orang yang pulang berburu, dengan kesal memecahkan tulang tulang itu dengan kapak genggam dan kapak penetaknya. Segera keluar cairan kental seperti agar agar / gel berwarna putih yang hari ini kita sebut sebagai sum sum tulang. Mereka segera menyedot sum sum itu yang kemudian menjadi santapan favorit. Dengan bantuan api yang sudah berhasil dikendalikannya sejak 500.000 tahun lalu, sum sum tulang menunjukkan keampuhannya sebagai makanan istimewa yang tidak dinikmati oleh predator sejati. Sum sum tulang telah berperan penting dalam memperbesar volume otak, membentuk jaringan saraf yang rumit, koordinasi harmonis antara senyawa kimia, impuls listrik, gerak otot dan persendian, menghadirkan kemampuan triratna ( tiga berlian ) yaitu kognitive, sensorik dan motorik secara simultan. Perkembangan yang cenderung acak, telah menimbulkan apa  yang disebut oleh  Yuval Noah Harari, seorang pakar sejarah peradaban kelas wahid, sebagai loncatan dalam proses evolusi manusia yaitu revolusi kognitif. Revolusi kognitiv telah membuat manusia mampu berimajinasi tanpa batas dan membangun relasi kerja sama tanpa batas. Dalam waktu 30.000 tahun yang tergolong singkat menurut skala waktu geologis dan proses evolusi, manusia menjelma menjadi sosok kera besar yang pintar, jauh meninggalkan mahluk lain. Munculnya Revolusi kognitif pada 70.000 tahun lalu benar benar telah mengubah arah lintasan proses evolusi manusia selanjutnya. Manusia segera mengembangkan jaringan kerjasama dalam kelompok dan antar kelompok, mengembangkan bahasa lisan, aneka ragam peralatan. Imajinasinya tumbuh pesat, menciptakan gagasan gagasan abstrak. Semua perubahan itu terekam dalam berbagai temuan artefak, ekofak, feature yang ditemukan melalui kegiatan ekskavasi yang dilakukan oleh ahli arkeologi secara cermat dan sistematis. Temuan itu dianalisis, diinterpretasikan dan memberikan gambaran jelas tentang drama yang berlangsung di padang rumput Afrika Timur.

Kudeta Dramatis di Padang Rumput dan Piramida Rantai Makanan

Revolusi kognitive yang terjadi 70.000 tahun lalu telah mengubah konstelasi peta kekuatan di padang rumput Afrika. Hanya dalam hitungan waktu puluhan ribu tahun, kemampuan manusia meningkat drastis dari posisi terbawah di dalam piramida mata rantai makanan melompat ke posisi puncak. Manusia tidak lagi pecundang tetapi sudah menjadi raja di padang rumput. Satu persatu berbagai jenis spesies mamalia roboh di tangannya, bahkan mamalia besar pun seperti sapi, kerbau, banteng,  zebra, kuda,  tidak luput dari sasaran buruannya. Singa yang di masa sebelumnya menepati tahta di puncak piramida tidak dapat mempertahankan posisinya, bahkan cenderung menghindar jika berpapasan dengan sang raja baru. Singa mendapatkan posisi sebagai raja padang savana melalui proses adaptasi dan evolusi selama jutaan tahun untuk mengembangkan kemampuan mematikan lawan secara fatal. Demikian juga dengan macan tutul, hyena dan serigala. Waktu yang demikian panjang memberikan kesempatan yang cukup bagi hewan hewan yang menjadi mangsa untuk juga berevolusi mengembangkan kemampuan berlari kencang, kegesitan dan kelincahan bermanuver untuk menghindari terkaman singa dan predator lainnya. Walaupun terjadi peningkatan daya bunuh pada Singa, tetapi diimbangi dengan kemampuan lari cepat dan kegesitan serta  kelincahan bergerak pada kancil, kijang, antelop. Dengan demikian mekanisme homeostatis sebagai regulator keseimbangan ekosistem padang rumput tetap terpelihara.  Jumlah hewan hewan yang dijadikan mangsa,  tetap seimbang dengan jumlah populasi hewan predator.  Sementara manusia membutuhkan waktu hanya beberapa puluh ribu tahun untuk mengembangkan kemampuan daya bunuhnya. Hewan hewan yang menjadi mangsanya tidak punya cukup waktu untuk mengembangkan kemampuan tandingan dalam merespon aksi manusia. Mamalia besar dan hewan hewan yang lebih kecil berguguran di bantai oleh sang " kera besar yang pintar ". Para korban itu gagap, gugup, bingung menghadapi predator baru dengan teknik membunuh yang masih asing bagi mereka. Tidak butuh waktu lama untuk mengacaukan kondisi keseimbangan di ekosistem padang rumput. Populasi mamalia besar dan kecil menyusut drastis. Jumlah populasi  predator masa lalu juga menyusut tajam. Organisasi perburuan, teknik berburu yang beraneka ragam, dan peralatan berburu yang tergolong baru dan asing misalnya tombak, panah, alat pelontar ( bandring), lubang ranjau / jebakan, kobaran api yang yang mengurung dan mempersempit ruang gerak kawanan hewan buruan, formasi kepungan yang rapat, tali jerat berkontribusi penting terhadap perubahan peta perimbangan kekuatan di ekosistem padang rumput. 

Raja Baru Yang Tidak Percaya Diri

Ternyata bukan hewan buruan saja yang tidak siap merespon kondisi baru. Bahkan manusia selaku predator dan dan penguasa baru pun tidak siap menerima kenyataan tersebut. 
Manusia sebagai penghuni puncak piramida mata rantai makanan masih tidak percaya dengan pencapaiannya. Dia diliputi perasaan galau, bingung, gamang akan situasi dan kondisi baru, akibat terlalu cepat menanjak ke puncak, melewati 4 atau 5 anak tangga dalam waktu singkat. Akibatnya manusia tidak memiliki kematangan emosional, kedewasasn mental dan tuna rasa percaya diri. Berbeda dengan raja sebelumnya yang meraih posisinya secara bertahap perlahan lahan, selalu tampil percaya diri dalam menghadapi siapapun. Kehadiran manusia sebagai penguasa padang rumput memang telah menyingkirkan singa sebagai penguasa, dan cenderung menghindari berpapasan dengan manusia. Walaupun demikian masih tersisa rasa percaya dirinya. Kalau singa terlalu dipojokkan, dia akan tampil garang, berhadapan dengan manusia sekalipun. 

Indikasi dari tidak adanya rasa percaya diri pada manusia adalah munculnya perasaan serba takut dan menjadi paranoid. Manusia begitu ketakutan akan kehilangan kekuasaan, kekuatan, pengaruh, wibawa, harta benda dan cenderung berusaha sekuat tenaga mempertahankan selamanya apa yang sudah digenggamnya. Manusia cenderung merasa selalu serba kekurangan, tidak pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak mau berbagi atau menyisakan bagian untuk orang lain. Singa dan serigala selalu mengambil secukupnya lalu membiarkan para pesaing lain mengambil jatah atau giliran berikutnya. Untuk mempertahankan kekuasaannya manusia membentuk faksi, basis dan sayap kekuasaan, membuat intrik, merancang konspirasi / persekongkolan abadi dengan para elit militer, elit politik, elit ekonomi, elit intelektual, elit agama. Tindakan berikutnya menebar ancaman, intimidasi kepada siapapun yang dianggap memiliki potensi untuk mengancam status quo penguasa. Sepak terjangnya selalu berlebihan, ( show of force ) , pamer segala atribut / simbol kekuasaan. Semua perilaku penguasa itu menunjukkan bahwa dirinya adalah penguasa karbitan. Penguasa jenis ini dapat bertindak dua kali lipat lebih kejam dari penguasa yang naik secara perlahan. Indikasinya terlihat pada sebaran onggokan tulang belulang mamalia besar di berbagai situs arkeologi, seperti stegodon, harimau taring, mastodon, mamouth yang habis ditumpas oleh manusia sejak 13.000 tahun lalu. Tanpa kenal ampun,  semua hewan bertubuh raksasa di darat dihabisi, tidak tersisa seekorpun. Sementara mamalia besar yang hidup di air  seperti hiu, lumba lumba, paus biru tinggal menunggu waktu untuk ditumpas habis. 

Epilog ( Pelajaran Penting Dari Padang Rumput Afrika )

Pada suatu sore yang cerah, seseorang berdiri di tepi puncak perbukitan yang menghadap ke lembah / jurang Olduvai Gorge yang legendaris. Di puncak bukit itu angin bertiup kencang menderu deru menerbangkan debu. Pemandu wisata sudah memberi kode, sudah waktunya meninggalkan tempat itu. Orang itu minta waktu sejenak untuk merenung, menerbangkan ingatan membayangkan suasana di dasar jurang pada 70 tahun lalu. Di ufuk horizon dari posisi ketinggian, terbentang padang rumput tempat berlangsungnya drama suksesi kekuasaan di sana pada puluhan ribu tahun lalu.

1950 an di dasar jurang berdiri beberapa kemah yang ditempati sekelompok kecil penduduk lokal, dipimpin oleh peneliti asal Inggris yang punya nama besar. Louis B S Leakey, istrinya Mary Leakey dan 3 orang putra mereka yang masih kanak kanak, di antaranya Richard Leakey. Richard kecil selalu ikut orang tuanya meneliti manusia purba di Afrika Timur, dan tidak menjalani pendidikan formal, melainkan belajar langsung kepada orang tuanya di perkemahan. Walaupun tidak menempuh pendidikan formal dan tidak bergelar doktor, Richard berhasil membangun reputasi dirinya sendiri setara ayah dan ibunya sebagai pakar terkemuka di bidangnya, pernah menjabat direktur Taman Nasional Kenya, negeri yang dipilihnya sebagai negaranya. Berkat upaya keluarga ini banyak rahasia masa lalu manusia terungkap.

Padang rumput Afrika Timur telah banyak menyimpan kepingan kepingan pengetahuan tentang manusia di tahap awal perkembangannya. Di sana dibentuk sifat sifat dasar manusia sebagaimana yang tampak pada masa kini. Sebagai penutup sesi pelajaran tentang munculnya sifat paranoid pada manusia, padang rumput Afrika membisiki satu pelajaran penting. Planet bumi hanya satu, sementara satu spesies ( homo sapiens ) sudah berjumlah hampir 8 milyar jiwa. Jumlah itu belum terhitung ada jutaan spesies flora, fauna dan mikro organisme hidup berdesakan di planet mungil ini. Sementara para ahli ekologi dan biologi sudah membentangkan bagaimana jalinan rumit relasi antar spesies di planet ini. Mereka dengan tegas mengatakan bahwa di alam tidak ada spesies yang dapat bertahan hidup tanpa ditopang oleh spesies lain. Untuk mempertahankan eksistensinya di alam, setiap mahluk hanya punya satu satunya pilihan, yaitu memiliki relasi yang baik dengan mahluk lain dalam satu spesies dan antar spesies. Untuk dapat membangun relasi yang baik dengan mahluk lain, caranya hanya satu dan satu satunya yaitu mau berbagi dan berbuat baik dengan mahluk lain. Berbagi dalam banyak hal dan berbuat baik adalah keharusan, bukan pilihan. Turunnya matahari di ufuk Barat menyadarkan rombongan kecil itu untuk segera meninggalkan tempat yang luar biasa ini. Sambil menoleh ke arah padang rumput untuk terakhir kalinya, orang asing itu bergumam, selamat tinggal padang rumput Afrika yang telah menyimpan drama kehidupan manusia pada masa awal kemunculannya dan mengungkapkannya kepada anak keturunan para aktor pelakunya. 













Comments

Popular Posts