PEMERINGKATAN ( RANKING ) : ARTI, MAKNA DAN DASAR FILOSOFINYA

 

Prolog

Akhir akhir ini, di kalangan akademik banyak diperbincangkan soal peringkat universitas universitas di Indonesia menurut suatu lembaga tertentu. Salah satu lembaga dimaksud adalah Quacquarelli Symonds (QS ). QS menempatkan 3 universitas terkemuka di Indonesia , Universitas Indonesia ( UI ),  Universitas Gadjah Mada ( UGM ) dan Institut Teknologi Bandung (ITB ), dalam 500 -1000 Universitas terkemuka di dunia. Biasanya yang diperdebatkan adalah dasar kriteria pemeringkatan, indikator dan parameter yang digunakan serta reliabilitas dan validitas instrumen ( alat ukur ) yang digunakan untuk menyusun ranking tersebut. Beberapa lembaga sejenis juga membuat daftar peringkat yang sama, tetapi dengan hasil berbeda. Lembaga lembaga yang membuat daftar peringkat tersebut antara lain Academica Ranking  of World University ( ARWU ), The Higher Education Round University Ranking ( RUR).

Adanya beberapa versi hasil penyusunan ranking universitas tersebut menambah ramainya perbincangan soal tersebut. Perdebatan itu umumnya berkisar pada persoalan metode yang digunakan, tidak ada satupun yang menelaah persoalan pemeringkatan itu sampai pada persoalan yang lebih mendasar, pada tataran filosofis. Kondisi ini mungkin disebabkan karena ilmuwan atau pakar keilmuan di Indonesia sedikit sekali yang memiliki dasar pengetahuan filsafat keilmuan yang baik. Tulisan ini dimaksudkan untuk mengisi celah kosong yang sepi dari pembahasan para pakar. Dengan memahami akar persoalan, asal usul dan dasar filsafat yang melandasi berbagai metode pengukuran yang dikenal, diharapkan diskusi yang berkembang jadi lebih terarah. Dengan demikian,  perdebatan yang  berkembang tidak hanya di level permukaan, tetapi dapat menukik sampai ke dasar filsafat ilmu. 

 

Klasifikasi

Pada dasarnya, setiap pemeringkatan sesuatu adalah hasil pengukuran. Salah satu kegiatan dasar seorang ilmuwan adalah melakukan pengukuran. Tanpa pengukuran tidak akan terjadi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Kemajuan ilmu pengetahuan berhubungan erat sekali dengan ketelitian dan ketepatan  alat pengukuran. Oleh karena itu penting sekali dipahami hakekat pengukuran. Pemahaman ini dimulai dari konsep klasifikasi. Konsep ini lahir dari adanya asumsi dasar di dalam ilmu pengetahuan tentang fenomena alam. Di alam semesta terdapat persamaan  dan perbedaan. Konsep dan metode klasifikasi ( taxonomy )dalam ilmu pengetahuan modern pertama kali diciptakan oleh ahli biologi C Linnaeus. Berkat sistem taksonomi tersebut ilmu pengetahuan berkembang pesat. Dari sistem klasifikasi yang sederhana ditingkatkan setahap demi setahap sampai pada skala pengukuran yang sepenuhnya.

Contoh yang dikemukakan adalah prosedur pengukuran yang prosesnya telah disempurnakan oleh para ahli, misalnya temperatur. Klasifikasi yang digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti panas sekali - panas - hangat- sejuk - dingin - dingin sekali, mungkin saja cukup memadai untuk keperluan tersebut. Klasifikasi di atas masih kasar, tidak memadai, tidak memiliki makna  jika digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu.

Agar suatu klasifikasi mempunyai makna, beberapa syarat harus dipenuhi. Syarat pertama, klasifikasi tersebut harus mampu menampung semua unit ke dalam salah satu dari kelas kelas tersebut. Syarat kedua adalah bahwa tidak ada satupun unit yang dapat dimasukkan ke dalam lebih dari  satu kelas. Syarat pertama memiliki prinsip bahwa semua harus tercakup, dan syarat ke dua memiliki prinsip saling menidakkan. Kedua persyaratan itu memungkinkan kita mereduksi objek yang berjumlah banyak menjadi kelas kelas yang berjumlah relatif sedikit. Suatu sistem klasifikasi dapat dibuat menjadi lebih kasar atau lebih terperinci, tergantung kepada tujuan pembuatan klasifikasi. Untuk memutuskan pilihan jenis obat antibiotik berikut dosis dan durasi pemaparannya, dibutuhkan sistem klasifikasi penyakit yang lebih rinci dibandingkan dengan keperluan untuk memutuskan penggunaan obat penenang. Untuk memahami perkembangan dan peranan pengukuran dalam ilmu modern, perlu dijelaskan konsep konsep pengembangan dan penyempurnaan sistem klasifikasi.

 

Penataan Sebagian ( Partial Order )

Tugas ilmuwan adalah mencoba membandingkan  berbagai objek  dari golongan yang berbeda. Sebagai Contoh, benda A lebih besar dari benda B, maka benda B tidak boleh lebih besar dari benda A. Suatu hubungan yang mempertautkan dua kelas berbeda yang diekspresikan dalam suatu bentuk penjelasan yang menyatakan bahwa A lebih dari B, maka dalam contoh ini, B tidak boleh mempunyai hubungan yang sama terhadap A. Sifat ini disebut asimetri.

Persyaratan asimetri dikenakan pada perbandingan dua objek yang berbeda kelas. Pada perbandingan yang melibatkan lebih dari dua objek, dibutuhkan persyaratan lain. Sebagai misal, A lebih besar dari B dan B lebih besar dari C, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa A lebih besar dari C. Sifat ini disebut transitif. Suatu hubungan yang memenuhi persyaratan dan bersifat asimetris dan transitf, disebut sebagai penataan sebagian.

Persyaratan asimetris lebih mudah diperiksa, tetapi persyaratan transitf lebih rumit. Suatu hubungan penataan sebagian tampaknya memenuhi persyaratan asimetris dan transitf, tetapi ternyata tidak transitf. Dalam sebuah kompetisi sepak bola yang diikuti oleh 20 kesebelasan, biasanya orang tergoda untuk mengurutkan peringkat kemampuan suatu kesebelasan berdasarkan asumsi tertentu. Kesebelasan A mengalahkan kesebelasan B dan kesebelasan B mengalahkan kesebelasan C. Hasil ini tidak berarti otomatis bahwa kesebelasan A pasti dapat mengalahkan kesebelasan C. Masalah lain yang sering terjadi pada penataan sebagian adalah penataan para anggota menurut kategori lebih dari satu. Misalnya kita mengurutkan sekelompok pegawai berdasarkan ciri atribut umur dan senioritas ( durasi  masa kerja ). Seseorang akan diurutkan lebih dulu berdasarkan usia yang lebih tua dan lebih senior. Dalam hal ini telah tercapai persyaratan penataan sebagian.

Jika A lebih tua dari B dan A lebih senior dari B, maka B tidak mungkin lebih tua dan lebih senior dari A ( memenuhi persyaratan asimetris ). Jika A lebih tua dan lebih senior dari B dan  B lebih tua dan lebih senior dari C, maka A pasti lebih tua dan lebih senior dari C ( memenuhi persyaratan transitif ). Persoalannya, tidak mungkin membandingkan seluruh pegawai berdasarkan umur dan senioritas. Seorang pegawai yang telah berumur 60 tahun dan telah bekerja selama 30 tahun, tidak dapat dibandingkan dengan pegawai yang baru berumur 55 tahun tetapi telah bekerja selama 35 tahun. Untuk memperkuat konsep penataan sebagian, pasangan  kriteria yang tidak dapat dibandingkan harus dikeluarkan dari sistem klasifikasi atau menyempurnakan konsep tersebut. 


Penataan Sederhana ( Simple Order )

Persyaratan yang ingin ditambahkan kepada persyaratan terdahulu adalah jika terdapat dua objek dari golongan yang berbeda, maka harus dapat ditentukan mana yang dapat diletakkan lebih dulu dari yang lain. Oleh karena persyaratan klasifikasi menetapkan bahwa 2 golongan yang berbeda tidak boleh berada pada tingkatan yang sama, maka penggolongannya  harus merupakan garis lurus, tanpa cabang. Penguatan seperti ini disebut penataan sederhana, yang memiliki ciri ciri asimetris, transitif dan dua golongan yang berbeda, yang manapun dapat dibandingkan satu sama lain. Kebanyakan penataan sebagian dapat dibentuk menjadi penataan sederhana, karena ada kecenderungan tertentu dalam menentukan dasar penataan kelas. Konsep tinggi tubuh dan umur manusia adalah contoh, bagaimana kita punya kecenderungan tertentu ( intuisi ) dalam mengurutkan dari yang termuda ke yang tertua dan dari yang terpendek ke yang tertinggi. Contoh yang lebih rumit adalah soal warna. Suatu klasifikasi warna mengikuti pembiasan / penguraian warna oleh kaca  prisma, dimulai dari merah - oranye -  kuning - hijau - biru  - violet adalah hal yang wajar. Untuk mengurutkan susunan warna warna itu dibutuhkan uraian mendalam tentang konsep gelombang elektromagnetik, frekuensi, panjang gelombang,  sebelum sampai pada kemungkinan untuk mengurutkan warna warna itu.

Masalah yang lebih rumit lagi adalah menyederhanakan suatu penataan sebagian yang didasarkan pada dua atau tiga kriteria, menjadi suatu penataan sederhana. Misalnya dalam kasus kepegawaian yang memiliki kriteria umur dan senioritas. Masalah ini dapat disimpulkan menjadi satu pertanyaan " Apakah hubungan antara satu tahun umur dengan satu tahun senioritas?". Misalnya ditetapkan bahwa satu tahun senioritas adalah sama dengan dua tahun umur. Maka seseorang yang lima tahun lebih tua, namun lima tahun kurang senior dibandingkan dengan orang ke dua, akan diletakkan di belakang orang ke dua tersebut.

Ada banyak cara dan formula yang dapat digunakan untuk mengubah penataan sebagian menjadi penataan sederhana. Begitu banyaknya cara tersebut ( tidak terhingga ), justru menimbulkan kesulitan tersendiri. Jika ada seorang ilmuwan mengatakan bahwa dia tidak dapat membuat penataan sederhana, berarti dia menghadapi kemungkinan yang terlalu banyak dalam melaksanakannya.

 

Skala Bilangan ( Numerical Scale )

Konsep pengukuran memiliki hubungan yang erat dengan konsep bilangan. Skala bilangan merupakan bilangan nyata yang diterapkan pada objek yang sedang dikaji. Sebagian besar orang membuat penataan sederhana lebih dahulu, sebelum menerapkan bilangan. Masalahnya bagaimana cara menetapkan bilangan kepada unsur unsur sebuah penataan sederhana. Dalam hal temperatur, dapat dilakukan dengan menggunakan kolom air raksa alat thermometer. Seseorang akan melihat bahwa suhu yang bertambah tinggi akan menyebabkan naiknya kolom air raksa. Dalam kasus ini kita menghubungkan gejala yang sebenarnya dengan suatu kejadian lain, yang memungkinkan kita menggunakan bilangan, walaupun prosedur ini tidak mudah dilaksanakan. Pertama, untuk menghubungkan panjang kolom air raksa dengan temperatur, harus ada dasar dalil yang menyatakan bahwa memang terdapat hubungan antara keduanya. Secara khusus harus ada dalil yang menyatakan bahwa kolom air raksa akan bertambah panjang dengan meningkatnya suhu, dan tidak terdapat kekecualian apapun dalam hal ini. Di sini diperlukan penataan sederhana untuk menyusun formula ini, karena tanpa penataan sederhana dari temperatur, dalil dan formula itu tidak dapat dinyatakan. Dengan kata lain, tidak mungkin tercipta suatu skala bilangan tanpa didahului oleh adanya penataan sederhana. Kedua, terdapat benda benda lain yang dapat digunakan sebagai skala pengukuran. Semua logam ternyata memanjang ( memuai ) jika dipanaskan dan panjang logam sebenarnya juga dapat digunakan sebagai skala pengukuran temperatur. Skala pengukuran temperatur yang berdasarkan pemanjangan air raksa berbeda dengan skala pengukuran yang berdasarkan pemanjangan logam. Para ilmuwan harus memiliki informasi bahwa skala air raksa lebih baik dari skala logam. Secara khusus terdapat dugaan bahwa pemuaian air raksa memiliki hubungan sebab akibat yang lebih sederhana dengan temperatur dibandingkan dengan pemuaian logam. Dalam hal ini para ilmuwan menggunakan prinsip yang terkenal di dalam dunia keilmuan yaitu prinsip parsimoni. Prinsip ini mengatakan jika ada dua atau lebih penjelasan yang sama baiknya untuk menjelaskan suatu fenomena, maka penjelasan yang paling sederhana, dianggap paling baik. Jika ada beberapa skala pengukuran temperatur seperti Celcius , Reamur, Fahrenheit dan Kelvin, pada dasarnya sama. Perbedaannya bukan pada hal yang mendasar, melainkan pada cara menempatkan titik nol ( 0 ). Pemilihan suatu skala pengukuran dari beberapa skala pengukuran yang tersedia, diambil berdasarkan kesederhanaan dan kegunaan.

Berbagai alat ukur konvensional dan digital.



 

Sering dikatakan bahwa ada bidang bidang keilmuan yang yang tidak dapat diterapkan skala pengukuran dengan  bilangan seperti yang telah diuraikan di atas. Pada dasarnya hal itu memang benar.

Banyak pengukuran dalam bidang ini yang bersifat ditetapkan begitu saja dan mempunyai  kemungkinan kecil untuk berguna. Harus ditemukan suatu pengukuran yang sederhana dan berguna. Dalam hal temperatur, dasar pengukuran terletak pada hukum panas dan penilaian yang sederhana yang diterapkan pada skala pengukuran. Kita tidak dapat mengharapkan suatu dasar pengukuran berbagai indeks psikologis atau sikap dan perilaku sosiologis, sebelum para ahli di bidang tersebut berhasil membuat sebuah rumus yang sederhana yang mendasari pengukuran itu. Sebenarnya dalam hal dan batas tertentu, penataan sederhana sama bergunanya dengan skala bilangan. Pendapat ini tidak sahih jika dimaksudkan untuk membentuk teori keilmuan yang kokoh, tetapi untuk deskripsi mengenai hasil eksperimen dan klasifikasi dari suatu objek, maka penataan sederhana sudah melakukan peran yang dilakukan skala bilangan. Jika sebagian besar tujuan kegunaan skala bilangan sudah dimiliki oleh penataan sederhana, tetapi mengapa para ilmuwan lebih cenderung menyukai skala bilangan?. Jawabannya terletak pada perumusan teori. Suatu teori tidak ada gunanya, jika tidak dapat dijabarkan secara deduktif, konsekuensi konsekuensi logisnya dalam bentuk ramalan ramalan yang akan diuji pada fakta empiris. Deduksi hipotesis pada dasarnya adalah proses matematis, dimana bentuk teori  akan menentukan bentuk matematika yang digunakan. Teori yang menggunakan skala bilangan, memungkinkan untuk menggunakan matematika yang kuat yang diambil dari kalkulus. Sebuah teori yang menggunakan penataan sederhana, membutuhkan matematika yang lebih rumit. Matematika jenis ini belum terlalu lama dikembangkan, dan belum banyak dikenal oleh para ilmuwan. Ternyata bahwa alasan penggunaan skala bilangan karena secara matematis lebih mudah. Dapat diramalkan bahwa melihat kecenderungan perkembangan matematika di masa depan, penggunaan skala bilangan menjadi kurang penting dibandingkan sekarang. Pada masa itulah peranan penataan sederhan jadi lebih penting.

Semua uraian di atas menunjukkan bahwa pengukuran merupakan peran utama di dalam ilmu, karena dengan memberikan bilangan kepada berbagai objek atau fenomena alam, kita mampu mendeskripsikan dalam hukum bilangan. Fenomena ini hanya bersifat sementara, karena matematika modern dapat mengakomodasi pengukuran pada tingkat penataan sederhana. Hal ini akan memacu perkembangan ilmu sosial lebih pesat lagi. 

 

Epilog

Pemeringkatan memang penting, tetapi bukan yang paling penting. Peringkat hanya status, tidak menunjukkan mutu an sich itu sendiri. Jika level mutu yang dimiliki tinggi, otomatis status peringkat menyusul. Respek dari pihak lain datang bukan karena peringkat yang kita tempati, tetapi lebih karena mutu yang dimiliki. Universitas universitas top di Jerman tidak pernah peduli dengan urusan peringkat. Mereka fokus pada kualitas pengembangan ilmu dan teknologi. Hasilnya, semua produk bangsa Jerman mendapat respek dari semua bangsa. Ciri khas produk teknologi mereka adalah tingkat presisi super akurat, kekuatan dan daya tahan yang handal. Berbagai bangsa pergi belajar di Universitas universitas Jerman, tanpa melihat peringkatnya. 


Setiap komunitas, termasuk komunitas ilmuwan, memiliki nilai nilai dan tradisi yang terus dipelihara. Nilai nilai dan tradisi yang berlaku di komunitas ilmuwan di antaranya adalah keterbukaan, kejujuran, kesopanan, berkomunikasi dengan  bahasa yang jelas,  sistematis, logis, jauh dari caci maki dan sumpah serapah. Dunia keilmuan tidak mengenal sikap feodalistik, baik terselubung, maupun terang terangan. Kualitas pemikiran seseorang  tidak ditentukan atau tidak diletakkan berada di bawah berbagai atribut, embel embel  gelar akademis. Sebagai penutup, di sini disampaikan ucapan seorang filsuf besar nan arif bijaksana " Untuk mengecilkan atau memperpendek garis yang dibuat oleh seseorang, anda jangan menghapus sebagian atau seluruh garis tersebut. Itu adalah cara pengecut, tidak beradab dan tidak elegan. Jika anda ingin memperkecil garis yang dibuat orang lain, lakukanlah dengan cara beradab dan elegan. Anda cukup membuat sebuah garis lain yang lebih panjang , lebih besar di samping garis yang dibuat orang. Dengan cara itu, secara otomatis garis yang dibuat orang lain menjadi lebih pendek, lebih kecil dari garis yang anda buat".

 

 

Comments

Popular Posts