ARTI, MAKNA DAN NILAI PENTING ARTEFAK


Prolog

Satu minggu terakhir jagad berita di Republik dihebohkan oleh isu pemindahan artefak dari Sumatera Utara dan Sumatera Selatan ke Markas Besar Badan Riset Inovasi Nasional ( BRIN ) di Cibinong, Bogor. Istilah artefak yang sebelumnya akrab hanya di kalangan terbatas ( arkeolog ) segera menjadi trending topic. Tulisan ini membahas konsep artefak secara mendalam dan komphrehensif. Dengan demikian diharapkan masyarakat umum mendapat pemahaman yang  lebih baik tentang artefak, mulai dari landasan filosofis, termasuk nilai pentingnya.

Tulisan ini itujukan terutama kepada para pembaca awam tentang bidang arkeologi, dengan maksud memperluas wawasan tentang artefak dan relevansi mempelajarinya di masa kini. Tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan minat orang untuk mengetahui lebih banyak tentang artefak. Untuk belajar lebih detail dan luas, direkomendasikan beberapa buku sebagai pengantar, diantaranya

1. Fundamentals of Archaeology, karya Robert J Sharer  dan Wendy Ashmore.
2. Invitation to Archaeology, karya James Deetz
3. Behavioral Archaeology, karya Michael B Schieffer 
4. In the Beginning An Introduction to Archaeology, karya Brian M Fagan 


Definisi Konseptual 

Artefak didefinisikan sebagai semua benda yang sudah mendapat campur tangan manusia, baik sebagian maupun seluruhnya. Di dalam ilmu arkeologi, artefak menjadi sumber data utama, disamping ekofak, feature. Ekofak adalah benda yang tidak dibuat oleh manusia, tetapi berhubungan erat dengan kehidupan manusia, misalnya tulang hewan, padi, biji bijian. Feature adalah bekas bekas, jejak aktivitas manusia, seperti bekas galian lubang, bekas tempat pembakaran sampah. Berdasarkan fungsinya, artefak dapat diklasifikasi sebagai berikut : 

1. Artefak teknomik , yaitu kelompok artefak yang berfungsi sebagai peralatan untuk penggarapan sumberdaya alam, seperti cangkul, pahat, pisau, mata bajak, tombak dan panah. 
2. Artefak sosioteknik, yaitu kelompok artefak yang berfungsi sebagai simbol status sosial, seperti pakaian kebesaran, tahta kerajaan, lencana, tanda pangkat, mahkota.
3. Artefak Ideoteknik, yaitu kelompok artefak yang berfungsi sebagai perlengkapan upacara keagamaan / ritual, seperti kitab suci, tasbih/ rosario, tongkat pemuka agama, bendera. 

Klasifikasi artefak di atas tidak bersifat mutlak dan ketat, hanya bersifat dasar dan longgar serta fleksibel, tergantung konteks di sekitarnya saat artefak ditemukan atau di mana dia diletakkan. Suatu artefak teknomik seperti peralatan kerja atau peralatan makan, ketika ditemukan di lubang ekskavasi berasosiasi dengan rangka manusia, maka artefak tersebut dapat ditafsirkan dan diklasifikasikan sebagai artefak ideoteknik yang berfungsi sebagai bekal kubur bagi si pemiliknya. Ketika artefak itu dibeli oleh seorang kolektor barang antik, disimpan di dalam lemari kaca yang indah, dengan tata pencahayaan yang baik dan diletakkan di ruang  tamu, maka artefak itu sudah berada di kelompok artefak sosio teknik, menjadi simbol status bagi pemiliknya sebagai orang yang memiliki koleksi barang antik dan langka.





Foto 1: Keramik Cina dari masa dinasti Ming

      Sumber  :  Google







Foto  2 : Kapak perunggu 

Sumber  :  Google


Proses Pembentukan Artefak

Semua artefak melewati tahap yang sama dalam proses pembentukannya. Sebelum memulai aktivitas fisik yang mengandalkan koordinasi jaringan saraf dan gerakan otot pada tataran motorik, pasti didahului oleh kegiatan oleh pikir di otak pada level kognitif.  Pembuat mulai merancang bentuk, memilih bahan baku, bahan campuran, peralatan yang digunakan tempat pengerjaan dan sebagainya. Rancangan itu kemudian dipindahkan ( kalau sudah mengenal kertas dan alat tulis / gambar ), melalui aktivitas fisik ke alam realita. Dalam proses transformasi itu dapat saja terjadi kesalahan yang disebabkan oleh rancangan yang salah, atau kesalahan karena kurangnya koordinasi motorik pada gerakan tangan, sehingga menghasilkan produk cacat ( defect ). Produk gagal ini biasanya tidak digunakan, masuk kategori barang apkir, dibuang, kemudian ditemukan oleh arkeolog.  Bagi arkeolog, nilai artefak tersebut sama dengan artefak normal, karena dapat menggambarkan proses pembuatan yang tidak berhasil. Proses Pembentukan artefak juga melalui proses uji coba /  trial and error dan pasti diwarnai oleh kegagalan. Hasil pengerjaan terwujud dalam bentuk fisik yang sana dengan rancangan yang disebut artefak. Proses Pembentukan Artefak dapat dimodelkan sebagai berikut :


Ide -----> perilaku / tindakan -----> artefak 


Para arkeolog menempuh jalan sebaliknya. Berangkat dari artefak, diungkap / direkonstruksi perilaku dan diungkapkan ide pembuatnya, seperti yang dapat dilihat pada model di bawah ini : 


Ide <------ Rekonstruksi perilaku <----- artefak


Jika dianalogikan, arkeolog ibarat menggunakan gearbox  berjalan mundur.


Lintasan Proses Siklus ( Daur ) Hidup Artefak 

Semua artefak baik kuno maupun baru dapat dipastikan melintasi rel / jalur yang sama. Setiap tahapan menyimpan kisah menarik jika mampu diungkapkan. Semua bermula dari penambangan / pengambilan bahan baku di suatu tempat. Sejumlah pertanyaan dapat diajukan secara imajiner kepada artefak, antara lain dimana lokasi penambangan, berapa jauh dari lokasi bengkel pembuatan, apa moda transportasi yang digunakan, berapa tenaga kerja yang terlibat. Di bengkel pembuatan, pertanyaan dapat dilanjutkan,  bagaimana proses pembuatan, bagaimana bentuk peralatan  yang digunakan, apa bahan campuran?, berapa waktu yang dibutuhkan?, berapa orang tenaga kerja yang tetlibat, bagaimana pembagian kerja. Setelah selesai, lalu artefak dipasarkan. Sejumlah pertanyaan dapat diajukan, misalnya berapa radius jarak tempat pemasaran dari bengkel pembuatan, apa moda transportasi yang digunakan, bagaimana proses transaksinya?. Artefak kemudian dibawa pulang oleh konsumen. Pertanyaan berikut adalah digunakan untuk apa, diletakkan di bagian mana dari rumah?, berapa lama rata rata usia pakai, sebelum rusak, hancur. Setelah itu artefak atau sisa artefak dibuang. Di mana lokasi pembuangan?. Apa proses selanjutnya yang dialami artefak?. Artefak bisa saja diangkut ke tempat pembuangan sementara atau tempat pembuangan akhir. Bisa juga artefak  berpindah oleh proses alam, misalnya aliran banjir sebelum mengendap dan terdeposit di suatu lokasi yang kemudian ditemukan oleh arkeolog atau pekerja konstruksi yang sedang menggali lubang untuk pondasi bangunan. Proses proses transformasi artefak dipelajari dengan konsep taphonomi yang dikembangkan oleh ilmu geologi. 


Proses penemuan artefak kuno biasanya melalui proses yang tidak disengaja. Ada orang yang menggali tanah untuk membuat sumur, secara tidak sengaja menemukan artefak kuno. Temuan itu kemudian dilaporkan kepada perangkat desa, kemudian secara estafet dilaporkan ke jenjang pemerintahan yang lebih tinggi, kecamatan, kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat. Banyak pula proses penemuan artefak melalui proses ysng direncanakan melalui kegiatan survei dan ekskavasi. Beragam metode dan teknik survei yang umum digunakan adalah survei permukaan tanah dengan teknik transek, survei udara melalui teknik pembacaan dan penafsiran foto udara, citra satelit dan citra radar, survei bawah tanah dengan teknik bosing, probing, augering, geo electric prospecting, survei bawah air.  Hasil survey akan menentukan langkah berikutnya apakah perlu dilanjutksn ke tahap ekskavasi atau cukup ssmpai tahap survei saja. Jika dilanjutkan ke tahap ekskavasi,  maka tersedia banyak teknik ekskavasi yang dapat digunakan, antara lain teknik teknik box, trench, grid, quadrant, strip, stair. 

Artefak yang ditemukan dicatat posisinya di kotak ekskavasi, digambar, dibersihkan, dicuci, dikeringkan, dimasukkan ke katung plastik, diberi label untuk kemudian diolah dan dibuat siatem klasifikasi / taksonomi artefak. Sistem  taksonomi yang dipilih ada yang bersifat monothetic dan ada pula yang bersifat polythetic berdasarkan jumlah ciri atribut yang digunakan sebagai dasar pembentukan sistem taksonomi artefak. 


Aneka Ragam Analisis Artefak

Artefak bukan merupakan bukti langsung adanya perilaku manusia masa lalu, karena perilaku manusia masa lampau sudah tidak dapat diamati. Walaupun artefak berhubungan erat dengan perilaku, tetapi karena bukan merupakan bukti langsung, maka untuk mengetahui perilaku manusia pembuatnya, artefak harus ditafsirkan melalui beberapa metode analisis. Analisis paling mendasar yang dapat diterapkan pada suatu artefak adalah bentuk. Bentuk adalah aspek yang paling mudah dikenali oleh tiap orang. Dari tampilan bentuk, dapat diketahui tingkat keutuhan suatu artefak. Artefak yang memiliki bentuk yang utuh, mulus tanpa cacat bernilai lebih tinggi dari artefak yang tidak utuh. Berikutnya dapat dilakukan analisis bahan pembentuk artefak. Sebagian besar artefak dibuat dari beberapa jenis bahan / material. Bahan baku utama yang umum digunakan antara lain tanah lempung, metal, batu, kayu, kulit hewan, tekstil, tulang / tanduk hewan, Gading dan sebagainya. Di samping bahan baku utama, biasanya digunakan bahan lain sebagai bahan campuran ( temper ). Analisis bahan dapat dilanjutkan di laboratorium untuk mengetahui komposisi kandungan unsur fisika (,( tekstur, fraksi campuran, porositas, temperatur )  dan kimia bahan. Berikutnya dapat dilakukan analisis teknologi pembuatan. Analisis ini sangat berguna untuk mengetahui tingkat teknologi yang digunakan pada saat artefak dibuat. Misalnya artefak yang dibuat dari bahan metal, memiliki beberapa teknik yang umum digunakan seperti teknik tempa, teknik cetak / cor. Analisis teknologi pembuatan juga dapat mengungkapkan proses  / tahapan pembuatan artefak sejak dari pengolahan bahan baku hingga proses finishing. Selanjutnya dapat diterapkan analisis bekas penggunaan / tingkat keausan artefak. Analisis ini berguna untuk mengetahui fungsi artefak di dalam konteks sistem pada masyarakat yang menggunakannya, sebelum artefak tersebut bertransformasi ke dalam konteks arkeologi waktu ditemukan oleh arkeolog dalam proses ekskavasi. 

Analisis berikutnya adalah analisis komparasi  dan analogi. Untuk menerapkan ke dua jenis analisis tersebut dibutuhkan beberapa persyaratan, seperti kesamaan bentuk, kesamaan fungsi, kesamaan bentang alam lokasi jeberadaan artefak, kesejajaran  historis. 
Berikutnya yang tidak kalah penting adalah analisis eksperimental.  Sebuah contoh yang legendaris adalah eksperimen yang dilakukan oleh Michael Tooth dalam membuat kapak batu. Tooth melakukan eksperimen teliti membuat lebih 5000 buah kapak batu yang hasilnya mirip dengan bentuk yang ditemukan di banyak situs penggalian.  Hasilnya  luar biasa, ternyata sejak 2,5 juta tahun lalu manusia sudah lebih dominan menggunakan tangan kanan secara aktif.  Penggunaan tangan kanan yang lebih aktif ternyata memicu pertumbuhan sel otak di bagian kiri. Perkembangan ini memicu perkembangan sel sel saraf bicara. Ada hubungan kuat antara penggunaan tangan kanan dengan tumbuh dan berkembangnya  kemampuan berbicara. Semua uraian di atas dapat dikatakan hanya berfokus pada artefak ( artefaktual ).

Selain analisis artefaktual, dapat diterapkan analisis kontekstual. Analisis ini dapat mengungkapkan lokasi / ruang dimana artefak ditemukan, lengkap dengan koordinatnya di permukaan bumi, jenis bentuk lahan / bentang alam tempat ditemukan, asosiasi konteks temuan artefak dengan artefak lain atau dengan ekofak dan feature. Selain menelaah aspek horizontal posisi artefak, analisis ini juga meliputi aspek vertikal meliputi, meliputi kedalaman posisi artefak ketika ditemukan. Analisis ini berguna untuk menentukan usia relatif artefak berdasarkan prinsip stratigrafi di dalam ilmu geologi.  Prinsip ini mengatakan bahwa benda yang berada dilapisan tanah lebih bawah berusia lebih tua dari benda yang berada di lapisan lebih atas. 

Analisis perhitungan usia ( dating ) suatu artefak merupakan aspek yang paling menarik perhatian bagi banyak orang. Biasanya pertanyaan awal yang diajukan oleh orang awam adalah yang menyangkut usia artefak. Semakin tua usia artefak semakin tinggi nilainya. Ada dua kelompok besar teknik analisis perhitungan usia artefak, yaitu  : 

1. Kelompok teknik dating relatif, meliputi : 

A. Teknik analisis typologi, bentuk, teknik pembuatan, style / gaya, ornamen. Dasar pemikiran yang digunakan adalah bentuk, ornamen, teknik pembuatan yang lebih sederhana lebih tua usianya dibanding yang lebih rumit. 
B. Teknik analisis seriasi. Dasar pemikiran teknik analisis ini adalah jumlah / frekuensi temuan artefak di suatu lokasi. Semakin banyak jumlah suatu jenis artefak berarti artefak itu populer pada masanya, Sebelum populer, jumlah artefak itu belum banyak dibuat.  Kumpulan artefak yang banyak dianggap berusia lebih muda dari kumpulan artefak yang lebih sedikit. 
C. Teknik stratigrafi, didasarkan pada prinsip stratigrafi yang sudah disebutkan di atas.

2. Kelompok teknik dating absolut ( hanya beberapa saja yang diuraikan lebih rinci ), meliputi : 

A. Teknik  Radio Carbon C14. Artefak yang terbuat dari bahan organik dapat diterapkan secara langsung dengan teknik ini, dan yang terbuat dari bahan anorganik hanya dapat diterapkan jika ditemukan berasosiasi dengan artefak berbahan organik. Misalnya untuk menerapkan teknik ini pada artefak logam, harus ada ditemukan artefak atau ekofak bahan organik seperti kayu di dekat artefak logam tersebut. Yang diuji langsung adalah artefak kayu, hasil perhitungan artefak kayu dianggap sama dengan artefak logam. Dasar pemikiran teknik ini adalah: setiap mahluk hidup di sepanjang masa hidupnya menyerap karbon dari udara. Ketika mahluk itu mati, penerimaan karbon langsung terhenti. Sejak itu kandungan karbon di tubuhnya terus berkurang secara bertahap. Setelah berlangsung selama 5.700 tahun setelah kematian, kandungan karbon menyusut hingga 50 %. Setelah 11.400 tahun tinggal 25 % , dan setelah 22.800 tahun tinggal 12,5 %. Dengan mengukur sisa kandungan karbon, dapat ditentukan usia artefak. Unsur karbon habis sama sekali setelah 50.000 tahun. Untuk menghitung usia artefak yang lebih tua dari 50.000 tahun, harus digunakan teknik teknik yang lain, yaitu : 

B. Teknik Potasium Argon Kr 133 hanya dapat diterapkan pada artefak yang berasosiasi di dalam lapisan debu vulkanik. Abu vulkanik yang diukur langsung dengan teknik ini dan hasilnya dianggap sama dengan usia artefak. 
C. Teknik Thermoluminicen,  hanya dapat diterapkan pada artefak yang dibuat dengan proses pembakaran, misalnya gerabah dan keramik. 
D. Teknik Dendrochronology, hanya dapat diterapkan pada artefak yang terbuat dari kayu.
E. Teknik  Polen Analysisdigunakan pada artefak yang ketika ditemukan, berasosiasi dengan serbuk sari tanaman. 
F. Teknik Obsidian Hidration, diterapkan pada artefak yang terbuat dari batu mulia ( intan ) yang memiliki kekerasan 14 skala Mosh atau batu setengah mulia dengan skala kekerasan 7 Mosh, seperti akik, calsedon, jasper. 
G. Teknik Vission Track
H. Teknik Nucleid Accid Razemization


Jangkauan dan Hierarki Tingkat Analisis Artefak

Atribut adalah ciri yang melekat pada suatu artefak. Biasanya satu artefak memiliki beberapa ciri atribut. Tidak banyak informasi yang dapat disadap dari sebuah artefak. Jika ada kumpulan artefak yang memiliki kesamaan pada satu atau beberapa aspek, misalnya bentuk atau fungsi atau gabungan ke duanya berada dalam satu lokasi, maka disebut sebagai sub himpunan artefak. Sub himpunan memiliki jangkauan  dan kedalaman analisis lebih luas dan lebih dalam dibandingkan dengan artefak tunggal. Gabungan beberapa sub himpunan di suatu lokasi tertentu  ( situs )  disebut himpunan artefak. Himpunan artefak dari satu situs dapat memberi informasi tentang struktur sosial dan tata ruang. Jika arkeolog memiliki artefak dari kumpulan himpunan artefak ( kumpulan situs ), maka terbuka kesempatan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan perdagangan di antara dua atau lebih situs. Makin besar jumlah dan jenis artefak yang dimiliki, maka makin luas dan dalam analisis yang dapat dilakukan.  Kesimpulan dari uraian analisis artefak adalah dapat mengungkapkan aspek aspek bentuk, struktur, proses, fungsi simbol, di dalam dimensi ruang dan waktu. 


Nilai Penting Artefak

Nilai suatu artefak dapat ditentukan berdasarkan beberapa parameter, yaitu :

1. Keutuhan, semakin utuh bentuk artefak, nilainya makin tinggi. Sangat langka dan sulit mendapatkan artefak yang utuh. Sebagian besar artefak ketika ditemukan dalam keadaan tidak utuh. Dibutuhkan upaya ekstra keras untuk merekonstruksi artefak hingga ke bentuk yang utuh. Kalau fragmen pecahan yang ditemukan cukup memadai, upaya rekonstruksi dapat dilakukan dan sering tidak dapat mencapai 100 %. 
2. Keaslian. Parameter ini tak dapat ditawar tawar. Artefak palsu tidak ada nilai sama sekali. Dibutuhkan pengetahuan dan skill tinggi serta jam terbang pengalaman riset, untuk dapat menentukan keaslian artefak. Artefak asli yang dibuat oleh manusia masa lalu pasti mengandung jejak fisik genetik berupa percikan darah, sidik jari, kelenjar keringat. Memegang artefak asli adalah sebuah sensasi luarbisa dan merupakan pengalaman yang berkesan, seolah olah pembuat dan penggunanya berada di hadapan kita dan secara fisik kita menyentuhnya. Bukti fisik genetik seseorang adalah representasi paling sah / valid atas kehadiran pemiliknya di suatu dimensi ruang dan waktu. Selain itu melalui artefak, dengan metode yang tepat dan analisis yang akurat, kita dapat mengungkapkan perilaku dan pikiran manusia masa lalu. Artefak yang kita sentuh merupakan benda yang dibuat oleh manusia seperti kita, memiliki tubuh, perasaan / emosi yang sama dengan kita, tetapi dipisahkan oleh jarak waktu yang lama dari masa hidup kita. Mereka hidup di dalam suasana ekosistem yang sama sekali berbeda dengan kita. Uraian di atas dapat disarikan dalam satu kalimat. Artefak asli adalah sarana penghubung manusia masa kini dengan manusia masa lalu dan mendekatkan masa lalu dengan masa kini.
3. Konteks atau informasi riwayat artefak. Artefak yang ditemukan oleh arkeolog dalam proses penelitian sistematis, jelas jauh lebih bernilai tinggi dibanding dengan artefak yang diperoleh dari pasar gelap. Perbedaan itu disebabkan oleh kuantitas dan kualitas informasi asal usul dan riwayat perjalanan artefak. 
4. Kelangkaan. Semakin langka suatu artefak maka makin tinggi nilainya. Kolektor barang antik yang memiliki koleksi artefak langka, gengsi dan prestisenya meningkat. Sebagai contoh ssmpsi sekarang hanya ada satu keping mata uang emas ( derham )  yang diterbitkan oleh Sultan Ahmad bin Malikul Zahir. Dia adalah sultan ke tiga dari kerajaan Samudera Pasai. Sampai dekade 70 an nama Sultan Ahmad hanya disebut di dalam kitab Hikayat Raja Raja Pasai. Kemudian ditemukan satu keping uang emas yang dikeluarkan oleh Sultan Ahmad, di ladang garam, di desa Blang Me, Kecamatan Geudong, Kabupaten Aceh Utara. Derham itu merupakan konfirmasi positif terhadap kebenaran isi kitab Hikayat Raja Raja Pasai, tentang eksistensi Sultan Ahmad. Artefak langka itu sekarang menjadi koleksi pribadi Almarhum Zakaria Achmad. Penulis beruntung pernah meneliti artefak langka itu. 





   Foto 3 :  Derham Sultan Ahmad dari                                        Kerajaan Samudera Pasai


      Sumber  :  Google



Epilog

Sebenarnya artefak adalah milik publik. Lewat artefak dengan bekal pengetahuan memadai, kita dapat berkunjung dan betintersksi dengan masa lalu. Masa kini berakar di masa lalu, dan masa depan adalah buah dari masa kini. Dengan artefak tiga kontinum ( dimensi ) waktu dapat dijembatani. Pengetahuan dari masa lalu membantu kita untuk memahami peradaban masa kini. Banyak aspek dari sifat sifat dasar kemanusiaan kita dibentuk di masa lalu. Sebagai contoh sifat dan rasa solidaritas kepada sesama  sudah dibentuk jauh sebelum kita ada. Demikian juga dengan sifat egois dan serakah juga terbentuk jauh sebelum kita hadir di muka bumi. Artefak merekam dan menyimpan informasi tentang rumah kita ( bumi ), diri leluhur yang menurunkan kita. Sebagai warga bumi, kita berhak untuk tahu riwayat, asal usul dan proses terbentuknya tampilan wajah peradaban kira hari ini. Semua pengetahuan itu berguna untuk membuat kita menjadi lebih arief bijaksana, bermartabat dan terhormat dalam menempuh samudera kehidupan. Dengan sudut pandang demikian dapat dimaklumi keberatan dan kemarahan warga Sumatera Utara dan Sumatera Selatan karena artefak milik daerah itu diboyong ke Cibinong, terlebih kalau alasan yang diberikan tidak meyakinkan. 
















 


Comments