ARTEFAK : MENDEKATKAN YANG JAUH

Artefak didefinisikan sebagai benda buatan manusia atau mendapat campur tangan manusia baik sebagian ataupun seluruhnya. Artefak tercipta oleh perilaku manusia dan perilaku itu dituntun oleh ide / gagasan. Jadi secara teoritis, setiap artefak pasti mengandung / menyimpan rekam jejak perilaku berikut gagasan pembuatnya. Untuk dapat mengetahui perilaku dan ide pembuatnya, artefak tidak dapat menjelaskannya secara langsung. Informasi  yang dapat disadap dari artefak harus ditafsirkan oleh para pakar di bidang arkeologi dan pakar ilmu ilmu bantu lainnya seperti geologi, pedologi, paleo botani, paleo zoologi, paleo metalurgi, material science dan teknologi serta banyak lagi. Penafsiran itu dilandasi oleh serangkaian pengandaian, analogi, dan eksperimen. 

Di tangan orang yang ahli, artefak dapat "berbicara" banyak tentang dirinya dan pembuat serta penggunanya. Coba dibayangkan ketika memegang sebuah artefak kapak batu dari periode paleolitik ( batu tua ). Artefak itu dapat menimbulkan sensasi tertentu, seolah-olah kita merasakan kehadiran sosok pembuatnya. Alat batu itu dibuat oleh sosok manusia seperti kita, memiliki pikiran, emosi, tetapi kita dengannya dipisahkan oleh jarak waktu ribuan tahun. Pada artefak kapak batu itu pernah menempel tetesan keringat, mungkin percikan darah pernah menempel. Yang paling jelas terlihat adalah bekas pahatan, guratan / goresan dari tangan para pembuatnya.

Semua benda yang dibuat oleh manusia pasti melalui lintasan proses yang sama. Misalnya, fragmen keramik yang ditemukan di kotak ekskavasi ( penggalian arkeologi ). Titik awal perjalanan fragmen keramik tersebut dimulai dari penambangan / pengambilan bahan baku. Dari tempat penambangan, bahan baku dibawa ke bengkel pembuatan. Di bengkel, bahan baku diproses / dibentuk jadi keramik. Setelah selesai, keramik itu dipasarkan dan dibeli atau dibarter oleh konsumen. Kemudian keramik dibawa pulang dan digunakan dalam kehidupan sehari hari. Setiap benda yang digunakan pasti akan rusak / pecah.  Pecahan itu kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah. Pecahan itu kemudian berpindah tempat, oleh manusia, hewan , aliran air dan kemudian mendeposit di tempat tertentu. Oleh proses sedimentasi, pecahan keramik itu tertimbun oleh tanah dan setelah melewati waktu ribuan tahun, pecahan itu ditemukan oleh para arkeolog. Proses itu dapat disingkat menjadi beberapa titik krusial seperti penambangan bahan baku ---bengkel pembuatan  ---- pasar ---- rumah ---' tempat penimbunan sampah ------, tempat deposit akhir.  Banyak pertanyaan imajinatif dapat diajukan kepada artefak di tiap titik tersebut. Berapa jauh jarak tempat penambangan dengan tempat pembuatan. Berapa banyak orang yang terlibat dalam pekerjaan itu. Bagaimana proses pembuatan hingga tahap finishing, siapa dan berapa orang yang mengerjakan dan berapa lama waktu yang diperlukan, bagaimana teknologi yang digunakan.  Berapa jauh jangkauan pemasaran, apa moda transportasi yang digunakan, bagaimana proses transaksi di pasar.

 Di rumah digunakan untuk apa, diletakkan dibagian mana,  berapa lama usia pakai rata rata barang pecah-belah?. Bagaimana proses perpindahan pecahan keramik dari tempat pembuangan ke  tempat deposit terakhir. Melalui berbagai teknik pengolahan data dan analisis data, serta teknik dating, para arkeolog dapat menyadap banyak informasi masa lalu dari artefak.

Di tangan ahli arkeologi sepotong artefak berfungsi sebagai jembatan penghubung antara masa lalu dan masa kini.   Jarak waktu ribuan tahun antara kita dengan masa lalu dapat dipangkas, sehingga  dapat dihadirkan ke tengah tengah kehidupan masa kini. Dengan demikian sungguh benar ungkapan artefak mendekatkan yang jauh.

 

Kapak Batu tipe Sumatralith dari periode Mesolitik 5000-7000 tahun yang lalu dan kapak lonjong dari periode Neolitik (direkonstruksi berdasarkan data etnografi suku di Papua). Temuan ini berasal dari Kabupaten Langkat. 

Koleksi Balai Arkeologi Sumatera Utara



Bejana gerabah berhias dari situs Loyang Mendale Kabupaten Gayo. Berasal dari masa 5000-7000 tahun yang lalu. 

Koleksi Balai Arkeologi Sumatera Utara

 

Setelah terbenam, selama ratusan tahun di dasar laut perairan Pulau Bintan Provinsi Riau Kepulauan, beberapa wadah keramik dari masa Dinasti Song abad ke-XII berhasil dihadirkan kembali ke tengah-tengah kita. Selain wadah keramik, juga berhasil diangkat ke permukaan beberapa hiasan terrakota yang berasal dari Dinasti Ching abad ke-XIX. 

Koleksi Balai Arkeologi Sumatera Utara.  

 

Kumpulan koin ditemukan di situs Pulau Kampai berasal dari abad ke XII - XIX, , manik-manik dan batu setengah mulia ditemukan dari situs Pulau Kampai berasal dari abad ke XII - XIV dan sebuah koin ditemukan di situs Jago-Jago, Tapanuli Selatan berasal dari abad VIII dan IX pada masa Dinasti Abbasiyah di Irak. 

Koleksi Balai Arkeologi Sumatera Utara.

Comments