Prolog
Jalur rempah adalah jalur lintasan perdagangan komoditi rempah rempah melalui jalur laut dengan menggunakan kapal dari Kepulauan Nusantara menuju belahan Dunia Barat dan sebaliknya. Beberapa tahun terakhir ada upaya serius dari Pemerintah Republik untuk melakukan riset tentang jalur rempah, mengkampanyekan jalur rempah di panggung internasional dan mendaftarkannya di UNESCO sebagai warisan dunia. Langkah ini dilakukan untuk menandingi upaya sejenis dari Pemerintah Tiongkok mendaftarkan jalur sutra sebagai warisan dunia. Jalur sutera adalah jalur lintasan perdagangan komoditi sutera melalui darat dengan menggunakan hewan sebagai sarana angkutan dari Cina ke belahan Dunia Barat dan sebaliknya. Jalur sutera dimulai dari Cina menembus wilayah Asia Tengah, Asia Barat dan akhirnya tiba di Eropa. Jalur sutera tidak hanya menggunakan jalur darat, tetapi juga jalur laut dari Tiongkok, melalui Laut Tiongkok Selatan, Selat Malaka, Samudera Hindia, Laut Arab, Teluk Persia, Laut Merah, Laut Tengah ,akhirnya tiba di Eropa. Jalur rempah juga menggunakan dua lintasan. Lintasan pertama dimulai dari millenium pertama hingga abad XV, dimulai dari Kepulauan Maluku, Laut Jawa, Selat Malaka, Teluk Benggala,Samudera Hindia, Laut Arab, Laut Merah kemudian diselingi sedikit jalur darat, kemudian kembali masuk jalur laut di Laut Tengah, berakhir di Eropa. Lintasan ke dua dimulai dari Abad XVI hingga abad XIX, mulai dari Kepulauan Maluku, Laut Jawa, Selat Malaka, Samudera Hindia, Teluk Benggala, Ujung Selatan Afrika, Samudera Atlantik dan akhirnya tiba di Eropa. Begitu juga sebaliknya dimulai dari Eropa dan berakhir di Kepulauan Maluku.
Untuk memahami posisi dan kedudukan jalur rempah dan peranannya di dalam peradaban, harus dipaparkan lebih dulu bentuk bentuk perdagangan dari masa ke masa , kemudian mendudukan jalur rempah di posisinya dan mengkaji peranannya di dalam peradaban. Tidak diketahui dengan pasti, sejak kapan manusia melakukan aktivitas perdagangan. Diduga usia perdagangan sudah sangat tua, mungkin sama tuanya dengan masa awal terbentuknya peradaban manusia, atau bahkan lebih tua lagi. Bentuk dan sifat perdagangan di masa lalu sangat berbeda dengan sekarang. Di bagian awal, tulisan ini mencoba menelusuri awal mula munculnya perdagangan sampai bentuk yang dapat dilihat pada masa kini. Perdagangan pada dasarnya adalah proses pertukaran materi, energi dan informasi di antara 2 orang atau lebih. Pihak yang terlibat dalam aktivitas perdagangan dapat berasal dari satu komunitas atau inter komunitas dapat berasal dari tempat yang sama atau tempat yang berjauhan. Perdagangan dilakukan karena adanya keterbatasan tiap orang atau komunitas dalam menghasilkan barang dan jasa. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhannya dilakukan pertukaran barang dan jasa dengan pihak lain. Penelitian tentang jalur perdagangan dari Asia termasuk dari Kepulauan Nusantara ke Eropa dan sebaliknya dari Eropa ke Asia, sudah banyak dilakukan dan hasilnya dipublikasi dalam bentuk buku. Oleh karena itu tulisan ini tidak membicarakannya dengan detail.
Tulisan ini hanya memaparkan garis besar tentang jalur perdagangan rempah dan mendudukkannya pada posisinya di antara berbagai bentuk perdagangan yang pernah diciptakan manusia. Selain itu tulisan ini berfokus pada pengaruh jalur perdagangan rempah dalam perkembangan peradaban. Pembahasan tulisan ini dimulai dari berbagai model / bentuk perdagangan dari masa ke masa. Satu hal yang membedakan tulisan ini dengan tulisan tulisan para pakar terkenal di bidang ini adalah : tulisan ini dibuat dengan sudut pandang ilmu fisika kuantum, mekanika kuantum, mikro biologi dan genetika serta algoritma pemrosesan data. Perbedaan sudut pandang diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pemahaman yang lebih baik atas fenomena jalur rempah.
Dalil Dalil Yang Digunakan
Tulisan ini menggunakan beberap dalil sebagai landasan berpikir. Dalil Dalil ini disusun berdasarkan model berpikir deduktif, bersifat koheren dan konsisten. Dalil pertama sebagai aksioma dasar, kemudian diturunkan beberapa dalil yang merupakan konsekuensi / implikasi logis dari dalil di atasnya. Adapun dalil dalil yang dimaksud adalah :
1. Alam senantiasa berubah, tidak ada yang luput dari perubahan.
2. Perubahan pasti menimbulkan variasi dan kompleksitas.
3. Kompleksitas pasti menimbulkan ketidakpastian.
4. Ketidakpastian pasti menimbulkan fenomena peluang dan risiko. Suatu fenomena dikatakan peluang jika memberi keuntungan dan dikatatakan risiko jika merugikan kepentingan manusia. Jadi pemberian label peluang dan risiko bersifat bias kepentingan manusia. Suatu risiko bagi seseorang dapat berubah menjadi peluang bagi orang lain. Suatu risiko di masa kini dapat diubah menjadi peluang di masa depan dan demikian juga sebaliknya. Nilai besaran risiko berbanding lurus dengan nilai profit.
5. Ketidakpastian melahirkan dua mekanisme yang menggerakkan perubahan di alam, yaitu mekanisme acak, deterministik dan gabungan ke duanya.
Sumber Sumber Tertulis Yang Digunakan
Berhubung demikian luas topik tentang perdagangan khusunya komoditi rempah rempah, bahan bacaan yang dijadikan referensi cukup banyak, tetapi isinya tidak mungkin ditampilkan secara proporsional. Bagi yang ingin memperdalam pengetahuan tentang topik di atas, direkomendasikan literatur yang tergolong terbaik untuk dibaca. Adapun sumber sumber referensi yang dimaksud adalah :
1. Historical Notes on Indonesia & Malay Compiled From Chinese Sources, karya Willem Pieter Groneveldt. Buku ini berisi catatan perjalanan, laporan pandangan mata dari para musafir Cina terkenal mulai dari Fa Hien ( abad IV ), I Tsing ( abad VII ), kitab Chau Ju Kua (abad XI ), kitab Ying Yei Sheng Lan yang ditulis oleh Ma Huan, Sekretaris Laksamana Zheng He ( abad XIV ). Bahan bahan itu tersimpan di arsip negara dinasti dinasti Tang, Sung dan Ming.
2. Suma Oriental, Qeu trata do Maroko ate aos Cina yang terdiri dari 6 jilid tebal, berisi catatan perjalanan dan laporan pandangan mata dari pejabat Pemerintah Portugal bernama Tome Pires. Buku ini diterbitkan oleh Armando Cortesao, berdasarkan naskah versi yang ditemukan di perpustakaan Chambre des Deputes Paris, terdiri dari 6 jilid tebal. Jilid 1 dan 2 membicarakan perdagangan di Mesir dan Malabar, India. Jilid 3, 4, 5 dan 6 membicarakan perdagangan di Indo Cina, Bengali, Malaysia, Indonesia, Cina dan Jepang.
3. Indonesia Trade and society, karya J C van Leur. Buku ini merupakan karya disertasi yang tidak umum, berisi 42 Essai tentang ekonomi dan perdagangan, disusun dalam 4 bab. Bab 1 Berisi tentang perdagangan awal Asia, bab 2 tentang perdagangan dan jalur perdagangan, bab 3 menjelaskan posisi Indonesia di dalam jalur perdagangan , dan bab 4 tentang perdagangan Indonesia dan kedatangan bangsa Eropa. Di dalam bukunya, Van leur menerapkan pendekatan baru dalam menyusun historiografi Indonesia yang lebih bersifat Indonesia sentris.
4. Asian Trade and European Influence in the Indonesia Archipelago Between 1500 and 1630, karya sejarawan terkemuka, M A P Meilink Roelofsz. Buku ini sangat kaya dengan data dan informasi dan dapat dianggap sebagai buku induk untuk memahami perdagangan di Asia dan khususnya di Indonesia pada abad XVI dan XVII. Informasi tentang Kota kota pelabuhan, sentra produsen rempah, moda transportasi, metrologi, disajikan lengkap.
5. Early Indonesian Commerce : a Study of the Original of Sriwijaya karya Oliver Willem Wolters. Buku ini memperbincangkan tentang perdagangan di Indonesia pada masa pra modern sebelum abad XVI.
6. Mediterranean in The Ancient World 1600 - 1800, sebuah maha karya dari sejarawan kontemporer terkemuka asal Perancis Fernand Paul Archille Braudel. Buku ini layak mendapat predikat Magnum Opus, karena menampilkan penerapan metode lintas disiplin ilmu ilmu sosial, ekonomi, budaya, ilmu humaniora, geografi fisik, demografi dan matematika dan statistik dengan sangat baik. Buku ini menghasilkan banyak konsep diantaranya geohistory, dan Teori Sistem Dunia.
7. Archaeology, Trade and Society in Northeast Sumatera, merupakan disertasi dari John Norman Miksic di Cornell University. Karya ini membicarakan tentang peranan Bandar Kota Cina dalam jalur perdagangan dunia pada abad XI - XIV. Disertasi ini merupakan hasil ekskavasi di situs Kota Cina, pesisir Sumatera Timur.
8. Singapore & The Silk Road of The Sea 1300 - 1800, karya John Norman Miksic, membahas tentang peranan Singapore sebagai salah satu titik mata rantai jalur perdagangan sutra dari Cina ke Eropa melalui jalur laut. Buku ini kaya dengan data artefak, foto, peta, gambar dan narasi yang bagus.
9. Kota Cina is Contex and Meaning in Trade of Southeast Asia in 12 th to 14 th Century, merupakan karya disertasi dari Edmund Edwards Mc.Kinnon di Cornell University. Buku ini membahas peran Kota Cina dalam jalur perdagangan Asia Tenggara pada abad XI - XIV.
10. Money, Market and Trade in Early Southeast Asia, The Development of Indigenous Monetary systems to AD 1400, merupakan disertasi oleh Robert Sigfrid Wicks di Cornell University. Disertasi ini mendapat predikat disertasi terbaik di Cornell University tahun 1983. Buku ini memuat pengetahuan mendalam tentang kebijakan kebijakan perdagangan, moneter, pengendalian inflasi, kontrol harga / tata niaga berbagai komoditi, standar variasi nilai, rasio pertukaran nilai berbagai mata uang standard, pasar, struktur administrasi dan metrologi. Ketiga pakar yang disebut terakhir adalah para mahasiswa doktoral di bawah bimbingan Prof. O W Wolters.
11. Jan Kompeni. Sejarah VOC dalam Perang dan Damai 1602 - 1799, karya C R Boxer. Buku ini menjelaskan tentang sepak terjang VOC sebagai perusahaan dagang dengan hak luar biasa. Buku ini penuh dengan data, informasi dari dokumen otentik arsip dari VOC, dan Staten General.
12. Sejarah Rempah. Dari Erotisme Sampai Imperialisme, karya Jack Turner. Sebuah buku yang membahas hubungan rempah rempah dengan perubahan besar di dalam peradaban, kehidupan pribadi para tokoh besar dan mengungkapkan sisi isotheris dari penggunaan rempah rempah oleh para elit berbagai bangsa.
13. Rempah, Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakat Nusantara, karya Djoko Marihandono dan Bondan Kanumoyoso. Buku ini berisi ikhtisar hasil kajian kepustakaan tentang jalur rempah dan pengaruhnya terhadap pembentukan peradaban Nusantara.
Dengan menelaah sumber sumber tersebut, penulis membuat analisis tentang berbagai implikasi yang ditimbulkan oleh perubahan perubahan yang terjadi di dalam aktivitas perdagangan rempah rempah dan pengaruh jalur rempah terhadap perkembangan peradaban.
Aneka Ragam Bentuk / Model Perdagangan Dari Masa Ke Masa
Perdagangan pertama kali dilakukan tanpa tatap muka. Oleh seseorang, barang yang mau diperdagangkan diletakkan di tempat tempat strategis yang punya peluang lebih besar untuk dilalui orang dan mudah dilihat orang, seperti lembah subur, tepi sungai, pertemuan dua sungai dan muara sungai. Barang itu lalu ditinggal, tidak mungkin ditunggu karena tidak dapat dipastikan kapan ada orang lewat sambil membawa barang untuk dipertukarkan. Jika kebetulan ada orang yang dimaksud lewat, melihat ada tumpukan barang, dan merasa barang yang dibutuhkan ada di situ, maka orang itu langsung mengambil barang dan menukarkan dengan barang yang dibawanya. Bentuk pertukaran ini mengandung dua kesulitan :
1. Pemilik barang pertama belum tentu membutuhkan barang yang dibawa pihak ke dua. Pada kondisi ini pihak pertama jelas dirugikan.
2. Kedua pihak tidak tahu kesetaraan nilai kuantitas tertentu suatu barang yang saling dipertukarkan.
Dengan adanya dua kelemahan mendasar dari cara ini, maka beberapa orang berinisiatif membangun tempat pemondokan yang sifatnya sementara di tempat tempat strategis untuk meletakkan barang yang hendak dipertukarkan. Mereka menunggu orang lewat yang juga mau menukarkan barangnya. Melalui transaksi tatap muka berlangsung perdagangan, tetapi masih dengan cara barter. Cara ini juga belum dapat mengatasi kesulitan yang disebut di atas. Walaupun demikian cara ini sudah berhasil mendorong terbentuknya pasar dalam bentuk yang paling sederhana. Fungsi pasar dengan cepat menyebar ke berbagai tempat. Terbentuklah pasar pasar di tempat tempat strategis, dan beberapa pasar kemudian berkembang menjadi kota kota yang ramai. Untuk mengatasi 2 kesulitan tersebut, orang perlu mengembangkan satuan ukuran yang dapat mengukur kuantitas barang dengan akurat, maka lahirlah alat ukur 2 dimensi (panjang dan lebar) dan alat ukur 3 dimensi ( volume ). Kemudian dikembangkan alat penilai untuk menilai kesetaraan dua jenis atau lebih benda yang dipertukarkan, dan lahirlah mata uang yang dapat diterima oleh para pihak yang terlibat dalam perdagangan itu. Jangan dibayangkan mata uang pada masa awal perdagangan sama dengan uang masa kini.
Bentuk dan jenis mata uang pada masa lampau sangat beraneka ragam. Ada mata uang berwujud bulu burung langka, batu batuan langka jenis batu setengah mulia, seperti calsedon, jasper, giok, benda benda terbuat dari metal, manik manik dari kaca. Mata uang terbesar dan terberat di dunia adalah mata uang yang digunakan penduduk pada masa lampau di negara Vanuatu di Samudera Pasifik, berupa potongan batu andesit berukuran 1 meter persegi. Mata uang yang paling ringan adalah bulu burung yang digunakan penduduk di kepulauan Mikronesia, di Samudera Pasifik. Walaupun bentuknya berbeda beda, tetapi ada benang merah yang mempersamakan semua jenis mata uang sejak dulu sampai sekarang , yaitu jumlahnya harus terbatas, tidak didapat dengan mudah.
Pada masa klasik, penggunaan logam seperti emas, perak, perunggu sudah meluas, yang dikenal dengan sebutan coin. Bentuknya lingkaran dengan ukuran beragam. Biasanya di ke dua sisi coin diukir dengan inskripsi yang menunjukkan angka tahun pembuatan, nilai intrinsiknya dan penguasa yang menerbitkanya. Pada masa itu uang dari suatu negara dibawa ke kota lain atau negara lain, dan dipertukarkan dengan mata uang negara lain atau melakukan transaksi dengan warga asing. Ketika akan meninggalkan kota, uang tersebut dipukul dengan martil sampai meninggalkan bekas, sebagai tanda bahwa uang tersebut telah digunakan di situ dalam transaksi yang sah. Bekas itu menunjukkan bahwa uang itu laku di pasaran. Semakin banyak bekas pukulan ini pada suatu coin, makin tinggi nilainya, karena sudah pernah dipakai untuk sekian banyak transaksi. Pada masa lalu juga terjadi apa yang dikenal pada masa kini sebagai fenomena inflasi, deflasi, devaluasi. Perhitungan nilai mata uang pada masa itu bukan berbasis pada nilai nominal, tetapi pada nilai intrinsik. Cara untuk menurunkan nilai mata uang adalah dengan mengurangi massa logam, mengurangi ukuran dan kadar logam mulianya. Cara lainnya adalah mengurangi jumlah uang yang beredar dengan mengumpulkannya dan kemudian melebur coin itu, logammya digunakan untuk membuat benda lain. Lama kelamaan, orang merasa membawa coin dalam jumlah banyak tidak praktis. Orang mulai berkreasi membuat dan menggunakan mata uang dari bahan kertas yang dianggap lebih praktis. Untuk memberikan nilai pada bahan kertas, pihak otoritas yang menerbitkan uang kertas menjamin nilai yang tertera pada uang kertas dengan logam mulia (emas) yang setara nilainya. Artinya pihak otoritas itu memberikan surat tagihan kepada pemegang uang kertas setara dengan nilai nominal yang tertera pada uang tersebut. Untuk menghindari dan mencegah pemalsuan uang, uang kertas dibuat dari bahan kertas khusus yang tidak dijual bebas di pasaran, dibuat dengan rancangan desain grafis yang rumit, tetapi mengandung nilai estetika, diberi nomor seri yang berbeda pada tiap lembar uang, dipasang benang pengaman, aneka gambar hologram dan berbagai kode kriptografis. Seluruh jenis uang yang telah disebutkan di atas, dikenal dengan nama uang kartal.
Pada pertengahan millenium ke dua terjadi perkembangan baru yang cukup signifikan pada jenis dan bentuk mata uang. Uang kertas dalam jumlah besar dinilai tidak praktis untuk dibawa pergi, selain memperhitungkan aspek keamanan pemilik / pembawa uang. Kemudian orang mengembangkan jenis uang yang dikenal sebagai uang giral ( cek, travel cek, giro). Pada abad XX terjadi lagi perkembangan baru. Orang bepergian tidak perlu membawa uang tunai, cukup membawa sekeping atau beberapa keping plastik yang dikenal sebagai kartu kredit dan kartu debet. Untuk melakukan transaksi, cukup melakukan beberapa gesekan kartu pada alat tertentu, transaksi berjalan mulus. Dengan kartu plastik , pemilik atau pemegang kartu juga dapat menarik uang tunai sesuai jumlah yang dibutuhkan, melalui mesin ATM ( Automatic Teller Machine ).
Walaupun bentuk dan jenis mata uang sudah berubah beberapa kali, bentuk perdagangannya masih tetap yaitu sebagian besar dilakukan melalui tatap muka, dan menyangkut proses pertukaran barang dan jasa. Ada suatu ironis yang terjadi pada dua bentuk perdagangan yang sudah dibahas. Pada transaksi tanpa tatap muka, walaupun banyak transaksi yang mengecewakan salah satu pihak atau ke dua pihak, tetapi tidak pernah terjadi atau tidak ada motif / maksud atau tidak ada unsur penipuan yang disengaja. Justru pada transaksi tatap muka banyak ditemukan unsur penipuan yang disengaja, meliputi aspek satuan ukuran massa, kualitas barang, pemalsuan barang dan mata uang. Sepertinya kemajuan teknologi dan peradaban tidak berkorelasi positif dengan aspek sikap dan perilaku manusia.
Perdagangan Secara Virtual
Perdagangan secara virtual dilakukan tanpa tatap muka langsung, tetapi prosesnya terpantau dan terkendali secara ketat, tidak seperti pada jaman purba. Pengendalian itu dapat dilakukan berkat dukungan teknologi digital. Barang yang diperdagangkan adalah lembaran lembaran saham dari suatu atau beberapa korporasi tertentu. Selain itu yang diperdagangkan adalah mata uang negara negara tertentu yang dinilai kuat dan stabil seperti $ US, EURO, YEN , RMB.
Ada pula jenis perdagangan yang tidak melibatkan barang tertentu, tetapi dianggap ada. Barang maya yang dijadikan mata dagangan adalah komoditi tertentu atau mata uang negara tertentu. Komoditi yang dipilih untuk diperdagangkan adalah komoditi yang digemari di bursa komoditi separti kacang merah, kedelai, gandum, vanilli. Para pelaku perdagangan ini tidak perlu memiliki barang itu dan tidak perlu membelinya. Fokus perhatian pelaku pada prediksi harga komoditas yang dipilih sesuai kesepakatan perjanjian pada waktu jatuh tempo yang telah ditentukan, misalnya dua atau tiga bulan. Pihak yang membuat prediksi tepat akan meraih keuntungan dari transaksi itu. Model perdagangan ini dikenal sebagai Future Trading atau Virtual Trading. Model perdagangan virtual adalah perdagangan yang tidak ril. Kekayaan yang dihimpun dari cara perdagangan saham, valuta asing, future trading, juga tidak ril. Seseorang yang memiliki kekayaan yang ditaksir mencapai jumlah triliunan rupiah, jangan dikira orang itu memiliki uang tunai sejumlah itu. Kekayaannya hanya berupa kertas kosong yang berbasis pada kepercayaan ( trust ). Ketika unsur trust itu hilang maka secepat itu pula kekayaannya menyusut drastis.
Walaupun teknik dan instrumen pada perdagangan virtual sudah sangat canggih tetapi perilaku curang ( fraud), tetap terjadi. Berbagai kasus insider trading yang pernah terjadi di berbagai penjuru dunia sudah cukup jadi bukti kebenaran pernyataan di atas. Ditinjau dari aspek moralitas, perdagangan non tatap muka dari jaman purba belum dapat ditandingi. Seharusnya manusia dari peradaban modern pantas merasa malu pada para pendahulunya.
Potensi Bahaya Virtual Trading.
Mengingat bahwa virtual trading bersifat abstrak, maya, maka ada potensi bahaya di dalamnya yang dapat menggoyahkan atau mungkin menghancurkan fondasi dan pilar peradaban manusia. Para pelaku di sektor ini, yaitu pedagang, broker, emiten, otoritas bursa efek , kesannya mendapatkan uang dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Sementara sektor keuangan dapat terus berputar karena ada sebagian besar orang yang berkecimpung di sektor riil, yang terus menghasilkan barang dan jasa.
Para pelaku di sektor riil yang telah bekerja keras untuk menghidupi sektor keuangan tetapi menikmati penghasilan yang jauh lebih kecil. Hal ini dapat mendorong orang yang bekerja di sektor ril, eksodus ke sektor keuangan. Orang jadi malas memprodukdi barang dan jasa, lebih tertarik memperdagangkan kertas kosong saja. Jika demikian yang terjadi, lalu siapa lagi yang mau bekerja di sektor ril?. Akibat selanjutnya dapat diduga, akan terjadi rush, rontoknya berbagai pusat bursa di dunia dan selanjutnya peradaban manusia yang telah dibangun selama puluhan ribu tahun ikut ambruk. Ada satu hal lagi berupa fakta yang selama ini dikaburkan yaitu pasar saham, bursa komoditi, future trading, virtual trading pada hakekatnya adalah PERJUDIAN YANG DILEGALKAN.
Bentuk dan sifat perdagangan dimulai dengan cara tidak bertatap muka, dilakukan dengan relatif tulus tanpa unsur penipuan. Perkembangan berikutnya dilakukan dengan tatap muka, tetapi dikotori dengan unsur penipuan, kecurangan, keculasan dan kelicikan. Pada perkembangan terkini, perdagangan sebagian besar dilakukan tanpa tatap muka, tetapi dengan aturan main yang rumit dan kontrol yang kuat. Perdagangan model mutakhir ternyata menyimpan potensi bahaya bagi kelangsungan peradaban manusia. Menjadi tugas kita bersama untuk memikirkan cara yang lebih baik, demi masa depan peradaban manusia.
Posisi Dan Kedudukan Jalur Rempah
Berdasarkan kajian dokumen dokumen tertulis dari masa lalu, perdagangan rempah rempah yang melalui jalur rempah, dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda sifat dan karakternya, yaitu :
1.Perdagangan rempah pada masa klasik ( pra modern ), berlangsung mulai dari awal abad Masehi hingga abad XV. Perdagangan rempah pada masa ini dilakukan secara estafet dari Maluku menuju ke arah barat melalui pulau pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa. Dari perairan Laut Jawa, sebagian kapal berbelok ke arah utara masuk perairan Laut Tiongkok Selatan menuju daratan Tiongkok, dan sebaliknya. Sebagian kapal memasuki perairan Selat Malaka, Semenanjung Malaysia, Sumatera, masuk perairan Samudera Hindia, India, Srilanka, Semenanjung Arabia, Timur Tengah, Laut Tengah dan berakhir di negara negara Eropa. Para pelaku perdagangan berasal dari beragam ras, suku bangsa, antara lain, India, Arab, Cina, Eropa. Para pedagang India dan Arab berperan sejak dari Maluku hingga Timur Tengah. Para pedagang Eropa mulai terlibat mulai dari Timur Tengah ke Eropa dan pedang Cina berperan dari Maluku ke Tiongkok, serta sebaliknya . Moda angkutan yang digunakan adalah kapal laut dari Maluku hingga semenanjung Arabia atau Persia. Kemudian perjalanan dilanjutkan melalui moda angkutan darat, dengan rombongan kafilah dan catatan. Dari pesisir Laut Tengah ke Eropa dilanjutkan dengan kapal. Perdagangan antara Maluku dengan Tiongkok, menggunakan kapal. Perdagangan dilakukan dengan cara cash dan carry. Dengan perdagangan estafet ini banyak melahirkan kota kota dagang yang ramai dan makmur, seperti Makasar, Malaka, Kota Cina, Samudera Pasai, BandaAceh, Mumbai, Aden. Dengan melihat peta rute jalur ini , pulau pulau Bintan, Batam, Kepulauan Sambas dan Natuna menduduki posisi penting, karena berada di titik persilangan jalur pelayaran antara pusat produsen rempah dengan Tiongkok dan India, Arab dan Eropa.
2. Perdagangan rempah rempah pada masa modern ( abad XVI hingga abad XIX ). Pada periode ini perdagangan rempah sudah didominasi oleh para pedagang Eropa. Para pedangang Eropa membentuk perusahaan perdagangan seperti V O C ( Verenigde Oost Indische Company ), milik Belanda dan E I C ( East Indische Company ) milik Inggris. Dengan organisasi tersebut aktivitas perdagangan ke dua bangsa itu lebih terorganisir. Perdagangan rempah dilakukan melalui perjalanan langsung dari Maluku dengan menggunakan moda angkutan laut dengan menggunakan kapal menuju Eropa. Rute perjalanan dari Maluku singgah di Batavia sebagai pusat kendali operasi, kemudian melewati Selat Malaka, Samudera Hindia, Sri Lanka, Tanjung Pengharapan, masuk Samudera Atlantik , kemudian tiba di Eropa. Transaksi dilakukan dengan cara cash and carry. Kapal kapal dari Tiongkok singgah di Batavia membawa porselen / keramik, sutera dan teh. Dengan demikian, sebenarnya jalur rempah, tidak hanya menjadi tempat lintasan arus rempah, tetapi juga komoditi lain seperti disebutkan di atas. Begitupun dengan jalur sutera, juga digunakan untuk lintasan arus rempah rempah ke Eropa dan sebaliknya. Hal ini ini dibuktikan dengan temuan bangkai kapal Geldermelsen milik VOC, yang tenggelam di perairan Selat Malaka pada abad XVIII. Kapal itu membawa banyak keramik dari Tiongkok. Fakta ini jarang diketahui orang, jalur sutra dan jalur rempah tidak bersifat eksklusif, tetapi tumpang tindih.
Jenis komoditi rempah rempah yang diperdagangkan pada masa itu antara lain :
1. Cengkeh ( Syzygium Aromaticum ), pusat produksinya di pulau pulau Ternate dan Tidore ( Maluku Utara ).
2. Pala ( Myristica Fragrans ), pusat produksinya ada di Kepulauan Banda ( Maluku Tengah dan Selatan ).
3. Lada ( Piper Nigrum ), pusat produksinya ada di beberapa tempat seperti Maluku, pesisir Barat Sumatera, Kalimantan selatan, Banten, Lampung, Aceh.
4. Kemenyan ( Styrax Sumaterana ), pusat produksinya di Sumatera.
5. Kamper ( Cinnamomun Camphora ), pusat produksinya di Sumatera.
6. Gambir ( Hungaria Gambir ), pusat produksinya di Sumatera dan Riau Kepulauan.
7. Kayu Manis ( Cinnamomun Verum ), pusat produksinya di Jawa dan Sumatera.
8. Pinang ( Areca Catechu ), pusat produksinya di Sumatera.
9. Kayu Cendana ( Santalum Album ), pusat produksinya di pulau pulau Timor dan Sumba.
Cengkeh, pala, lada, kemenyan, kamper, kayu cendana sangat digemari di Eropa. Pinang, Gambir, kayu manis sangat digemari di India.
Gambar 1 : Peta rute jalur suter dan jalur rempah
Sumber : Djoko Marihandono dan Bondan Kanumoyoso ( 2019 ).
Gambar 2 : Peta arah tiupan angin musim barat dan angin musim timur
Sumber : Djoko Marihandono dan Bondan Kanumoyoso, ( 2019 )
Gambar no 3 : Kota kota pelabuhan utama di Nusantara yang lahir dan berkembang karena adanya jalur rempah.
Sumber : Djoko Marihandono dan Bondan Kanumoyoso , ( 2019 ).
Analisis
Di alam semesta terdapat beragam tipe ekosistem, dan alam semesta merupakan sistem terbuka. Di tiap internal ekosistem dan antar ekosistem terjadi pertukaran materi, energi dan informasi. Aliran materi, energi dan informasi bebas melintas. Jika ada faktor penghalang yang menghambat kelancaran arus lalu lintasnya, maka materi, energi dan informasi akan selalu mencari celah untuk melancarkan alirannya. Faktor penghambat aliran itu dapat berupa hambatan alam, manusia atau kombinasi keduanya. Proses aliran tersebut dapat terjadi secara acak, atau deterministik atau kombinasi keduanya.
Kondisi alam Maluku secara acak telah membentuk suatu kombinasi variabel variabel klimat ( curah hujan, tekanan udara, temperatur, kelembaban ), variabel kebumian ( geologi, geomorfologi, geohidrologi, hidrologi, pedologi ), variabel mikrobiologi tanah, telah membentuk kondisi optimal dan ideal bagi pertumbuhan tanaman cengkeh dan pala. Kondisi itu membuat Maluku jadi sentra produsen cengkeh dan pala nomor satu baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Keadaan ini menimbulkan masalah ketidakseimbangan antara sebaran populasi manusia di bumi yang membutuhkan rempah dengan sebaran tanaman rempah. Penduduk yang membutuhkan rempah tersebar di seluruh pelosok bumi sementara daerah produsen cengkeh dan pala pada masa lalu hanya di Maluku. Penyebaran cengkeh baru terjadi pada abad XIX, ketika Inggris berhasil menanamnya di pulau Zanzibar, di lepas pantai Afrika Timur dan pulau Bermuda di Karibia. Kondisi ini menimbulkan disparitas harga yang besar antara daerah yang dekat Maluku dengan daerah yang jauh, seperti Eropa. Hal ini logis sekali karena perbedaan harga terjadi disebabkan oleh tingkat usaha, besaran biaya produksi dan ongkos angkut serta tingkat risiko. Itulah kendala / hambatan pertama dalam proses pertukaran dan lalu lintas aliran materi, energi dan informasi di antara berbagai wilayah / ekosistem yang bersifat acak.
Kendala berikutnya berupa konsekuensi logis dari letak geografis Maluku dan Kepulauan Nusantara pada umumnya. Nusantara terletak di daerah khatulistiwa, beriklim tropis basah, terletak di posisi silang antara dua benua dan diapit oleh dua samudera. Kondisi membuat wilayah Nusantara memiliki dua musim, dua angin musim. Pada bulan Oktober hingga bulan Februari bertiup angin barat, yang kaya akan uap air dari daratan Asia ke Australia. Pada bulan bulan ini adalah waktu ideal untuk berlayar dari arah Laut Tiongkok Selatan dan Samudera Hindia ke arah Maluku. Tiupan angin barat akan memberi daya dorong maksimal bagi kapal kapal layar yang menggunakan tenaga angin. Pada abad XVI - XIX, semua kapal masih menggunakan layar dan tenaga angin untuk melaju. Penggunaan mesin uap baru terjadi pada paruh ke dua abad XIX. Pada musim angin barat, kapal tidak mungkin berlayar dari Maluku menuju arah barat. Konsekuensi dari situasi ini kapal yang sudah siap memuat barang, tidak mungkin dapat meninggalkan Maluku pada bulan bulan itu. Kapal beserta Anak Buah Kapal harus bersabar menunggu 3 sampai 4 bulan, saat bertiupnya angin musim timur. Para pedagang baru dapat meninggalkan Maluku pada bulan bulan April sampai Agustus. Pada bulan bulan itu bertiup angin musim timur dari Benua Australia ke benua Asia. Angin musim timur, sifatnya lebih kering dari angin musim barat. Bulan bulan tersebut merupakan waktu ideal untuk berlayar meninggalkan Maluku menuju ke arah barat. Menunggu selama 3 atau 4 bulan di Maluku menyebabkan biaya hidup rombongan pedagang, meningkat dan hal itu berarti kenaikan biaya produksi yang tidak dapat dihindari. Selain itu penundaan sekian bulan menyebabkan biaya sewa gudang juga meningkat. Kendala angin musim bersifat deterministik.
Jalur rempah pada masa pra modern ditempuh secara estafet dengan keterlibatan banyak orang, kelompok, suku bangsa dan banyak kota. Jarak perjalanan tiap kapal lebih singkat, sehingga risiko yang mungkin terjadi disebarkan ke banyak pihak. Dengan model perjalanan seperti Itu, tiap kesatuan yang terlibat memikul risiko lebih kecil, dengan konsekuensi margin keuntungan yang diterima tiap pihak juga lebih kecil. Pada jalur rempah di masa modern para pedagang Eropa mengambil alih sendiri pengangkutan rempah dari Maluku ke Eropa. Akibatnya tiap pedagang / perusahaan dagang memikul risiko sendiri. Konsekuensi logis dari penerapan model ini, keuntungann perusahaan jadi meningkat drastis. Beberapa risiko yang mungkin terjadi di dalam perjalanan panjang itu adalah badai topan di laut. Risiko terburuk akibat badai topan adalah tenggelamnya kapal. Kalau itu tetjadi dapat dibayangkan betapa besar kerugian yang diderita. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah kapal kandas atau rusak. Kendala yang disebabkan oleh badai topan di Laut bersifat acak dan deterministik.
Perjalanan jarak jauh di jalur rempah juga sering diserang oleh para perompak dan bajak laut. Untuk menangkal serangan para bajak laut, setiap kapal dagang berukuran besar seperti kapal layar bertiang tiga ( galleon ), dilengkapi dengan puluhan pucuk meriam berukuran besar dan menengah, di samping tentunya pasukan terlatih bersenjata lengkap. Kehadiran alutista( alat utama sistem persenjataan ) berikut pasukannya di kapal tentu menyita ruang palka dan kabin dan geladak kapal yang kehilangan setiap inchinya berarti sekian ringgit atau cruzado hilang lenyap, dan itu berarti cost tambahan yang membebani biaya operasional. Pada abad XVI sampai XIX, bajk laut beroperasi leluasa di seluruh laut dan Samudera. Para bajak laut baru dapat diatasi pada pasca Perang Dunia II, setelah terbentuknya banyak negara kesatuan berbasis ideologi nasionalisme. Di semua perairan yang ramai seperti Laut Karibia, Laut Tengah dan Selat Malaka, negara negara kebangsaan di sekitarnya membangun kerja sama erat untuk memberantas jaringan bajak laut. Kapal patroli Angkatan Laut dibantu operasi pengintaian oleh pesawat pengintai telah mempersempit ruang gerak para bajak laut. Di masa lalu aktivitas para bajak laut telah menjadi faktor penghambat kelancaran aliran aliran materi , energi dan informasi yang bersifat acak.
Pada tahun 1453, bangsa Turki menaklukkan dan merebut kota Konstantinopel, ibu kota kerajaan Romawi Timur. Selama periode sebelumnya kota itu adalah tempat pertemuan para pedagang dari Dunia Timur dan Dunia Barat. Komoditi dari dua belahan dunia dipertukarkan di sana, termasuk rempah rempah dari Nusantara. Sejak di bawah kekuasaan Turki, pedagang dari Eropa tidak lagi leluasa berdagang di sana dan terhenti pasokan rempah rempah. Bangsa Eropa yang sudah terbiasa dimanjakan oleh rempah rempah dari Dunia Timur, mulai dilanda kepanikan. Rempah rempah digunakan untuk bahan campuran masakan, minuman, obat obatan, pengharum ruangan, bahan pelengkap acara ritual keagamaan. Rempah rempah tergolong barang penikmat yang sifatnya vital di dalam kehidupan peradaban tinggi. Akibat blokade Turki, rempah rempah dapat sampai ke Eropa melalui jalur pasar gelap, penyeludupan. Implikasi dari kondisi ini sudah dapat dipastikan, yaitu rempah rempah jadi barang sangat langka dan harganya super mahal, bahkan lebih mahal dari harga emas dalam kuantitas yang sama. Dalam situasi demikian,para cendekiawan Eropa bekerja keras mencari solusinya. Salah satu solusi adalah mencari sendiri lokasi produsen rempah dan melepaskan diri dari ketergantungan pada para pedagang dari Dunia Timur. Seorang cendekiawan dan pangeran dari kerajaan Portugal bernama Pangeran Henry, berjuluk Sang Navigator ( 1394 - 1460 ) membuat persiapan pengiriman ekspedisi pelayaran ke Dunia Timur. Pangeran Henry tidak sempat menyaksikan keberhasilan rintisan jalan yang dibangunnya, karena wafat. Usahanya diteruskan oleh para pelaut muda yang bertalenta besar dan bermental baja. Beberapa pelaut yang bakal membawa kejayaan Portugal sebagai Imperium Samudera, antara lain :
1. Bartholomeus Diaz ( 1450 - 1500 ), berlayar mengarungi samudera Atlantik mengelilingi benua Afrika dan pada tahun 1486 sampai di Tanjung Pengharapan di ujung Afrika Selatan.
2. Vasco da Gama, melanjutkan perjalanan mencari lokasi penghasil rempah dan tahun 1498 tiba di pantai Kalikut ( India ).
3. Diego Lopez de Sequeira, adalah orang Portugis pertama yang tiba di Malaka pada tahun 1509.
4 Alfonso d' Albuquerque, melanjutkan perjalanan dan pada tahun 1511 berhasil menaklukkan kota Malaka kota perdagangan utama di Asia Tenggara. Pada tahun 1512 bangsa Portugis sudah menginjakkan kaki di Ternate dan Tidore. Sejak itu selama 9 dekade , Portugis menjadi pelaku dominan dalam perdagangan rempah rempah, menggusur peran pedagang Arab, India, Cina dan pedagang asli Nusantara. Pesaing yang setanding dengan Portugis adalah Spanyol. Dua bangsa tersebut kemudian menguasai jalur rempah dan mulai mempraktekkan model perdagangan monopoli.
Dominasi Portugis dan Spanyol mulai mendapat lawan setanding pada penghujung abad XVI dan awal abad XVII dari bangsa Belanda dan Inggris. Pada tahun 1596 bangsa Belanda dibawah komando Cornelis de Houtman tiba di pelabuhan Banten. Awal abad XVII, Belanda sudah berkuasa di Maluku dan menjadikan Ambon sebagai pusat komando kendali operasinya. Tahun 1602 Belanda mendirikan sebuah perusahaan dagang VOC, yang menjadi cikal bakal perusahaan konglomerat. Tahun 1619, VOC menaklukan kota pelabuhan Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia, yang kemudian menjadi pusat kegiatannya. Peran Batavia sebagai kota utama di Nusantara tidak tergantikan hingga sekarang yang namanya berubah menjadi Jakarta. Belanda dan Inggris berbagi kapling di Asia Tenggara. Inggris berkuasa atas daratannya ( Malaysia, Myanmar, Singapura ), dan Belanda berkuasa atas Kepulauan Nusantara. Portugis mendapat kapling kecil di pulau Timor dan Spanyol mendapat wilayah kepulauan Filipina.
Blokade Turki di Konstantinopel telah menciptakan keseimbangan baru dan konstelasi baru dalam pola aliran pertukaran materi, energi dan informasi di ekosistem perdagangan dunia. Pola aliran yang pada masa sebelumnya lebih menyebar ( dalam perdagangan berantai secara estafet ), berubah menjadi terkonsentrasi pada beberapa titik saja ( perdagangan langsung jarak jauh ). Perubahan ini membawa implikasi bahwa biaya produksi dan semua risiko ditanggung oleh beberapa pemain utama saja. Perubahan ini hanya membawa perubahan pada pola aliran materi, energi dan informasi, tetapi tidak membawa perubahan pada harga barang dan jasa di tingkat konsumen.
Berdasarkan uraian tentang berbagai kendala dan hambatan yang terjadi karena faktor alam dan manusia dapat diringkas sebagai berikut :
- Faktor alam, jarak antara pusat produsen dengan konsumen terlalu jauh mencapai ribuan kilo meter, faktor angin musim yang telah meningkatkan biaya produksi, faktor badai dan topan di laut telah memperbesar risiko ysng harus ditanggung oleh pedagang.
- Faktor manusia, aksi perompak dan bajak laut telah meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pedagang. Blokade Turki terhadap jalur pasokan rempah rempah ke Eropa, telah membuat para pedagang Eropa berinvestasi sangat besar dengan tingkat risiko tinggi.
Semua faktor di atas telah menciptakan situasi rumit. Situasi itu tercipta karena interaksi dari berbagai variabel yang hubungannya terjalin sangat rumit. Perubahan yang terjadi berlangsung menurut mekanisme acak, deterministik dan gabungan ke duanya. Alam sama sekali tidak memberi ruang pada kehendak bebas manusia dan takdir. Hal ini ditegaskan oleh dua ilmu termaju saat ini yaitu fisika / mekanika kuantum dan genetika / mikro biologi. Manusia sebagai aktor utama kemudian merespon situasi baru itu. Bentuk respon yang diberikan, dianggap merupakan respon terbaik di masa itu. Respon yang dilakukan adalah menciptakan suatu algoritma sistem pemrosesan data terpusat. Wujud nyata dari sistem pemrosesan data terpusat itu adalah sistem perdagangan monopoli.
Untuk mempertahankan kelangsungan investasi besar dan berisiko tinggi, satu satunya cara adalah memastikan bahwa harga produk yang dihasilkan harus tinggi. Untuk mempertahankan harga tetap tinggi, produk yang beredar di pasar harus dalam jumlah kecil. Untuk memastikan jumlah produk tetap kecil, harus diterapkan mekanisme pengendalian ketat terhadap proses produksi dan proses distribusi di pasar. Satu satunya cara untuk dapat mewujudkan situasi itu adalah adanya suatu sistem pemrosesan data yang terpusat, yaitu sistem monopoli dengan penerapan teknik sensus yang teliti dan akurat. Jadi sistem perdagangan monopoli yang menyengsarakan rakyat di Nusantara, diterapkan oleh VOC, bukan disebabkan karena VOC tamak / serakah / loba / rakus / jahat, tetapi karena hanya itu satu satunya cara yang tersedia pada situasi, kondisi, perkembangan ilmu / teknologi masa itu, agar dapat bertahan hidup. VOC dihadapkan pada pilihan sulit, menyangkut hidup mati perusahaan : monopoli atau bangkrut.
Peranan Jalur Rempah Dalam Peradaban
Dalam aktivitas pertanian, perkebunan dan peternakan, aliran materi, energi dan informasi berjalan lambat. Setiap hari manusia memberikan pasokan materi, energi dan informasi selama beberapa tahun, atau bulan. Hasil proses pasokan sumberdaya setiap hari baru dapat diperoleh setelah melewati jangka waktu tertentu, yang disebut hasil panen. Lambatnya aliran tersebut turut mempengaruhi ritme kehidupan petani, pekebun dan peternak, yang juga lambat, jauh dari dinamika gejolak. Berbeda dengan aktivitas perdagangan, aliran materi, energi dan informasi berlangsung lebih cepat. Proses pertukaran materi, energi dan informasi atau disebut sebagai proses transaksi berlangsung dalam hitungan jam, hari atau minggu. Fenomena ini juga turut mempengaruhi ritme kehidupan pedagang yang lebih cepat, dinamis, progresif. Pedagang lebih cepat beradaptasi dengan perubahan dan bersikap lebih terbuka terhadap orang baru, situasi baru dan pemikiran baru.
Perdagangan telah banyak mempengaruhi, memicu perubahan. Perdagangan di Nusantara pada masa lalu yang dipengaruhi oleh kendala angin musim telah memberi peluang terjadinya, akulturasi, asimilasi budaya. Menetapnya pedagang asing di pelabuhan pelabuhan di Nusantara selama berbulan bulan, memberi peluang terjadinya pertukaran informasi, saling pengaruh mempengaruhi antara budaya lokal dengan budaya asing. Terjadi penambahan kosakata, perbendaharaan kata dalam bahasa bahasa lokal di Nusantara dan juga bahasa linguafranca di Nusantara yaitu bahasa Melayu. Beberapa contoh dapat disebutkan :
Kata kata acar, bandar diambil dari bahasa Persia, kata kata jendela, gereja, kemeja, bendera dari bahasa Portugis, kata kata kamar, sopir, got, telat, kantor, diambil dari bahasa Belanda. Dalam bidang seni bangunan / desain arsitektur, juga terjadi akulturasi. Bentuk atap kubah pada atap mesjid atau bangunan profan, mendapat pengaruh dari Persia. Bentuk atap lancip menjulang pada bangunan gereja bergaya gothic , mendapat pengaruh dari Eropa. Perubahan Perubahan itu terjadi di Kota kota pesisir/ kota kota pelabuhan. Pengaruh seni bangunan dan arsitektur dari luar, tidak selalu dijiplak seutuhnya. Kondisi iklim dan cuaca di negeri tropis basah membuat orang melakukan beberapa modifikasi sehingga melahirkan bentuk baru. Sebagai contoh, bangunan rumah bergaya Indies, yang memiliki serambi depan, samping dan belakang, adalah hasil modifikasi dari bentuk rumah bergaya Eropa.
Selain bidang budaya, gagasan, kuliner, busana, bangunan, peranan dan pengaruh perdagangan juga meninggalkan jejak genetis yang jelas. Pergaulan yang intens antara pedagang asing dengan penduduk lokal mendorong terjadinya perkawinan silang. Hasilnya, di beberapa daerah sentra produksi rempah, seperti Maluku, pulau pulau Rote, Sabu, Timor, pesisir utara Jawa, pesisir Kalimantan Barat, pesisir timur dan barat Sumatera ditemukan kantung kantung daerah yang penduduknya memiliki keragaman genetis yang tinggi. Keragaman genetis itu terlihat pada ciri fenotip, fisik pada beberapa kelompok penduduk. Secara kasat mata terlihat ciri ciri ras asing. Di pesisir utara Jawa tampak ciri ras Kaukasoid tipe Indic ( India, Pakistan ), Kaukasoid tipe Orientalic ( Arab, Hadralmaut, Yaman ), Kaukasoid tipe Noordic ( Belanda, Inggris, Jerman ). Di pulau pulau Rote, Timor tampak ada ciri ras Kaukasoid tipe Mediterania ( Portugis dan Spanyol ). Di pesisir barat dan timur Sumatera ditemukan ciri ras Kaukasoid tipe Orientalic, Noordic dan Indic, serta Dravida ( Tamil ). Di Maluku terdapat ciri ras Kaukasoid tipe Noordic dan Orientalic. Di pesisir Kalimantan Barat tampak ada ciri ciri Kaukasoid tipe Orientalic dan Mongoloid tipe Klasik ( Cina ). Kota kota pelabuhan dan pesisir pulau pulau di Nusantara ibarat mesin mixer, yang mengocok aliran genetik, sehingga populasi penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara tampak seperti tampilan mozaik yang beraneka ragam bentuk dan warna pada kepingan kepingan materi penyusunnya. Semua fenomena itu dapat terwujud karena adanya jalur perdagangan rempah rempah.
Ada satu fenomena spektakuler yang timbul akibat adanya jalur rempah. VOC adalah suatu perusahaan dagang berpusat di Amsterdam, Holland yang memperdagangkan rempah rempah di pasar Eropa. Perusahaan ini didirikan oleh 17 orang super kaya di Holland yang disebut sebagai Heren Seventeen, dengan modal awal yang besar. Oleh pemerintah kerajaan Belanda, VOC diberikan otoritas, kewenangan sangat besar, antara lain mencetak mata uang sendiri, membangun angkatan bersenjata, mendirikan benteng pertahanan, mengumumkan perang dengan. negara lain, membuat perjanjian dengan negara asing. Belum pernah ada perusahaan diberi wewenang seperti suatu negara. Dengan dukungan modal besar dan kewenangan besar, VOC segera menjelma menjadi perusahaan konglomerat pertama di dunia. VOC memiliki struktur keuangan yang sangat kuat, jauh lebih kuat dibandingkan dengan gabungan seluruh kerajaan tradisional di Nussntara, termasuk kerajaan Mataram dan Aceh Dar As Salam sebagai negara terkuat di Nusantara masa itu. Satu persatu kerajaan di Nusantara takluk kepada VOC.
Selama ini dianggap bahwa kapitalisme lahir sebagai akibat adanya revolusi industri di Inggris. Revolusi industri menghasilkan tumpukan besar modal yang melahirkan paham kapitalisme. Ternyata VOC, 100 tahun sebelum munculnya revolusi industri sudah menghasilkan nilai kapitalisasi yang lebih besar dari gabungan 3 perusahaan raksasa berbasis teknologi digital, di masa kini, Microsoft, Facebook dan Google. Kapitalisme bukan dilahirkan dari revolusi industri di Inggris, tetapi oleh jalur perdagangan rempah di bumi Nusantara. Ini suatu penemuan baru dari kajian dokumen lama tentang jalur perdagangan rempah.
Gambar 4 : Salah satu seri mata uang VOC
Sumber : Google
Gambar 5 : Medalion VOC
Sumber : Google
Gambar 6 : Model kapal VOC ukuran standard,
dengan tiga tiang layar ( galleon )
Sumber : Google
Pada akhir abad XVIII, VOC mengalami kemunduran dan akhirnya dinyatakan bangkrut pada 31 Desember 1799. Terhitung mulai 1 Januari 1800, seluruh aset, hutang piutang VOC diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dan berakhirlah sepak terjang perusahaan konglomerat pertama di dunia. Mengapa perusahaan sekaliber VOC dapat bangkrut?. Sekali lagi ilmu alam memberi penjelasan yang dapat diandalkan. Pada awal pertumbuhannya VOC dikembangkan dengan sistem perdagangan monopoli. Cara ini memang efektif untuk membesarkan VOC dan mengalahkan pesaing yang kurang terorganisir. Setelah tumbuh menjadi perusahaan raksasa, VOC tetap mempertahankan algoritma pemrosesan data terpusat. Akibatnya VOC jadi bergerak lamban, terlambat merespon setiap ada gejala perubahan. Proses pengambilan keputusan berjalan lambat, kontrol manajemen jadi melemah khususnya dalam bidang keuangan. Kontrol yang lemah membuat keuangan VOC digetogoti oleh tindakan korupsi di berbagai level. Sementara itu di Inggris mulai bermunculan perusahaan perusahaan baru berbasis pada teknologi mekanis yang digerakkan oleh mesin uap. Perusahaan baru tersebut menggunakan algoritma pemrosesan data yang terdistribusi. Hasilnya perusahaan itu mampu bergerak lincah, cepat dalam proses pengambilan keputusan dan cepat merespon setiap ada gejala perubahan di masyarakat. Akhirnya VOC harus berakhir setelah berkiprah selama 2 abad dan sempat meninggalkan jejak sebagai perusahaan konglomerat pertama di dunia. Itulah sumbangsih jalur rempah bagi peradaban dunia. Alam sudah memberi petunjuk bahwa alam cenderung menyebarkan materi dan energi dan melancarkan aliran materi dan energi, bukan menghimpun dan menumpuknya di beberapa titik tertentu. Algoritma yang lebih sesusai dengan kaidah alam adalah algoritma pemrosesan data terdistribusi, bukan terpusat. Pada tahap tertentu boleh menghimpun materi dan energi, tetapi pada suatu waktu tertentu harus didistribusikan kembali. Cara inilah yang digunakan negara negara maju yang makmur, melalui mekanisme sistem perpajakan. Setelah uang pajak terkumpul, lalu didistribusikan kembali kepada masyarakat, melalui program dana kesehatan, pendidikan, pembanguna infrastruktur, dana pensiun, tunjangan sosial bagi pengangguran dan orang miskin. Penumpukan dana terus menerus tanpa ada redistribusi bahkan dapat mematikan institusi bisnis. Roda mesin produksi akan berhenti berputar, karena orang banyak tidak mampu membeli produknya. Ilmu alam memberi petunjuk bahwa materi, energi dan informasi tidak boleh menumpuk di beberapa titik saja, melainkan harus disebarkan. Agama juga mengikuti petunjuk ini melalui mekanisme zakat, infaq, sedekah, hibah dan hukum waris.
Relevansi Dan Arti Penting Riset Jalur Rempah Di Masa Kini.
Banyak orang menanyakan apa relevansi dan arti penting riset jalur rempah di masa kini. Memang tidak banyak orang yang mau berpikir tentang pentingnya melakukan riset tersebut di masa kini. Butuh imajinasi untuk dapat melihat arti penting riset tersebut. Coba perhatikan bagaimana agresifnya Tiongkok berkampanye tentang jalur sutra. Jangan dikira bahwa Tiongkok hanya berkampanye soal jalur sutra via darat saja. Tiongkok berusaha keras menggeser jalur sutra ke Laut Tiongkok Selatan. Sejak beberapa tahun lalu Tiongkok seperti mendapat durian runtuh. Seorang pakar arkeologi terkenal yang berspesialisasi di bidang perdagangan kuno di Asia Tenggara bernama John Norman Miksic menerbitkan hasil penelitiannya tentang jalur sutra melalui Laut. Penelitian itu termasuk kelas masterpice, menjelaskan peranan Singapore sebagai salah satu titik persinggahan dalam jalur sutra lewat laut. John Norman Miksic adalah profesor terkenal di National University of Singapore dan penulis pernah belajar selama 4 tahun kepada beliau, waktu belajar di UGM. Hasil riset itu menjadi justifikasi ilmiah bagi klaim Tiongkok atas seluruh perairan Tiongkok Selatan. Tiongkok tidak mau berbagi dengan negara negara yang memiliki garis pantai berbatasan dengan perairan Laut Tiongkok Selatan, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.
Sementara Indonesia memiliki teritorial di wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan, karena Kepulauan Natuna dan Anambas adalah milik Republik Indonesia. Belum lagi Blok Ambalat, wilayah yang memiliki cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar. Indonesia tidak boleh tinggal diam dan harus merespon situasi tersebut. Kampanye dan klaim Indonesia akan jauh lebih berbobot jika dilandasi oleh hasil riset yang bermutu. Kita harus dapat membuktikan bahwa sejak ratusan tahun lalu, suku bangsa di Nusantara sudah eksis di pulau pulau tersebut. Bendera merah putih harus tetap terus berkibar di pulau pulau terluar milik kita. Melalui hasil riset bermutu tentang jalur rempah, klaim dan kampanye kita atas kepemilikan pulau pulau terluar akan mendapat landasan dan dukungan yang kokoh. Begitu juga dengan kondisi pulau pulau terluar lainnya seperti pulau Rondo di ujung barat , pulau Sabu di ujung selatan, pulau Miangas di utara .Sekarang menjadi jelas bahwa riset jalur rempah tetap relevan dan punya arti penting hingga sekarang. Seharusnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan riset bersama dengan Kementerian Kementerian Kelautan , Pertahanan, Perdagangan, Dalam Negeri, LIPI tentang jalur rempah di sekitar pulau pulau terluar. Riset jalur rempah tetap relevan, tetap penting dalam konteks kekinian, karena menyangkut eksistensi kedaulatan negara kita.
Epilog
Penelusuran dokumen dokumen otentik dari masa lalu, ternyata memberikan pemahaman akan berbagai fenomena menarik seperti jalur perdagangan rempah. Apa yang sudah menjadi pengetahuan umum, ternyata masih dapat dipertanyakan kembali. Menggunakan sudut pandang yang di luar mainstream ternyata berhasil mengungkapkan sisi yang selama ini tidak terlihat. Salah satu dari pengetahuan baru yang didapat, seringkali manusia membuat sistem algoritma yang melawan hukum alam. Algoritma pemrosesan data ruang terpusat mungkin efektif untuk sebuah institusi baru yang berkembang pesat . Di saat sudah mapan, mungkin model itu harus diganti dengan algoritma pemrosesan data terdistribusi. Untuk menentukan titik balik kapan harus diubah, mungkin di sini peran penasehat yang handal dan menguasai aneka ragam model berpikir dan tajam melakukan observasi, mutlak diperlukan. Ditambah dengan keluasan wawasan, seorang penasehat yang baik dapat membaca tanda tanda arah perubahan jaman. Penguasaan berbagai model model perubahan akan sangat membantu upaya mempertahankan eksistensi personal, institusi bahkan negara.
Comments
Post a Comment